Historiografi kolonial mencatat semua perilaku orang Belanda yang pernah hidup dan tinggal di pulau Jawa, tak terkecuali dengan Batavia.
Catatan yang ditulis oleh J.J. Stockdale ini sedikit banyak menjelaskan kebiasaan-kebiasaan orang Belanda yang hidup di Indonesia sekitar tahun 1700 sampai dengan 1800.
Sementara menurut catatan sejarawan yang lain menyebutkan, kebiasaan-kebiasaan orang kolonial itu bahkan hingga kini masih bisa dirasakan.
Nah penasaran kan kebiasaan yang seperti apa dari orang Belanda hingga saat ini?. Artikel pada kesempatan kali ini mengajak Anda untuk memahami fenomena tersebut.
Baca juga: Sejarah Pencemaran Lingkungan di Batavia Zaman Kolonial Belanda
Beberapa Kebiasaan Orang Eropa di Indonesia dalam Historiografi Kolonial
Sebagaimana telah diulas di awal, artikel ini bermaksud untuk menyoroti fenomena sejarah kehidupan bangsa kolonial yang meliputi berbagai hal.
Adapun kehidupan yang akan kita bahas dari kebiasaan orang kolonial itu antara lain terdiri dari, gaya hidup, kebiasaan sehari-hari, dan pergaulannya di negeri jajahan.
Baca juga: Kontrol Sosial Era Kolonial Belanda, Aturannya Banyak Melarang Partai Radikal
Bangun Tidur, Minum Kopi dan Baca Koran
Historiografi kolonial juga mencatat bahwa kebiasaan breakfast yang saat ini kita sering jumpai di hotel-hotel, ternyata itu merupakan satu tradisi kebiasaan sehari-hari dari orang Belanda.
Sementara keadaan yang sesungguhnya yaitu, kebiasaan minum kopi dan baca koran adalah favorit orang kolonial pada saat mereka bangun tidur. Tempat yang mereka pilih yaitu teras depan rumah.
Sebagaimana Stockdale mengatakan, terkadang banyak bangsa Eropa yang sedang bersantai pagi hari masih mengenakan baju tidur (piyama).
Tak lupa mereka juga mengecek tempat penyimpanan koran, apakah sudah ada berita baru tentang negara jajahannya hari ini, atau belum. Jika sudah maka ia akan membacanya hingga pukul 08:00.
Baca juga: Sejarah Buruh Indonesia di Zaman Kolonial
Baru Memulai Aktivitas Kerja Pukul 11:00
Masih menurut sumber sama menyebutkan orang kolonial baru bisa memulai aktivitas kerjanya pada pukul 11:00. Pada jam tersebut mereka pergi ke perkebunan atau kantor administrasi.
Sementara mengutip dalam penggalan historiografi kolonial, setiap pukul 12:00, mereka beristirahat, dan terkadang ada yang tidur sampai pukul 16:00.
Hal ini selaras dengan pendapat J.J. Stockdale dalam buku berjudul “The Island of Java”, (2016: 104) yang menyebutkan, setelah mereka bangun dari tidur siang yang panjang, kemudian bersiap pulang.
Akan tetapi sebagian orang kolonial juga ada yang memilih untuk tetap berada di kantor sampai jam makan malam tiba, yaitu sekitar pukul 20:00 malam.
Nah setelah jam makan malam selesai, mereka pun pulang kerumah dinasnya masing-masing, namun sebagian juga ada yang melanjutkan pesta di beberapa kafe dan tempat hiburan malam.
Makan Malam, dan Persiapan Hiburan Malam
Menurut penuturan Stockdale tentang hidangan malam pada pukul 20:00 di kantor itu merupakan bentuk persiapan bagi para pekerja yang hobi hiburan malam.
Ironisnya, hidangan makan malam itu kadang menjadi bekal menikmati prostitusi yang mengandalkan wanita pribumi untuk jadi pelacurnya.
Namun bagi beberapa orang kolonial yang tidak tertarik dengan hal ini lebih memilih pulang ke rumah dan beristirahat malam hari pada pukul 23:00.
Kasar Pada Istri dan Kelompok Perempuan Lainnya
Orang kolonial yang ada di Batavia juga terekam dalam lensa tulisan Stockdale yang menggambarkan karakter orang Belanda yang kasar pada pasangan mereka, maupun kelompok perempuan lainnya.
Hal ini sebagaimana yang tercatat dalam historiografi kolonial, kelompok perempuan Belanda kadang membuat satu perkumpulan tersendiri yang tidak melibatkan peran laki-laki.
Adapun bentuk kekerasan yang sering oleh lelaki Belanda saat itu antara lain, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), selingkuh dengan pelacur pribumi, dan menindas dalam bentuk lain.
Nah fenomena terbentuknya kelompok perempuan yang sudah terbangun tadi, ternyata nantinya akan menjadi inspirasi gerakan perempuan yang ada di Indonesia.
Kebiasaan Memakai Outfit Serba Hitam
Masih menurut Stockdale, kebiasaan memakai pakaian serba hitam ternyata merupakan tradisi orang Belanda yang pernah hidup di Indonesia.
Pakaian hitam ini berfungsi untuk melapisi pakaian dalam yang tipis sehingga terhindar dari kedinginan, dan sengatan serangga yang pada saat itu merajalela wabah malaria.
Pakaian hitam ini mereka percaya bisa mengusir serangga dalam jenis apapun. Selain itu juga lebih nyaman untuk setiap orang yang berasal dari ras kulit putih.
Namun, pendapat lain juga menyebut kebiasaan ini merupakan salah satu pakaian yang sesuai dengan pernak-pernik orang Belanda yang terdiri dari wig rambut dan tentengan senjata.
Sebab pada zaman itu, orang kolonial Belanda laki-laki sering menggunakan wig sebagai salah satu identitas keluhuran budaya barat.
Jika kalian penah melihat potret hakim-hakim Belanda, atau ilmuwan barat yang berambut putih. Maka seperti itulah gambaran orang kolonial pada zaman tersebut.
Selain itu menggunakan outfit serba hitam ini juga sebagai salah satu identitas orang kolonial. Ini menandakan bahwa mereka orang Barat yang berasal dari Belanda.
Nah seperti itulah sejarah kebiasaan orang Belanda yang pernah ada dan tercatat dalam historiografi kolonial. Terlepas dari kebiasaan yang buruk, mereka pernah lebih modern dari tradisi pribumi. (Erik/R6/HR-Online)