Kepadatan atmosfer Pluto menurun dan terlihat sangat tipis. Sebagian besar dari atmosfer tersebut merupakan nitrogen dengan campuran metana serta karbon monoksida. Studi terbaru sudah menjelaskan bahwa gas dari Pluto sekarang menghilang.
Hanya saja gas dari planet tersebut kembali menjadi es ketika posisinya menjauh dari matahari. Bersamaan dengan hal tersebut Pluto mengalami penurunan suhu permukaan. Hal ini menyebabkan nitrogen kembali membeku dan atmosfer mulai memudar.
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim astronom pimpinan Southwest Research Institute. Mereka mengirimkan teleskop ke berbagai kawasan Amerika Serikat dan Meksiko. Tujuan dari pengiriman tersebut untuk melihat keberadaan atmosfer Pluto yang diterangi cahaya matahari dan bintang.
Sudah pasti para ilmuwan memanfaatkan peristiwa tersebut untuk mengukur kelimpahan atmosfer lemah pada Pluto. Bahkan mereka juga menemukan bukti kuat bahwa keberadaan atmosfer sudah mulai pudar.
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim, Bumi Semakin Redup, Begini Menurut Ilmuwan!
Kabar Terbaru, Kepadatan Atmosfer Pluto Menurun
Berdasarkan penelitian astronom dari Universitas Tasmania AS Andrew Cole memprediksi atmosfer Pluto menghilang pada 2030. Adanya prediksi tersebut sudah melalui berbagai penelitian terkait atmosfer. Bahkan sudah mempelajari perubahan musim pada permukaan Pluto.
Pada 15 Agustus 2015 terjadi peristiwa Okultasi yang berlangsung selama 2 menit. Saat itu bintang mulai menghilang dari pandangan atmosfer Pluto. Tepat dengan lewatnya benda padat melalui bagian depan Pluto.
Keberadaan bintang yang menghilang dan mulai muncul kembali menentukan kepadatan atmosfer dari planet Pluto. Rupanya para ilmuwan sudah melakukan pengamatan perubahan atmosfer sejak tahun 1988.
Untuk menilik kepadatan atmosfer Pluto menurun terdapat misi New Horizons yang berlangsung tahun 2015. Misi tersebut mendapatkan profil pertama keadaan atmosfer Pluto. Tentunya sudah sesuai dengan penggandaan atmosfer setiap dekade.
Tidak berhenti sampai penemuan tersebut, pada tahun 2018 tim kembali melanjutkan pengamatan berikutnya. Banyak teleskop yang terpasang dekat dengan pusat jalur bayangan. Tujuannya untuk mengamati fenomena bernama central flash.
Fenomena tersebut merupakan akibat dari langit Pluto yang memancarkan cahaya ke wilayah tengah bayangan. Pengukuran proses Okultasi melalui objek sekitar. Saat cahaya redup melewati udara dan kembali secara bertahap.
Baca Juga: Objek 2005 QN137, Terdeteksi Astronom di Sabuk Utama Asteroid
Hasil Peristiwa Okultasi
Pengamatan terkait kepadatan atmosfer Pluto menurun berasal dari hasil fenomena Okultasi. Adanya central flash menyebabkan kemiringan sedang pada ujung curva cahaya Pluto. Pada tahun 2018 terjadi pembiasan atmosfer yang menciptakan kilatan pusat dekat bayangan.
Kilatan tersebut lama-kelamaan menghasilkan kurva berbentuk W. Adanya kilatan tersebut merupakan Flash pusat yang terkuat di Orbit Pluto. Hal ini juga memberi pengetahuan akurat mengenai jalur bayangan Pluto dan Bumi.
Seputar Atmosfer Pluto
Pada dasarnya atmosfer Pluto hampir sama dengan Bumi yang kaya akan nitrogen. Hanya saja, Pluto memiliki dukungan dari tekanan uap es pada permukaannya. Tentu memberikan perubahan kecil pada suhu permukaan es dengan kepadatan massa atmosfernya.
Kini Pluto membutuhkan Bumi selama 248 tahun untuk menyelesaikan orbit penuh mengelilingi matahari. Pasalnya memiliki jarak yang bervariasi dari titik terdekatnya. Terdapat sekitar 30 unit astronomi hingga 50 SA dari matahari.
Selain kepadatan atmosfer Pluto menurun, rupanya planet tersebut dalam seperempat abad menerima sedikit sinar matahari. Hanya saja pergerakan atmosfer Pluto hingga tahun 2018 memiliki kepadatan yang semakin meningkat.
Namun, setelah tahun tersebut kepadatannya mulai menurun. Para ilmuwan menghubungkan hal tersebut dengan fenomena inersia termal.
Baca Juga: Atmosfer Pluto Mirip Titan Bulan Terbesar Saturnus, Ini Buktinya!
Sampai Kapan Atmosfer Pluto Bertahan?
Hingga saat ini masih belum ada kepastian mengenai prediksi ketahanan atmosfer Pluto. Pasalnya, penelitian terkait hal tersebut masih dalam proses selanjutnya. Bertahannya atmosfer Pluto memberikan bukti bahwa reservoir es nitrogen permukaan tetap hangat.
Dengan hal tersebut, kepadatan atmosfer Pluto menurun masih harus diteliti. Namun, data terbaru dari kondisi es nitrogen kini sudah mulai mendingin. Terdapat banyak cadangan nitrogen terbesar bernama Sputnik Planitia.
Bentuk utama dari cadangan nitrogen adalah gletser terang membentuk lobus barat Tombaugh Regio. Dengan begitu, membutuhkan pengumpulan data yang tepat untuk membantu penemuan fakta. Tak hanya itu, data juga meningkatkan pemahaman para peneliti terkait permukaan Pluto.
Bagian lapisan bawah permukaan Pluto menjadi hal yang harus dipecahkan. Selain itu juga perlu memahami komposisi kompatibel dengan batas pengamatan. Utamanya saat para peneliti mengamati perpindahan panas.
Hasil penelitian kepadatan atmosfer Pluto menurun juga menjadi pembanding sebelumnya. Lebih tepatnya saat penelitian misi New Horizons NASA selama penerbangan ke Pluto tahun 2015.