Hujan meteor Chi-Orionid akan menyusul Monocerotid yang terjadi malam tadi. Sudah sejak beberapa hari yang lalu fenomena ini menghiasi langit malam.
Indonesia sendiri mendapatkan kesempatan untuk bisa menyaksikannya pada jam tertentu. Namun tentu saja kita membutuhkan cuaca cerah dan tidak berawan untuk menyaksikannya.
Maka dari itu, mari kita bahas fenomena hujan meteor kali ini. Pasalnya, tampak cukup menarik perhatian khalayak ramai, simak langsung ulasan berikut ini.
Baca Juga: Fenomena Hujan Meteor Monocerotid, Saksikan Puncaknya Malam Ini
Fenomena Hujan Meteor Chi-Orionid
Catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN. Bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN menyebutkan hal ini.
Terjadi tepat pada 10 sampai 11 Desember 2021, malam ini. Puncaknya pada dua malam ini dan bisa kita saksikan juga di wilayah Tanah Air.
Tidak heran jika fenomena langka kali ini menjadi sorotan dari berbagai kalangan. Banyak yang ingin menyaksikannya sendiri tanpa bantuan alat optik apapun.
Selain langka, jika sedang beruntung maka pemandangan penuh warna-warni ini akan jadi pengalaman tak terlupakan. Sehingga banyak orang yang belakangan ini sedang mencari cara agar bisa menangkap momen seperti ini.
Baca Juga: Teknologi NASA Sentry-II Sebagai Sistem Pertahanan Bumi Dari Asteroid
Apa Itu Hujan Meteor Chi-Orionid?
Peristiwa hujan meteor yang satu ini memiliki minor dengan titik radian atau titik asal dengan kemunculan dekat bintang bernama Chi Orionis atau konstelasi Orion.
Maka dari itu, nama ini akhirnya digunakan untuk penyebutannya. Terbentuk dari sumber sisa asteroid 2004 TG10 masih sama dengan hujan meteor Monocerotid yang baru saja terjadi.
Fenomena ini bisa terlihat selama 50 menit ketika matahari menjelang terbenam. Lalu nantinya fenomena puncaknya akan terjadi sampai keesokan hari sebelum menjelang fajar.
Perkiraannya akan memiliki intensitas mencapai 2,5 sampai 2,9 hujan meteor per jamnya. Berlokasi di Sabang hingga Pulau Rote, masih mirip dengan peristiwa beberapa hari lalu.
Baca Juga: Lubang Hitam Leo I Terletak di Galaksi Bima Sakti, Ukurannya Raksasa
Pengaruh Terlihat Tidaknya Peristiwa Ini
Dari perkiraan data yang muncul, kita bisa memperhatikan dari radian berkuminasinya. Ketinggiannya bisa mencapai 59 hingga 76 jarak derajat untuk arah utara. Maka dari itu, kondisi ini akan mempengaruhi intensitas hujan tersebut.
Saat titik tertentu pada zenit atau titik angkasa, bisa mencapai 3 meteor per jamnya. Sehingga nantinya kita bisa menyaksikannya dengan jelas ketika tidak ada halangan. Misalnya cuaca cerah dan tidak berawan tentu saja.
Polusi juga bisa menjadi halangan yang menyebabkan hujan ini tidak nampak pada akhirnya. Kabarnya bersama dengan peristiwa ini akan ada Fase Bulan Perbani Awal.
Hal ini akan bersamaan konfigurasi Matahari, Bulan dan Bumi dalam satu sudut siku-siku berbentuk 90 derajat. Biasanya fase sebelum bulan purnama.
Terjadinya fase ini sekitar pukul 10.33.35 WIT tepatnya pada 11 Desember 2021 malam ini bersamaan hujan meteor Chi-Orionid. (R10/HR-Online)