Spesies Homo bodoensis kembali masuk dalam penelitian ulang. Hingga akhirnya mendapatkan julukan baru dari para ilmuwan yang memberikan identifikasi dari fosil ini.
New Scientist melansir penelitian terbaru dari fosil yang satu ini. Lalu muncullah usulan untuk mengganti nama atau julukan padanya.
Seperti yang kita ketahui bahwa spesies leluhur manusia yang terkenal sebelumnya adalah Homo sapiens. Sedangkan ternyata untuk benua lain seperti Afrika memiliki perbedaan.
Masih dalam satu garis keturunan namun tersebar dari hasil penelitiannya merujuk pada fosil ini. Akibatnya penelitian ini menghasilkan pergeseran ilmu pengetahuan kembali.
Baca Juga: Fosil Manusia Purba di Israel Diduga Nenek Moyang Neanderthal
Spesies Homo Bodoensis Akhirnya Jadi Julukan Baru
Perkiraan masa hidup spesies ini pada 500.000 tahun silam, masa Pleistosen Tengah. Berlokasi di Afrika, sekaligus menjadi nenek moyang keturunan Homo Sapiens.
Masa Pleistosen Tengah terjadi pada 774.000 hingga 129.000 tahun silam. Sehingga kita bisa menurut pada masa Homo Sapiens dan Neanderthal untuk kawasan Eropa.
Dr. Mirjana Roksandic yang merupakan ahli Paleon antropologi dari Departemen Antropologi, Universitas Winnipeg, dan Universitas Tubingen. Beliau bersama rekan-rekan ilmuwannya mengungkap hasil dari penelitian mereka.
Sehingga terkonfirmasi bahwa masa Pleistosen Tengah menuju akhir manusia memiliki evolusi yang sangat maju. Bahkan beberapa dekade tersebut menunjukan studi dari evolusi signifikan dari penelitian dan pengamatan mereka.
Persebaran Spesies Homo Bodoensis pada Masa Pleistosen Tengah
Data yang mereka kumpulkan dan mencocokkannya menunjukkan hal baru bahwa memang pada masa ini Homo sapiens mengalami persebaran yang cukup luas.
Bahkan mereka keluar dari wilayah Afrika pada masa tersebut. Tepatnya pada 60.000 tahun silam dan menunjukkan gelombang kecil lalu lebih besar.
Dari sini kita merujuk pada julukan ”kekacauan di tengah” untuk masa ini semakin tidak berlaku. Pasalnya, kita tetap akan mendapatkan data bahwa kerangka dalam skala global memiliki ciri penting.
Berasal dari morfologi manusia dari waktu ke waktu. Ensefalisasi mulai dari besar lalu semakin kecil. Menunjukan bahwa pada kerangka gigi dan diferensiasi kelompok geografisnya.
Baca Juga: Fosil Manusia Purba Termuda dari Homo Erectus Ada di Indonesia, Simak Faktanya
Homo Bodoensis Jadi Spesies yang Tidak Diterima Luas
Data menunjukkan bahwa fosil dari Afrika dan Eurasia memiliki definisi yang bertentangan. Sehingga ketika mencocokkan dari evolusi manusia periode masa tersebut terlihat tidak tepat.
Terminologinya tidak pas dari pengakuan variasi geografis manusia. Sehingga dari fosil Homo heidelbergensis pada masa Neanderthal Awal tampak jadi julukan yang tidak tepat.
Mengacu pada Bodo D’ar dari Ethiopia yang merupakan sebagian dari tempurung individu dewasa (mengacu pada gender laki-laki). Yang Alemayehu Asfaw Paul Whitehead bersama misi riset Lembah Rift dari Ethiopia dengan Jon Kalb pemimpinnya pada tahun 1976, musim gugur.
Mereka menemukan dan mempertahankan wajah beserta tempurung otak bagian anteriornya. Fosil inilah yang akhirnya menjadi data untuk mengungkap spesies tidak terdefinisikan dengan baik dan diterima secara luas.
Gambaran Manusia Pleistosen Tengah, Afrika
Spesies Homo bodoensis saat ini menjadi klasifikasi yang menggambarkan manusia pada masa Pleistosen Tengah. Lokasi tepatnya untuk Afrika dan Eropa Tenggara namun hanya beberapa bagian karena mereka juga memiliki klasifikasi seperti Sima de los Huesos dan Neanderthal.
Tidak hanya itu saja peran spesies ini. Bahkan untuk sejarah Evolusi Levant dan Eropa, secara khusus terfokus pada daerah Mediterania Timur.
Karena tidak merujuk pada sifat Neanderthal semacam Mala Balancia dari Serbia dan Spesimen Levant seperti Hazorea juga Nadaouiyeh Ain Askar. Mereka masuk dalam Homo bodoensis yang kita bahas ini.
Baca Juga: Fosil Manusia Purba di Goa Sutrareregan Pangandaran Disebut Temuan Langka
Masuk Jurnal Evolutionary Anthropology
Spesies Homo bodoensis ini berhasil terbit dalam jurnal minggu ini. Karena potensinya hadir untuk kawasan Eropa pada masa Pleistosen Tengah.
Bahkan terdapat data dari bukti Spesimen Cerpano yang diakui beserta kontribusinya untuk evolusi morfologi campuran pada Arago, Petrona, juga kemungkinan pada beberapa fosil yang ada dari Eropa Barat.
Hasil penelitian ini akhirnya berhasil menyelesaikan julukan “kekacauan di tengah”. Berkat dari meninjau ulang data pada bertahun-tahun silam.
Spesies Homo bodoensis hanya penyebutan baru. Fosil lama mengalami peninjauan dan penelitian ulang untuk nenek moyang leluhur manusia. Jadi, penelitian ini membuka sudut pandang baru. (R10/HR-Online)