Harga emas dunia memang terus menjadi perhatian bagi para investor logam mulia satu ini.
Beberapa waktu belakangan, kisaran harga emas terus mengalami kenaikan lalu tak lama kemudian turun.
Pergerakan ini sebagai dampak dari berbagai faktor yang terjadi di sejumlah negara.
Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya kekhawatiran terkait inflasi yang ada di beberapa negara.
Karena itulah harga emas dunia yang tidak pasti ini membuat sejumlah investor merasa khawatir.
Kisaran Harga Emas Dunia Yang Kembali Memanas
Tepat tanggal 14 Oktober kemarin, harga emas dunia rupanya kembali memanas menuju atas level US $1.790 per troy ons.
Hal ini rupanya membuat harga saham emiten logal mulia emas ikut terkerek.
Berdasarkan data setempat pada 14 Oktober kemarin, tercatat harga emas Comex turun sekitar 0,18 persen.
Nilainya setara dengan 3,2 poin ke level US $1.791. 50 untuk per troy ons.
Nilai harga emas ini terdongkrak usai data CPI AS yang rilis sebelumnya memperlihatkan kenaikan inflasi di kalangan konsumen.
Sehingga menekan imbal sebagai hasil obligasi kawasan Amerika Serikat.
Sejumlah analisis turut menilai kenaikan tingkatan inflasi akan mengganggu daya produsen maupun konsumen tepat semester kedua tahun depan.
Melihat kisaran harga komoditas emas naik, beberapa saham emiten emas rupanya turut mengalami kenaikan.
Adapun emiten itu antara lain PT Merdeka Copper Gold Tbk, PT Aneka Tambang TBK juga PT J Resources Tbk.
Pada kamis tanggal 14 Oktober kemarin, penutupan harga saham ANTM menguat sebesar 80 poin atau sekitar 3,42 persen.
Kini nilainya Rp. 2.42 sudai bergerak pada kisaran antara 2.340 sampai 2.420 sepanjang hari itu.
Pihak asing tercatat membeli saham ANTM sebesar Rp. 81,34 miliar dan harganya telah naik sebesar 25,06 persen dalam tahun berjalan.
Berikutnya saham MDKA turut naik sebesar 30 poin atau senilai 0,98 persen menuju Rp. 3.090.
Di mana kenaikan saham seiring pergerakan sepanjang hari di kisaran angka 3.040 sampai 2.150.
Asing juga memborong saham MDKA sebesar Rp. 43,63 miliar dan naik sebesar 27,16 persen dalam year to date.
Beberapa saham itu juga berpengaruh dengan pergerakan harga emas dunia berikutnya.
Nilai Emas Dunia Yang Sempat Melejit
Kenaikan harga emas dunia berlangsung sebesar 3 persen pada perdagangan di hari Rabu.
Nilai kenaikan tersebut sesudah dolar serta imbal hasil US Treasury yang melemah.
Mengutip data setempat, kenaikan tak hanya berlangsung di antara emas berjangka Amerika serta emas di pasaran spot.
Logam mulia lainnya pun turut naik contohnya perak spot melejit sebesar 2,5 persen ke angka USD 2309 per ons.
Berikutnya ada platinum turut meningkat sebesar 1,2 persen menjadi senilai USD 1.019,54 per ounce.
Ada pula palladium yag meroket hingga 3,5 persen ke level USD 2.116,68 per satu once.
Analisis RJO Futures yaitu Daniel Pavilonis mengungkap emas hanya mengikuti sebagai imbal hasil sekarang.
Reaksi mula sesudah data IHK merupakan lonjakan besar pada imbal hasil dan kini mulai memudar.
Pada awalnya emas memangkas kenaikan sebagai akibat imbal hasil US Treasury 10 tahun yang melesat di kisaran 1,6 persen.
Angka tersebut menyusul data yang memperlihatkan IHK Amerika meningkat solit bulan September.
Serta siap guna penguatan lebih lanjut pada beberapa bulan kedepannya.
Namun kemunduran dalam imbal hasil yang menjadi pengurang opportunity cost mendorong reli kuat untuk logam mulia.
Logam itu turut mendapatkan dukungan dari penurunan dolar serta kekhawatiran kalau inflasi tinggi memukul pertumbuhan ekonomi secara global.
Angka Harga Emas Spot Berada Di US $1.790,64 Pada Tengah Siang
Tepat 14 Oktober jam 12 siang, harga emas dunia turun cukup tipis usai sebelumnya melaju kencang.
Pada waktu itu harga emas spot berada dalam level US $ 1.790,64 per ounce troy.
Kisaran nilai emas tersebut turun sebesar 0,13% dari penutupan sesi perdagangan waktu itu.
Ahli strategi pasar senior berkata reaksi awal sesudah data indeks harga konsumen merupakan lonjakan besar.
Pelemahan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat juga menopang kisaran harga emas tersebut.
Bukan hanya itu kekhawatiran inflasi tinggi memukul pertumbuhan ekonomi dunia.
Hal ini juga menyebabkan para investor mengalihkan dana mereka ke bentuk emas.
Analisis lainnya menyebut ekspektasi inflasi bercampur bersama kekhawatiran pertumbuhan secara global.
Sehingga sudah membuat para investor khawatir kalau bisnis maupun konsumen jauh lebih lemah.
Aliran berupa safe haven mulai berdatangan ke arah aset emas.
Pada risalah rapat bulan September lalu, para gubernur bank sentral AS memberikan isyarat kalau mereka bisa mengurangi era krisis.
Upaya tersebut dapat mereka lakukan untuk bidang ekonomi pada pertengahan bulan November mendatang.
Para pembuat kebijakan itu tetap terbagi terkait seberapa besar ancaman yang inflasi timbulkan.
Serta seberapa cepat pihaknya ungkin perlu menaikkan angka suku bunga.
Sementara itu harga emas dunia bergerak turun tepat pada perdagangan Kamis 15 Oktober pagi ini.
Analisis Komoditas setempat yakni Wang Tao memperkirakan kalau harga emas masih dapat mengalami penurunan kembali.
Menurutnya harga emas akan menguji titik support sebesar US $1.387 per troy ons.
Kalau berhasil tertembus otomatis nantinya harga longsor menuju kisaran atara US $ 1.770 sampai US $1.776.
Pada Rabu lalu, harga emas dunia naik dengan cukup tajam.
Sesudah itu harga kemudian bergerak zig zag sebagai indikasi akan terjadi penurunan cukup dalam.
Nilai Emas Sentuh Level Paling Tinggi Dalam Satu Bulan Terakhir
Pada sesi perdagangan Kamis, harga emas dunia naik serta menyentuh level paling tinggi pada satu bulan terakhir.
Pendorong angka kenaikan tersebut sebagai akibat pelemahan dolar AS serta imbal obligasi pihak Amerika Serikat.
Mengutip data setempat pada hari ini, harga emas dalam pasaran spot naik hingga 0,2 persen menuju USD 1.796,59.
Kenaikan berlangsung setelah mencapai level palig tinggi sejak tanggal 15 September lalu di angka USD 1.800.12 per ons.
Kenaikan harga emas ini sepertinya mengabaikan data tenaga kerja secara mingguan kawasan AS yang cenderung membaik.
Sebab biasanya kalau data tenaga kerja membaik otomatis harga logam mulia emas nantinya tertekan.
Investor dan pedagang akhirnya menyadari kalau kenaikan inflasi kalau terlihat secara historis maka sentiment dalam logam mulia yaitu bullish.
Hal tersebut juga tidak terpengaruh upaya yang Federal Reserve lakukan.
Analis mengatakan volatilitas yang tinggi dalam perdagangan saham bulan ini juga bisa memicu sejumlah permintaan berupa safe haven bagi emas.
Sentimen pada pasar secara umum terbilang tetaplah rapuh karena adanya krisis energy secara global.
Krisis tersebut menimbulkan kekhawatiran kalau lonjakan harga yang tengah berlangsung bisa menghambat upaya pertumbuhannya.
Di sisi lain risalah the Fed terbaru memperlihatkan kalau rencana tapering bisa mulai tepat pertengahan bulan November.
Akan tetapi sejauh ini belum ada terjemahan dalam permintaan untuk harga emas dunia tambahan.