Orang Belanda Hitam (Londo Ireng) merupakan sebuah istilah untuk menyebut orang Afrika yang berasal dari perbudakan, dan direkrut menjadi prajurit oleh pemerintah kolonial di pulau Jawa.
Sebagian pribumi terheran-heran dengan keberadaan mereka yang berseragam militer ala orang Eropa. Keheranan itu terletak dari warna kulit yang berbeda dengan orang Belanda secara umum.
Baca Juga: Sejarah Zaman Malaise: Ekonomi Dunia Lesu, Pribumi Busung Lapar
Menurut catatan sejarah, Belanda Hitam itu merupakan sekelompok prajurit Afrika handal, yang dikelola oleh orang Belanda untuk bertugas di pulau Jawa dan sekitarnya.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang pola persebaran orang Afrika di Indonesia. Di mana saja orang Afrika ini pernah singgah di Indonesia, mari kita perhatikan di bawah ini.
Selain Belanda Hitam, Kerajaan Portugal juga Menggunakan Orang Afrika jadi Tentara
Menurut Ineke van Kessel dalam bukunya berjudul “Serdadu Afrika di Hindia Belanda 1831-1945” (2011: 13) orang Portugal pernah memanfaatkan perbudakan untuk kepentingan penjelajahan.
Mereka digunakan sebagai prajurit garis depan, kaitannya untuk menumpas segala kemungkinan bahaya yang bisa mencelakai para pejabat penting kerajaan saat berada di geladak kapal.
Selain karena dianggap sebagai budak, orang Afrika ini dijadikan tentara oleh Portugal disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama karena ia bisa mendapatkan orang Afrika dalam jumlah uang yang relatif sedikit (murah), dan memiliki tenaga serta jiwa yang cenderung kuat.
Nampaknya gagasan tersebut pada tahun 1831 menjadi hal yang lumrah, sebab pada saat itu belum ada perundang-undangan yang mengatur soal perbudakan secara internasional.
Orang Afrika merasakan penderitaan saat berada dalam posisi seperti ini. Selain karena mereka dianggap rendah, beban pekerjaan yang diberikan tidak terukur.
Gagasan Memperbudak Orang Afrika sebagai Serdadu Lahir dari Kerajaan Portugal
Sebelum orang Afrika berdiaspora di pulau-pulau Nusantara seperti Jawa, ternyata keberadaan serdadu dengan sebutan Belanda Hitam ini awalnya digagas oleh kerajaan Portugal.
Baca Juga: Peradaban Islam di Jawa Tahun 1250 M, Para Ulama Dipercaya Punya Kekuatan Supranatural
Sementara eksistensi mereka di Nusantara berawal dari orang Portugal yang membawanya ke wilayah Timor Timur.
Karena mereka cukup lama singgah di Timor Timur, akhirnya kebanyakan dari orang Belanda Hitam ini menetap dan kawin mawin dengan penduduk sekitar.
Adapun orang Afrika yang berkembang di Timor Timur berasal dari Mozambik. Tentara Portugal memberikan tugas supaya mereka menjaga sumber daya milik kerajaan dari Nusantara.
Akan tetapi di pertengahan waktu, Belanda bersama pasukannya berhasil melakukan ekspansi ke Nusantara. Mereka menamakan dirinya sebagai kolonialisme baru bangsa Barat.
Akhirnya Portugal kalah dan meninggalkan seluruh sumber dayanya termasuk orang-orang Afrika yang dahulu dijadikan sebagai serdadu di Timor Timur.
Sejak saat itu juga pergerakan budak Afrika yang dijadikan prajurit menyebar ke seluruh penjuru Nusantara. Belanda Hitam ini salah satunya ada di Pulau Jawa.
Menurut catatan kolonial Belanda, adanya kelompok Afrika yang menjadi serdadu di Jawa, VOC merasa diuntungkan.
Baca Juga: Bandit Era Kolonial Paling Sakti Berasal dari Banten, Disegani Belanda
Mereka mengatakan jika orang Afrika memiliki etos kerja yang luar biasa, tenaganya pun menjadi daya tarik bos-bos rempah yang memerlukan pekerja dalam kongsinya.
Tidak tanggung-tanggung VOC dahulu pernah mendatangkan orang Afrika yang biasa dijadikan serdadu ke pulau Jawa sebanyak empat ribu jiwa.
Berhenti Karena Undang-undang Perdagangan Manusia
Perekrutan anggota serdadu dari bangsa Afrika akhirnya berhenti semenjak undang-undang perdagangan manusia diterbitkan pada abad ke-19 masehi.
Kebijakan ini diinisiasi oleh pemerintahan Inggris di bawah Napoleon. Sejak saat itu pula akan ada peraturan yang ketat bagi pelanggar yang berusaha melakukan perbudakan kembali.
Sementara tegaknya undang-undang ini justru membuat gerak kolonialisme di berbagai wilayah menjadi terhambat.
Mereka kesulitan untuk mencari tenaga yang murah dan berkualitas tinggi. Apalagi untuk tenaga militer yang memerlukan dalam jumlah relatif banyak.
Biasanya Belanda membawa orang Afrika sebagai serdadu dengan sebutan Belanda Hitam ini, sebab bangsanya terbatas, apalagi dalam bidang kemiliteran. Sepertinya orang Belanda sejak dahulu takut akan peperangan.
Orang Jawa Direkrut jadi Serdadu Belanda
Karena dirasa sulit mendapatkan orang Afrika untuk dijadikan serdadu, akhirnya orang Belanda berinisiatif merekrut masyarakat Jawa yang tidak jauh berbeda kualitas kerjanya dengan orang Afrika.
Orang Belanda pun berhasil melakukan hal ini, bahkan beberapa di antara orang Jawa yang terpilih menjadi serdadu, diberangkatkan berdinas ke resimen khusus Melayu di Sri Lanka.
Hal ini juga yang pada akhirnya membuat Belanda Hitam hilang di Srilanka. Berdasarkan sensus Inggris (1871), penduduk di sana terdapat 243 orang yang berasal dari ras Afrika.
Sebanyak 132 orang berjenis kelamin laki-laki, dan 113 berjenis kelamin perempuan. Mereka berasal dari keturunan budak Afrika yang telah bercampur dengan penduduk Sri Lanka. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)