Berita Tasikmalaya (harapanrakyat.com),- Omset pengrajin batik di Tasikmalaya, Jawa Barat, turun hingga 60 persen akibat dampak pandemi Covid-19. Para pengrajin batik pun kini hanya bisa bertahan dan memenuhi kebutuhan pasar lokal saja, karena tidak ada pekerjaan lain.
Seperti halnya para pengrajin batik di Desa Rajadatu, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya. Permintaan batik menurun hingga 60 persen dari sebelum masa pandemi Covid-19.
Agus Wahyu, salah seorang pengrajin batik mengatakan, dalam satu bulan biasanya ia mampu memproduksi batik hingga 3.000 lembar kain batik.
“Kini dalam sebulan hanya mampu memproduksi batik 600 hingga 700 lembar per bulannya,” ungkap Agus Wahyu kepada HR Online, Minggu (03/10/2021).
Baca Juga : Batik Sukapura Tasikmalaya Mulai Terlihat Menggeliat
Akibat terhentinya pesanan dari beberapa daerah seperti Cirebon, Bogor, Jakarta dan daerah Jawa Tengah, pesanan sangat menurun hingga 60 persen.
Bukan hanya itu, bahan batik yang kebanyakan barang import pun mengalami kenaikan. Masalah ini menjadi beban modal yang cukup tinggi bagi para pengrajin batik.
Sementara itu, Kepala Desa Rajadatu, Agus Hendrajat mengatakan, pihak pemerintah desa kedepannya akan merangkul para pengrajin batik yang memiliki potensi bisnis.
Kemudian nantinya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Utamanya dalam pemasaran serta pembiayaan untuk bahan baku.
“Saat pandemi, yang paling terdampak di Desa Rajadatu ini adalah para pengrajin batik tulis. Mereka produksinya terhenti jika tidak ada pesanan. Karena antara biaya produksi dengan penjualan tidak seimbang akibat proses dan bahan yang cukup lumayan mahal dan lama,” terang Agus Hendrajat. (Apip/R3/HR-Online/Editor : Eva)