Ribuan konten hoaks Covid-19 ditemukan Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) RI. Selama tanggal 23 Januari 2020 sampai 16 Juli 2021, Kominfo menemukan 1.754 isu terkait virus Corona.
Selain itu, Kominfo juga telah menerima pengajuan untuk takedown sebanyak 3.806 sebaran berita hoaks di media sosial mengenai Covid-19.
Jumlah ribuan pengajuan untuk takedown tersebut rata-rata berasal dari media sosial Facebook yang jumlahnya mencapai 3.184 konten. Selanjutnya, 547 konten pada Twitter, kemudian 49 konten pada Youtube, serta 26 konten pada Instagram.
Staf Khusus Menkominfo, Rosarita Niken Widiastuti mengatakan, per tanggal 21 September 2021, pihaknya juga menemukan 333 konten berisi hoax tentang vaksin Covid-19.
Bukan hanya itu, bahkan Kominfo juga sudah melakukan takedown sebanyak 2.136 sebaran yang berisi hoax terkait vaksin Covid-19.
Rosarita Niken menyebutkan, sebaran hoaks mengenai vaksin tersebut meliputi 1.958 konten pada Facebook, 105 konten Twitter, 43 konten Youtube, 19 konten TikTok, dan 11 konten pada Instagram.
Apalagi, lanjut Rosarita Niken, kita saat ini sudah masuk era post-truth, di mana fakta bagi masyarakat itu terkadang tidak begitu berpengaruh ketimbang dengan keyakinan dan emosi personal. Kondisi ini yang mengakibatkan munculnya hoaks.
Echo Chamber Effect Turut Pengaruhi Hoaks
Menurutnya, echo chamber effect juga turut mempengaruhi hoaks. Kondisi ini menyebabkan seseorang hanya mendengar berita atau informasi yang satu pemikiran, sehingga dapat memperteguh sikap seseorang seperti halnya gema suara dalam ruangan tertutup.
Karena, kata Rosarita Niken, pikiran yang terus berulang bisa memperkuat pandangan seseorang semakin mengental bahkan ekstrim.
Hal inilah yang membuat mereka menganggap bahwa hoaks tersebut sebagai suatu kebenaran lantaran sesuai dengan pendapat atau suara yang menggema itu.
Namun, masyarakat bisa melawan hoaks. Caranya dengan membaca informasi secara detail, teliti, dan utuh. Selain itu, masyarakat juga perlu menanyakan kepada orang yang menyebarkan informasi guna memastikan dari mana sumber informasi tersebut berasal.
Kemudian upaya selanjutnya, periksa sumber informasi itu, apakah media tersebut kredibel atau tidak. Masyarakat juga harus memastikannya melalui mesin pencarian untuk mengetahui ada tidaknya informasi lain yang serupa dengan hal itu.
Baca Juga : Penanganan Gejala Covid-19 Ala Alumnus Farmasi UGM yang Kemudian Disebut Hoax
Dispusipda Jabar Gencarkan Sosialisasi Cegah Hoax Covid-19
Banyaknya konten hoaks terkait Covid-19, Dinas Perpustakaan Arsip Daerah Jawa Barat gencar melakukan sosialisasi sekaligus edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan hoax seputar Covid-19.
Dalam edukasi tersebut, Dispusipda Jawa Barat bekerjasama dengan beberapa media mainstream.
Kepala Bidang BPBGM Dispusipda Jabar, Ateng K Adisaputra mengatakan, pihaknya mempunyai peran penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan hoaks.
Bahkan, pihaknya secara intens memberikan literasi mengenai apa itu hoaks, berikut dengan dampaknya. Tujuannya supaya masyarakat tidak dapat terpengaruh oleh berita hoaks.
Ateng juga mengatakan bahwa, hoax terkait Covid-19 jadi perhatian khusus bagi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Gubernur Ridwan Kamil, kata Ateng, meminta supaya pihaknya terus gencar memberikan pemahaman serta edukasi seputar pencegahan hoaks.
Ateng menambahkan, saat ini divisi Dispusipda Jabar juga sedang menempuh hal tersebut. Tujuannya agar masyarakat bisa tetap sehat, dan bisa mencegah penyebaran hoax terkait Covid-19. Sehingga masyarakat tidak akan mudah termakan isu yang beredar. (R3/HR-Online)
Editor : Eva