Sistem pertahanan militer adalah modal untuk berdirinya suatu pemerintahan. Dalam catatan sejarah, pada masa kolonial Belanda, kota Batavia pernah menjadi pusat terbentuknya sistem pertahanan militer yang kuat di Hindia Belanda. Kota ini siap menyediakan pasukan atau prajurit untuk mengawal atasan mereka keliling Nusantara tanpa khawatir dengan hadirnya perompak.
Selain mampu menyiapkan prajurit yang sudah terlatih, ternyata di kota ini juga banyak dibangun benteng-benteng pertahanan Belanda dari musuh yang menyerang ke wilayahnya di Batavia. Berbagai artileri-artileri yang berat dan mematikan tepasang kokoh di setiap sudut pintu keluar Batavia, kota ini sering dijadikan contoh untuk membangun sistem pertahanan yang baik.
Menurut sejarawan asing, terdapat beberapa bentuk sistem pertahanan militer kolonial Belanda di Batavia. Artikel ini akan membahas 5 bentuk sistem pertahanan militer Belanda berdasarkan catatan dari sejarawan barat bernama John Joseph Stockdale.
Berikut adalah 5 bentuk sistem pertahanan militer kolonial di Batavia tahun 1800-an
Membangun Dinding-dinding Benteng Raksasa
Sistem pertahanan militer kolonial yang pertama dibangun di Batavia yaitu dinding-dinding benteng raksasa. Dinding benteng tersebut kokoh berdiri di setiap sudut pintu keluar kota tersebut. Pembangunan benteng-benteng ini untuk melindungi kota Batavia dari serangan bajak laut dan segala kekuatan yang memusuhi Belanda di kota ini.
Baca Juga: Sejarah Batavia Tahun 1800-an, Pernah dijuluki Kota Terbesar dan Terkaya
Secara keseluruhan benteng-benteng ini sangat strategis untuk melindungi kota dari serangan musuh, sebab disetiap sudut benteng tersebut dilengkapi dengan senjata api berupa meriam yang besar. Jangankan untuk menyerang kota ini, hanya melihatnya dari kejahuan saja sudah menakutkan.
Membangun Benteng Watercastle
Selain membangun dinding-dinding benteng raksasa di setiap sudut kota, Belanda juga mendirikan benteng pertahanan bernama Watercastle. Benteng pertahanan militer ini dibangun dengan posisi yang bersentuhan langsung dengan air laut. Sehingga musuh akan terkena tembak terlebih dahulu sebelum masuk ke kota yang banyak menyimpan unsur vital.
Sebagaimana tujuan didirikannya benteng raksasa lainnya, benteng Watercastle ini juga dibangun dengan tujuan untuk melindungi wilayah Batavia dari serangan langsung musuh-musuh yang tak bertanggung jawab. Selain bentuknya yang lumayan tinggi, benteng ini juga dilengkapi bangunan parit dengan lubang yang dalam di setiap tampak depan benteng tersebut.
Menciptakan Senjata Penghancur Bernama “Meriam”
Kota Batavia juga adalah saksi dari kecerdasan orang Belanda dalam mengatur dan menyusun strategi perang yang handal. Orang-orang berkulit putih itu menciptakan senjata penghancur bernama Meriam. Senjata yang merupakan bagian dari sistem pertahanan di Batavia tersebut memiliki bobot sangat berat dan bermodalkan peluru bulat untuk menghancurkan sasarannya.
Orang Belanda biasanya menempatkan meriam di sepanjang pantai dan benteng yang berdiri kokoh di pusat ibu kota Batavia. Alasan yang paling masuk akal saat Belanda menaruh meriam di setiap pantai adalah media penghalau musuh yang mencoba masuk lewat jalur pesisir pantai selatan Jawa.
Membangun Jembatan Kayu yang Dilengkapi Meriam di Ancol
John Joseph Stockdale dalam bukunya berjudul “Sejarah Tanah Jawa” (2014: 288) mengungkapkan, dibangunnya jembatan ini bertujuan untuk menjaga jalur vital pemerintah Belanda apabila ada serangan musuh.
Pembangunan jembatan kayu yang dilengkapi dengan meriam ini juga ternyata menghubungkan antara Ancol dan Tanjung Priok, di mana dua wilayah tersebut adalah pusat komunikasi pemerintah Hindia Belanda secara terpusat. Pembangunan ini pun sangat diperhatikan oleh pemerintah kolonial karena fungsinya sebagai pelindung kebutuhan vital dan sistem pertahanan militer pemerintah Belanda di Batavia.
Membangun Barak Tentara
Barak-barak tentara juga dibangun untuk melindungi pasukan atau prajurit terpilih dan terbaik kolonial Belanda. Selain melindungi prajurit terbaik, barak-barak ini juga dibangun disetiap area vital pemerintah di Batavia. Hal ini berfungsi untuk melindungi penuh 24 jam area vital pemerintah dari jangakauan musuh yang tak terlihat.
Baca Juga: Thomas Stamford Raffles Ungkap Karakteristik Orang Jawa Masa Kolonial
Barak-barak tentara ini dibangun dengan kapasitas 100 orang di setiap baraknya. Dengan demikian, sebanyak 100 pasukan yang siap dan terlatih diharapkan bisa melindungi blok-blok penting yang ada di Batavia. Prajurit atau tentara terlatih ini sangat membantu pemerintah dalam hal keamanan dan ketertiban wilayah Batavia dan sekitarnya.
Kebutuhan dan Sistem Pemerintahan di Batavia
Kebutuhan dan sistem pemerintahan di Batavia lahir akibat keadaan sosial yang cenderung tidak stabil. Terkadang hubungan pemerintah kolonial dengan kerajaan setempat buruk dan menyebabkan peperangan yang kemudian menjadi akar pemicu utama akan kebutuhan ini.
Serangan para perompak (bajak laut) juga sangat berbahaya bagi orang-orang kulit putih yang tinggal di Batavia dan sekitarnya. Maka dari itu sistem pertahanan di Batavia sangat dibutuhkan. Apalagi mengingat isi penduduk yang hampir sebagian terdiri dari orang-orang kulit putih dan penyandang gelar jabatan yang relatif tinggi.
Baca juga: Kumpulan Artikel Sejarah Kolonial Belanda
Itulah sejarah sistem pertahanan militer Belanda yang sudah sangat modern. Beberapa meriam masih bisa ditemukan di bekas wilayah Batavia yang kini dikenal dengan ibu kota Jakarta. (Erik/R7/HR-Online/Editor: Ndu)