Lubang hitam supermasif mempunyai massa antara 1 juta hingga 1 miliar kali lebih banyak daripada lubang hitam bintang biasa.
Meskipun hanya terdapat sedikit yang telah dikonfirmasi, kemungkinan mereka berada di pusat sebagian galaksi besar. Termasuk galaksi kita, yakni Bima Sakti. Kebanyakan sulit teramati karena letaknya yang terlalu jauh.
Baca Juga: Fase Bulan Purnama, Berhubungan dengan Perubahan Bentuknya
Fakta Lubang Hitam Supermasif
Setelah dilakukan observasi selama bertahun tahun, para astronom tidak mempunyai banyak bukti terkait lubang hitam supermasif
Namun hal yang paling meyakinkan adalah keberadaan quasar di galaksi aktif jarak jauh. Pengamatan rentang waktu variabilitas dan keluaran energi quasar mengungkap sejumlah fakta.
Lubang tersebut memancarkan satu triliun kali lebih banyak daripada Matahari. Apabila melihatnya dari wilayah seukuran Tata Surya kita.
Perlu Anda ketahui, salah satunya mekanisme yang dapat menciptakan energi dalam skala besar adalah konversi energi gravitasi menjadi cahaya oleh lubang hitam besar.
Melansir laman Space.com, lubang hitam di alam semesta ini terbentuk sangat cepat, saat kosmos berumur kurang dari satu miliar tahun.
Baca Juga: Es di Greenland Terus Mencair dan Meningkat Secara Ekstrem 2021 Ini
Terbentuknya sangat awal, sehingga kemungkinan tidak terbentuk dari kematian bintang masif seperti yang telah diungkapkan pada beberapa teori.
Untuk mengujinya, tim astrofisikawan memiliki ide untuk mengamati unsur-unsur di sekitar lubang hitam supermasif ini.
Massa bintang pada umumnya 10 hingga 24 kali lebih besar dari matahari. Tim peneliti mulai melihatnya saat bintang lain mendekat.
Gravitasi lubang akan menjerat beberapa materi di sekelilingnya. Kemudian dalam prosesnya menghasilkan sinar-x.
Lubang hitam kebanyakan sulit terdeteksi. Karena bila dilihat dari jumlah bintang yang cukup besar untuk menciptakan lubang seperti itu.
Menurut para ilmuwan, perkiraan jumlah lubang hitam mencapai miliaran seperti yang ada di Bima Sakti.
Lubang Hitam Raksasa
Lubang hitam merupakan sejumlah besar materi yang dikemas dalam area kecil. Ibarat sebuah bintang dengan ukuran sepuluh kali dari matahari, kemudian terhimpit dalam bola seukuran bulan.
Alhasil menyebabkan medan gravitasi kuat. Bahkan cahaya tidak akan bisa lolos. Astronom tidak dapat secara langsung mengamati lubang hitam supermasif menggunakan teleskop.
Baca Juga: Asteroid 4660 Nereus Diperkirakan Mendekati Bumi 11 Desember 2021
Akan tetapi, menarik kesimpulan keberadaan lubang tersebut dengan cara mempelajarinya dengan mendeteksi efek pada materi terdekat.
Jika lubang hitam dapat melewati akresi, maka proses serupa bisa saja terjadi apabila bintang normal lewat di dekatnya.
Dalam kasus ini, lubang hitam akan merobek bintang normal saat menarik ke arahnya sendiri.
Lubang hitam berpotensi memancarkan ledakan sinar gamma, memakan bintang di sekitarnya, dan mempengaruhi pertumbuhan bintang-bintang baru di beberapa wilayah.
Seperti namanya, lubang hitam supermasif berukuran raksasa. Untuk ukuran terkecil jutaan kali lebih besar daripada matahari.
Di alam semesta modern seperti saat ini menemukan lubang hitam raksasa bukan hal yang mengejutkan lagi. Pasalnya, lubang hitam tersebut telah memiliki miliaran tahun menelan gas dan debu.
Namun saat astronom menemukannya lebih awal, berarti mereka terbentuk dengan cepat. Saat alam semesta berusia kurang dari satu miliar tahun, galaksi dan bintang pertama saja baru terbentuk.
Tentu saja terbentuknya lubang hitam raksasa terlalu awal, sudah melampaui batas proses astrofisika yang terungkap.
Akhir Satu Bintang adalah Awal dari Lubang Hitam
Sebagian besar lubang hitam supermasif terbentuk dari sisa-sisa bintang besar yang mati dalam ledakan supernova. Ketika bintang runtuh, permukaannya mendekati permukaan imajiner.
Waktu di bintang akan lebih lambat terhadap waktu yang tersimpan. Jika permukaan mencapai cakrawala, maka bintang tidak akan mengalami keruntuhan.
Bahkan lubang hitam besar berasal dari tabrakan bintang-bintang. Teleskop Luar Angkasa Hubble NASA mengumpulkan data bersama dengan pengamatan para astronom.
Kesimpulannya adalah ledakan kuat bisa terjadi saat bintang neutron bertabrakan dengan lubang hitam, lalu menciptakan lubang hitam lain.
Baru-baru ini terdapat bukti langsung keberadaan lubang hitam supermasif. Lubang tersebut datang dari observasi materi yang mengorbit pusat galaksi.
Daripada bintang-bintang dan gas, kecepatan orbitnya lebih tinggi. Kemudian ada percepatan lagi dengan adanya objek masif dengan medan gravitasi kuat di sekitar wilayah kecil ruang angkasa.
Sebenarnya para astronom masih belum yakin mengenai terbentuknya lubang hitam supermasif. Pasalnya, ada pendapat jika lubang berasal dari bintang masif, runtuhnya awan gas masif, hingga bintang menelan material dalam jumlah besar. (R10/HR-Online/Editor-Ndu)