Virus Marburg menjadi penyakit yang mengkhawatirkan banyak pihak di seluruh dunia.
Para ahli menggambarkan Marburg sebagai saudara dari penyakit mematikan yaitu Ebola.
Belum selesai wabah pandemi akibat penularan virus Corona yang mematikan, kini sudah ada lagi virus mematikan lainnya.
Baca juga: Ditemukan Saat Es Mencair di Tibet, Puluhan Virus ini Sama Berbahayanya dengan Corona
Sebelum adanya penyakit Marburg belum lama ini, virus pernah muncul di kawasan Frankfurt, Beograd juga Jerman.
Meskipun belum menyebar luas ke seluruh dunia, masyarakat wajib mewaspadai keberadaan virus ini yang berpotensi menyebarkan banyak pihak.
Lalu apa sebenarnya virus Marburg ini?
Mengenal Virus Marburg
Kawasan pertama kali ditemukannya virus Marburg belum lama ini berada di Guinea Afrika Barat yang memicu kekhawatiran.
Virus ini dapat membuat penderitanya berdarah dari tiap lubang yang ada di tubuhnya.
Kasus ini pernah terjadi dan sudah menewaskan sampai puluhan orang di kawasan Serbia dan Jerman,
Kekhawatiran mengenai Marburg meletus setelah pejabat kesehatan di kawasan Guinea mengkonfirmasi kasus pertama mereka.
Sedikit orang yang mengetahui mengenai virus ini di kawasan Eropa.
Pasalnya penyakit Marburg hanya terbawa keluar dari kawasan Afrika dan ke benua Eropa dua kali dalam 40 tahun belakangan.
Hal ini sebagian besar sebab virus bisa membunuh sekitar 9 orang dari 10 yang terinfeksi.
Juga dapat membunuh banyak orang yang telah virus tinggali dengan cepat.
Serta seringkali tak mempunyai kesempatan agar menemukan adanya inang baru.
Tetapi laporan di masa lalu menunjukkan kehancuran yang pernah virus ini sebabkan saat berada pada kawasan Eropa.
Saat itu virus menewaskan 31 orang di kawasan Frankfurt, Serbia, Jerman pada tahun 1967 silam.
Konsultan komunikasi Gavi dalam the vaccine Alliance yakni Priya Joi merinci saat virus menginfeksi.
Bahkan Joi mengatakan seorang pasiennya memburuk beberapa hari setelahnya.
Kondisi pasien itu sampai mulai berdarah dari tiap lubang yang ada di tubuh termasuk jika terdapat luka bekas tusukan jarum.
Baca juga: Cara Penularan Virus Marburg Cukup Mudah, Berisiko Kematian!
Dia menambahkan virus ini bisa bertahan di bagian mata juga testis pasien yang sudah pulih.
Sementara pada wanita hamil dapat bertahan di ASI, cairan ketuban bahkan plasenta.
Laporan lain menunjukkan wabah terbesar virus Marburg mereka temukan di Angola pada tahun 2004 lalu.
Marburg Muncul di Guinea, 155 Orang dalam Pengawasan
Otoritas kesehatan kawasan Guinea memonitor sebanyak 155 orang yang mereka duga terdapat kontak dengan kasus virus Marburg.
Tanda penyakit ini dengan gejala demam berdarah yang sangat menular mirip seperti Eropa.
WHO menyebutkan satu kasus pertama infeksi virus ini pertama di kawasan Afrika Barat terkonfirmasi tepatnya di Gueckedou.
Wilayah tersebut menjadi tempat asal wabah Ebola yang terjadi pada tahun 2014 sampai 2016 lalu.
Kejadian itu juga tercatat sebagai salah satu wabah paling buruk dalam sejarah yang terjadi.
Wilayah ini beberapa waktu lalu juga sempat mengalami kebangkitan wabah Ebola walaupun hanya berlangsung singkat.
Kepala perwakilan WHO di kawasan Guine yakni Georges Ki Zerbo mengatakan jika virus bersirkulasi dalam hewan.
Hewan tersebut khususnya kelelawar yang berada di bagian selatan Guinea yang berbatasan dengan Liberia juga Sierra Leone.
Interaksi erat dengan manusia mengakibatkan penularan yang berasal dari hewan itu terjadi di wilayah ini.
Salah satu bentuknya adalah perburuan hewan liar termasuk untuk orang konsumsi juga menjadi pemicu.
Ki-Zerbo mengatakan jika mereka belum mengetahui adanya kasus kedua.
Pihaknya juga sudah melakukan pelacakan kontak dan sebanyak 155 orang dalam pengawasan selama tiga minggu.
Marburg maupun Ebola memiliki keterkaitan erat dan dapat menular ke sesama manusia lewat kontak langsung dengan cairan tubuh maupun darah.
Guinea sudah menyatakan bebas dari Ebola 2 bulan yang lalu setelah muncul wabah ini yang telah menewaskan sebanyak 12 orang.
Temuan kasus virus Marburg di samping itu juga mengindikasi kemampuan dalam deteksi infeksi lebih baik.
Kasus Pertama Kematian Akibat Marburg
Pihak otoritas kesehatan Guinea mengkonfirmasi satu kasus kematian akibat terinfeksi virus Marburg.
Infeksi demam hemoragik yang begitu menular dan mirip Ebola ini WHO sampaikan pada hari Senin lalu.
Ini menjadi pertanda pertama kali penyakit mematikan Teridentifikasi di kawasan Afrika Barat.
Terdapat sebanyak 12 wabah besar Marburg sejak tahun 1967 silam dengan sebagian besar berada di Afrika Selatan serta Timur.
Melansir media lokal pada tanggal 10 Agustus kemarin, WHO menyampaikan dalam pernyataan tentang pasien Marburg itu.
Pasien tersebut pertama kali mendapat perawatan di klinik lokal sebelum kondisinya mengalami penurunan dengan cepat.
Analisis dalam laboratorium demam hemoragik nasional setempat mengkonfirmasi keadaan pasien dengan diagnosis Marburg.
Sebelum meninggal, pria ini mengalami gejala demam, sakit kepala, sakit perut hingga kelelahan.
Ia pun meninggal pada tanggal 2 Agustus lalu dan melalui tes darah menunjukkan jika kematiannya akibat infeksi Marburg.
WHO menyampaikan jika tingkat kematian kasus Marburg berasal mulai dari kisaran 24 persen hingga 88 persen.
Kisaran tersebut berdasarkan wabah sebelumnya tergantung dari jenis virus juga penanganan terhadap kasus.
Untuk penanganannya sendiri belum terdapat vaksin sebagai pencegahan maupun antivirus guna upaya pengobatan.
Rehidrasi oral maupun intravena mereka jadikan salah satu metode pengobatan untuk pasien yang terpapar virus Marburg.
WHO Beri Peringatan Penyebaran Marburg
Organisasi kesehatan dunia atau WHO mengingatkan jika sebaran infeksi virus Marburg harus segera para ahli hentikan.
Pasalnya virus ini berpotensi menjadi epidemic yang sebelumnya terjadi seperti Ebola.
Pihak WHO sendiri mengirim sampai 10 orang ahli guna membantu pejabat wilayah pertama kali adanya virus tersebut.
Sebab pejabat setempat mengatakan setidaknya terdapat 146 orang Teridentifikasi melakukan kontrak dengan pasien yang sudah meninggal.
Direktur regional WHO untuk Afrika yakni Dr. Matshidiso Moeti mengemukakan langkah mereka dalam penanganan kasus Marburg.
Moeti berkata jika pihaknya bekerja sama dengan otoritas kesehatan guna menerapkan respon lebih cepat.
Respon ini berdasarkan pengalaman juga keahlian Guinea di masa lalu saat penanganan Ebola dengan cara penularan serupa.
Di samping itu virus yang mewabah di benua Afrika tersebut mulanya berasal dari monyet Afrika dengan jenis green monkey.
Bukan itu saja virus ini juga mereka temukan pada kelelawar buah yang berjenis rousettus aegyptiacus.
Proses infeksinya sendiri bermula saat kelelawar rousettus menyimpan virus tersebut dalam liur, kotoran maupun air seninya.
Saat manusia melakukan kontak secara langsung ataupun mengkonsumsi buah yang sudah terkontaminasi maka dapat terinfeksi.
Sesudah terinfeksi, virus bisa menular dari manusia ke manusia lainnya.
Bukan itu saja, infeksi virus juga bisa menyebar lewat sentuhan dengan permukaan yang sudah terkontaminasi cairan orang terinfeksi.
Dalam hal ini contohnya adalah tempat tidur maupun pakaian.
Mudahnya tahap penularan ini membuat banyak kasus di mana petugas kesehatan yang terinfeksi saat merawat pasien.
Masa inkubasi virus Marburg bervariasi, namun umumnya dalam kisaran 2 hingga 21 hari kedepan.