Sejarah Sarekat Abangan merupakan bagian dari catatan ringkas historiografi kolonial yang pernah berjaya pada tahun 1900 di Solo, Jawa Tengah.
Perkumpulan politik yang berasal dari para pemuda Jawa ini beranggotakan para ahli mistik kejawen pengikut Syekh Siti Djenar.
Adapun peran dan pergerakan perkumpulan ini dalam politik sangat menakjubkan. Berikut fakta-fakta menarik yang belum banyak terpublikasi.
Ini 5 Fakta Menarik dari Sejarah Sarekat Abangan
Takashi Shiraishi dalam penelitian sejarah pada tahun 1997, mengungkapkan berbagai penemuan terbarunya berkaitan dengan fakta menarik perkumpulan tersebut sebagai berikut.
Melakukan Penyebaran Agama Islam Abangan
Sebagaimana yang ada dalam buku Takashi berjudul “Zaman Bergerak : Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926”, (1997: 271), menyebut bahwa perkumpulan kejawen yang diketuai oleh Mangoenatmodjo, lambat laun melakukan penyebaran Agama Islam Kejawen, yaitu “Abangan”.
Baca Juga: Sejarah AURI, Percobaan Pembunuhan Soekarno oleh Pilot Kebanggaan Indonesia
Hal ini seperti diungkapkan dalam surat kabar kolonial yang ditulis langsung Mangoen atmodjo sebagai berikut.
“Terdapat dua jenis agama Islam di Jawa. Pertama agama Islam poetihan, dan kedua agama Islam abangan”.
Adapun agama Islam poetihan identik dengan ajaran Islam sesuai dengan kaidah-kaidah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Islam abangan merupakan ajaran langsung dari Syekh Siti Djenar.
Seperti kita ketahui bersama perjalanan Syekh Siti Djenar merupakan tokoh yang hidup pada masa Wali Songo.
Namun karena perannya yang sedikit menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW, figur yang satu ini kemudian mendapati hukuman ekseskusi mati, dari kesembilan wali tersebut.
Ikut Menjadi Organisasi Massa, Pemicu Kerusuhan
Adapun kisah menarik selanjutnya dari sejarah Sarekat Abangan ini, antara lain pernah menjadi organisasi massa pemicu kerusuhan.
Sejarawan banyak menganggap bahwa perkumpulan ini sebagai satu organisasi radikal. Hal ini tergambar jelas saat terjadi beberapa kerusuhan buruh dan petani di Klaten dan Yogyakarta tahun 1920.
Banyak catatan kolonial juga yang menduga dalang terjadinya kerusuhan adalah sarekat merah pengikut ajaran Siti Djenar.
Mereka sengaja melakukan gerakan ini untuk membentuk sabotase bersama, demi meruntuhkan kebijakan kolonial yang menindas.
Membentuk Koperasi Tani
Nampaknya, perkumpulan ahli mistik Jawa ini juga memiliki jiwa solidaritas yang kuat terhadap petani, dan masyarakat agraris pada umumnya.
Baca Juga: Sejarah Nama Indonesia, Ternyata Ahli Etnologi Jerman Pencetusnya
Mangoenatmodjo, pendiri sarekat kejawen ini rupanya membentuk program koperasi tani yang berjalan sekitar tahun 1919-1920 di wilayah Surakarta dan sekitarnya.
Koperasi tani memiliki kewajiban untuk melakukan kredit uang terhadap para petani yang ada di Surakarta. Tetapi tidak hanya uang, rupanya koperasi ini juga membantu para petani mendapatkan benih padi dengan harga yang relatif murah.
Koperasi ini sangat berperan membantu masyarakat agraris Surakarta di tengah situasi dan kondisi yang sedang sulit. Paceklik yang menyebabkan kekurangan pangan, akhirnya sedikit terbantu dengan hadirnya program ini.
Memobilisasi Massa agar Tidak Takut dengan Aparat dan Penguasa
Sejarah Sarekat Abangan mencatat bahwa organisasinya pernah mengajak massa untuk tidak takut terhadap aparat dan penguasa.
Mangoenatmodjo menjadi salah satu figur pemberani yang mengajak para pengikutnya untuk memberontak.
“Banyaknya tindakan penindasan yang dilakukan oleh pemangku jabatan penting dalam pemerintahan, justru harus berubah menjadi kayu bakar demi nyala api dalam tungku.”
Peristiwa ini tergambar sebagaimana Takashi dalam tulisannya sebagai berikut, “tak jarang ketua organisasi Abangan ini memobilisasi massa agar tidak takut pada senjata, hukuman, bahkan kematian”.
Pengikut Persatuan Abangan Meningkat Sejak Tahun 1919
Sejarah perjuangan Indonesia mencatat bahwa pengikut dari persatuan kelompok ini meningkat tajam pada tahun 1919.
Adapun yang menyebabkan adanya peningkatan antara lain, karena kepercayaan masya rakat akan warisan kekuatan dari leluhur yang harus terus lestari.
Kepercayaan terhadap figur “Ratu Adil” yang akan hadir seiring dengan penderitaan rakyat, juga salah satu yang menyebabkan organisasi ini populer di kalangan masyarakat Jawa.
Mangoenatmodjo sangat identik dengan tokoh tersebut. Banyak masyarakat Jawa yang lahir pada tahun 1919 yang memiliki harapan yang baik terhadap sang kejawen pemberani itu.
Sejarah Sarekat Abangan juga meningalkan catatan bahwa figur ketua yang baik hati pada petani dan buruh itu, menjadikan dirinya menduduki posisi bergengsi dalam lingkungan.
Ia dianggap sakti dan memiliki ilmu di luar nalar. Pada hakikatnya, perjuangan rakyat dalam kelompok ini sering diwarnai dengan adegan-adegan klenik khas mistikus Jawa.
Nah itulah sejarah Sarekat Abangan yang ada dalam historiografi kolonial. Meskipun banyak dianggap sebagai kelompok yang sesat. Setidaknya organisasi ini pernah memiliki peran yang sama dengan perjuangan para pahlawan nasional yang ada saat itu. (Erik/R7/HR-Online)
Editor: Ndu