Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Festival 28 Bahasa yang digelar di Kampung Nusantara, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat menyimpan berbagai keunikan.
Festival yang digelar selama dua hari, 30-31 Oktober 2021 tersebut dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Berbagai komunitas hadir di Festival 28 Bahasa. Seni dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia juga dipertontonkan di hadapan seribu pengunjung yang hadir.
Berbagai pagelaran ditampilkan oleh siswa SMK Bakti Karya yang berasal dari berbagai suku di Indonesia.
Salah satunya adalah Anita yang berasal dari Suku Abun Pegunungan Tabraw, Papua Barat.
Anita menuturkan di daerahnya saja terdapat 4 bahasa. Namun dialek Bun yang biasa dipakai di acara penyambutan tamu.
Baca Juga: Ibu Muda di Pangandaran Ngaku Dihamili Oknum PNS Beristri
Sementara siswa lainnya, Sofie, menampilkan Dongeng Sunda berjudul Si Kabayan Ngala Nangka.
Selain itu ada Toni dari Flores, Nusa Tenggara Timur yang memaparkan asal usul Tari Dolo Dolo.
Ketua Yayasan Dharma Bakti Karya yang juga penggagas Kampung Nusantara Ai Nurhidayat mengatakan, Festival 28 bahasa ini kerjasama dengan Warga Kampung Nusantara Desa Cintakarya.
“Ada beberapa rumah adat yang dibangun oleh siswa dibantu warga, juga makanan khas tradisional diberikan secara cuma-cuma dalam 2 hari ini untuk mengetes serta mencicipi makanan yang disediakan oleh warga,” jelas Ai Nurhidayat, Minggu (31/10/2021).
Lebih lanjut Ai Nurhidayat menambahkan, di Festival 28 Bahasa juga ada pasar yang dibuat oleh warga serta diisi warga sendiri.
“Disediakan makanan khas lokal Pangandaran,” katanya.
Belanja dengan Koin dari Kayu di Festival 28 Bahasa Pangandaran
Menurut Ai, tamu yang hadir diperkirakan ada seribuan orang. Jika ada tamu yang ingin berbelanja, caranya menggunakan koin dari kayu yang ditukar dengan uang.
“Dari nilai evaluasi pada hari pertama saja uang yang berputar dalam acara ini terkumpul sekitar Rp 50 juta,” katanya.
Ai memperkirakan sampai malam puncak, uang yang terkumpul bakal lebih dari Rp 100 juta.
“Maka perputaran ekonomi ini jelas akan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat,” jelas Ai.
Pihaknya juga membuka penginapan bagi para tamu yang semuanya penuh.
“Ada juga warung-warung warga untuk berjualan di sekitar lokasi festival,” katanya.
Sementara Ketua DPRD Kabupaten Pangandaran Asep Noordin mengapresiasi Festival 28 Bahasa.
“Alhamdulillah dengan kebersamaan kita ciptakan potensi keragaman ini menjadi pemersatu, aset yang perlu dijaga terus sebagai sarana edukasi dan wisata,” katanya.
Asep menambahkan, Kabupaten Pangandaran saat ini menerapkan PPKM Level 1. Di mana ada 6 kriteria yang harus terpenuhi, salah satunya yakni vaksinasi di atas 70 persen.
“Ini menandakan aktivitas sudah longgar. Seperti hiburan, hajatan dan penyelenggaraan hiburan lainnya sudah boleh digelar tetapi harus tetap dijaga Prokes-nya. Mari kita jaga bersama agar kita terhindar dari Covid-19,” pungkasnya. (Madlani/R7/HR-Online/Editor-Ndu)