Berita Tasikmalaya, (harapanrakyat.com),- Video tindakan asusila sepasang pelajar di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang jadi pergunjingan di media sosial ternyata ada tiga.
Video pertama yang lebih dulu beredar menampilkan sepasang remaja tengah asyik bermesraan di sebuah kursi.
Remaja perempuan pada video tersebut terlihat masih memakai jilbab warna hitam dan memakai celana merah. Sedangkan remaja laki-laki bertelanjang dada dan hanya memakai celana warna coklat.
Pada video tersebut remaja perempuan terlihat dipangku, keduanya asyik saling sun bibir tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya.
Baca Juga: Viral Video Sepasang Pelajar di Tasikmalaya Asyik ‘Ngesun’ Bibir
Sedangkan pada video kedua, wajah pelajar perempuan yang jadi pemeran dalam video asusila tersebut terlihat jelas. Ia masih mengenakan jilbab warna hitam dan seragam yang diduga seragam olahraga sekolah.
Sedangkan pelajar laki-laki yang terlihat pada video kedua masih memakai baju seragam pramuka.
Pelajar laki-laki tersebut menghampiri pelajar perempuan yang sedang asyik memegang HP. Lalu tanpa ragu, si laki-laki mulai meraba tubuh si perempuan.
Pada video ketiga terlihat jelas keduanya saling sun bibir, lagi-lagi wajah pelajar perempuannya terlihat jelas. Sementara pelajar laki-laki yang mengenakan jaket hoodie warna pink tak terlihat jelas.
Ketiga video asusila sepasang pelajar di Tasikmalaya tersebut diduga direkam oleh teman-temannya.
Akibat videonya tersebar, sepasang pelajar yang muncul dalam video asusila tersebut malu dan trauma.
Hal itu diungkapkan Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rianto. Ia menyebut perlu tindakan khusus untuk menyelamatkan psikologis anak, termasuk juga menyelamatkan hak pendidikan anak.
“Karena itu perlu tindakan kongkrit,” kata Ato saat dihubungi HR Online, Senin (29/11/2021).
Menurut Ato ada tujuh orang temannya yang diduga terlibat kasus tersebut. “Lebih lanjutnya besok yang terlibat mau dikumpulkan di kantor Kecamatan Pagerageung,” katanya.
Sementara para pemeran video asusila yang heboh di Tasikmalaya tersebut, lanjut Ato, pelajar laki-laki yang terlibat sudah dikeluarkan dari sekolah. Sementara pelajar perempuan masih sekolah.
“Diharapkan MUI setempat terus melakukan sosialisasi misalnya dengan media dakwah di daerah-daerah tentang bahaya teknologi digital bagi anak dan remaja,” tandasnya. (Apip/R7/HR-Online)