Tencent games pada hari Selasa 3 Agustus lalu berjanji akan membatasi jam bermain untuk anak-anak yang berada di bawah umur.
Tindakan ini sebagai buntut dari adanya pemberitaan negatif mengenai permainan besutan perusahaan Tencent.
Adapun Tencent adalah perusahaan induk konglomerat yang bergerak di bidang teknologi multinasional asal China.
Perusahaan berdiri pada tahun 1998 silam dengan anak perusahaan secara global memasarkan sejumlah layanan serta produk terkait internet.
Pemberitaan apa yang membuat Tencent games memberikan batas waktu kepada anak di bawah umur?
Game Besutan Tencent Games yang Menjadi Candu Spiritual
Sebagai perusahaan pembuat permainan digital, Tencent games tentu memiliki permainan andalan dan yang kerap siapa saja mainkan.
Akan tetapi sebuah media yang berafiliasi dengan pemerintah kawasan China menyebutkan salah satu game andalan Tencent yakni Honor of Kings dengan tudingan candu spiritual.
Honor of Kings memiliki nama lain di pasar global termasuk tanah air yaitu Arena of Valor atau AoV.
AoV menjadi salah satu permainan yang begitu populer di kawasan Tiongkok.
Tencent, melalui media sosial WeChat mengumumkan jika anak-anak di bawah usia 12 tahun mereka mereka larang membelanjakan uangnya dalam permainan tersebut.
Selain itu, anak-anak yang masih berada di bawah umur juga mereka batasi waktu bermain selama 1,5 hingga 1 jam saat hari kerja.
Sementara itu pembatasan bermain juga mereka tetapkan selama 2 sampai 2 jam kala hari libur.
Sebelumnya, sebuah surat kabar bernama Economic Information Daily menulis jika anak dan usia remaja di China sekarang ini sudah kecanduan game online.
Karena itulah perlunya aturan lebih ketat dalam industri permainan di negara China.
Media itu secara berulang kali menyebutkan game Honor of Kings dan mengatakan jika judul tersebut game online paling populer.
Serta mereka juga menyebut jika Honor of Kings sering pelajar mainkan sampai delapan jam untuk satu harinya.
Artikel itu berbunyi jika tidak ada satu pun industri, maupun olahraga yang negara perbolehkan berkembang dengan cara merusak suatu generasi.
Isi artikel tersebut juga menyamakan game daring dengan opium spiritual.
Pemberitaan dari media itu tentu saja berpengaruh banyak terhadap Tencent Games.
Saham Tencent dan Perusahaan Terkait Jatuh Usai Dapat Tudingan
Menyusul artikel yang menyebut game online sebagai candu spiritual, harga saham pengembang kenamaan Tencent Games anjlok.
Harga saham developer gim ini ambles sampai lebih dari 7% setelah ada wacana pemerintah setempat untuk pembatasan penggunaan game online pada anak-anak.
Meskipun begitu setelah publikasi, beberapa jam berikutnya artikel tersebut sudah tidak ada lagi.
Melansir dari sumber terpercaya, penurunan saham Tencent terjadi pada pagi hari berbarengan dengan saham NetEase sampai 14 persen.
Bukan hanya pengembang asal China yang mengalami penurunan, perusahaan game dalma bursa Amerika Serikat dan Eropa juga mengalami hal serupa.
Penurunan itu terjadi pada 3 Agustus menyusul aksi jual yang tengah melanda saham milik Tencent.
Raksasa video game juga media sosial asal China ini tertekan oleh kekhawatiran sektor permainan adalah bidikan pihak otoritas China selanjutnya.
Saham Prosus yang berada dalam bursa Amsterdam melemah sampai 7%.
Prosus adalah perusahaan yang berinvestasi di sejumlah perusahaan teknologi, salah satunya investasi dalam saham Tencent sebesar 39%.
Sementara saham emiten video game daring yang ada dalam bursa Eropa yakni Ubisoft, Frontier Developments juga Embracer Group turun kurang lebih 4%.
Tencent sendiri mempunyai sebesar 9% saham perusahaan Frontier.
Di Wall Street, saham dari sejumlah video game seperti Zynga, Activision Blizzard, Take Two Interactive Software juga Electronics Arts turun pada kisaran 3% serta 9%.
Pelemahan saham yang terjadi dalam emiten game pada bursa AS dan Eropa mengikuti jatuhnya Tencent Game di bursa kawasan Hong Kong.
Penurunan Saham Juga Terjadi Pada Hong Kong
Menurunnya harga saham Tencent Games juga berdampak pada saham Hong Kong serta saham teknologi.
Penurunan terjadi pada hari Selasa kemarin menyusul laporan media yang menimbulkan kekhawatiran penerapan regulasi lebih ketat untuk game online.
Indeks China Enterprises serta Indeks Hang Seng masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,2 persen dan kini menjadi 9.320.38 serta 26.194,82.
Sementara saham Indeks Hang Seng Tech juga ikut turun ke kisaran 1,5 persen.
Saham yang Tencent miliki ini menutup sejumlah kerugian untuk mengakhiri hari itu dengan penurunan sekitar 6,1 persen.
Hal tersebut terjadi setelah perusahaan berjanji mengekang akes anak yang masih di bawah umur juga pasca artikel menghilang.
Saham pesaing yang berada dalam GMGE Technology Group Ltd serta Hong Kong NetEase Inc XD Inc pun jatuh di hari Selasa.
Pengaruh dari artikel itu juga terjadi pada Taipan internet China yakni Ma Huateng atau Pony Ma Sang.
Taipan internet asal China ini merupakan pendiri dari perusahaan Tencent dan sudah kehilangan sebesar USD 3,2 miliar atau setara dengan Rp. 45,8 triliun dalam satu hari saja.
Sang pendiri NetEase yakni miliarder William Lei Ding juga kehilangan sebesar USD 2.3 miliar.
Sedangkan pendiri Tencent Games lainnya yaitu Zhang Zhidong mendapati kekayaannya turun hingga USD 1.1 miliar.
Perusahaan Tencent Sempat Terkena Denda
Bukan hanya mendapat tudingan buruk dan mengalami kemerosotan saham, sebelumnya Tencent games harus membayarkan denda.
Regulator internet China menjatuhkan denda untuk perusahaan teknologi ini beserta Alibaba Group karena sudah menyebarkan konten seksual bahkan melibatkan anak.
CAC atau Administrasi Cyberspace China mengatakan jika sejumlah perusahaan harus menghapus akun yang termasuk melanggar serta membayar denda dalam jumlah tidak mereka tentukan.
Adapun perusahaan tersebut antara lain QQ Tencent, Little Red Book, Kuaishou Technology, Weibo Corp juga Taobao Alibaba.
Hukuman ini CAC keluarkan sebagai bagian dari kampanye guna mengatasi konten daring yang mereka anggap berbahaya untuk kesehatan mental dan fisik anak di bawah umur.
Dalam beberapa waktu belakangan, pengguna outlet berita dan media sosial negara sudah memperingatkan pada platform e-commerce.
Di mana para penjual memakai foto sugestif model anak guna menjual barang juga memanipulasi video maupun gif yang faktanya mengeksploitasi anak.
Regulator dunia maya berencana juga untuk menangani siarang langsung di bawah umur, animasi kekerasan, kualitas layanan pendidikan daring, juga platform lainnya.
Rencana itu sebagai bagian dari upaya kampanye pemerintah setempat.
Tindakan keras tersebut menambah tekanan terhadap sektor internet kawasan China.
Sebab mereka sudah menghadapi pengawasan terkait sejumlah masalah seperti keamanan sampai antimonopoli.
CAC pada bulan lalu jadi populer usai mengumumkan penyelidikan kepada Didi Global Inc.
Pihak CAC juga mengungkap aturan yang nantinya mengharuskan perusahaan hendak go public di negara asing meminta izin dahulu.
Setelah pernyataan dari CAC, Kuaishou tenggelam sampai 3,2 persen serta Tencent Games turun hingga 2 persen.