Selasa, April 1, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Perang Aceh, Ulama Berperan Memobilisasi Massa

Sejarah Perang Aceh, Ulama Berperan Memobilisasi Massa

Sejarah perang Aceh yang terjadi pada abad ke 19 masehi, ternyata menyimpan seribu kisah yang berarti bagi perjuangan bangsa. Betapa tidak mengharukan, catatan sejarah Indonesia menyebut banyak peran rakyat dalam melawan penjajah, tak terkecuali Ulama.

Dalam beberapa catatan sejarah, ternyata ulama memiliki peran yang begitu berarti bagi jalannya perang Aceh.

Hal ini terbukti sebagaimana dalam buku Ibrahim Alfian berjudul “Perang di Jalan Allah: Perang Aceh 1873-1912”, yang menyebutkan bahwa ulama telah memberikan dampak positif bagi pergerakan Aceh saat itu.

Masih menurut sumber yang sama, Ibrahim menyebut jika Ulama di Aceh berperan dalam memobilisasi masa untuk ikut bergabung dalam peperangan.

Baca juga: Sejarah Presiden Soekarno, Masa Kecilnya Pernah Sakit-sakitan

Sejarah Perang Aceh 1873-1912 dan Peran Ulama

Sisi lain dari peran para tokoh agama di Aceh ternyata begitu besar dalam mempertahankan wilayah mereka, khususnya pada tahun 1873-1912. Berikut adalah beberapa kiprah mereka dalam melawan penjajah.

Sejarah Perjuangan Rakyat Aceh dan Ideologi Perang Sabil

Melalui para ulama berpengaruh di Aceh, perang melawan Belanda pada abad ke 19 akhirnya mendapat banyak respon dari para penduduk setempat.

Sebagaimana dalam bukunya Ibrahim Alfian berjudul “Perang di Jalan Allah: Perang Aceh 1873-1912”, (2016: 125), menyebut peranan Ulama dalam perang Aceh sangatlah strategis.

Ulama mampu memobilisasi massa untuk mengikuti perang dengan Belanda dengan menyebarkan ideologi “perang sabil”.

Kondisi seperti ini yang membuat masyarakat Aceh yang kental akan agama Islam menjadi terdorong untuk ikut bergabung.

Selain menyiapkan pasukan, mereka juga melatih untuk menjadi prajurit yang ahli dalam peperangan.

Menurut beberapa catatan sejarah perang Aceh, mereka juga mendidik pengikutnya untuk berlatih strategi perang.

Baca juga: Sejarah Pembacaan Teks Proklamasi, Lapangan Ikada Gagal Jadi Tempat Kemerdekaan

Seruan Bersama Mengusir Kafir

Para Ulama di sana, berupaya untuk mengusir kaum kaphe (penyebutan Kafir dalam bahasa Aceh) yaitu Belanda.

Orang Aceh saat itu mempercayai Belanda merupakan sekelompok kafir yang harus dimusnahkan. Oleh karena itu, seruan bersama untuk mengusir kafir sangat didukung oleh rakyat Aceh zaman itu.

Selain dari mobilisasi ulama, biasanya rakyat Aceh memperoleh semangat mengusir kafir dari sebuah rapat bersama para panglima perang Aceh yang kebetulan dipimpin oleh para ulama.

Sekali lagi, rakyat Aceh menuduh Belanda sebagai kafir karena sifat-sifatnya yang cenderung tidak manusiawi.

Orang-orang Belanda yang ada di Aceh sering membuat onar. Bahkan beberapa catatan sejarah perang kemerdekaan membuktikan jika orang Belanda sering membunuh rakyat Aceh yang terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak kecil.

Atas dasar inilah mereka menganggap Belanda sebagai kaum kafir dan musuh bersama umat Islam.

Baca juga: Sejarah Sistem Pertahanan Batavia, Ada Jembatan Kayu dengan Meriam

Memanfaatkan Pengajian untuk Memperoleh Massa

Dalam memobilisasi massa, ulama memanfaatkan tempat pengajian secara terpusat yang disebut Dayah.

Mereka menggodok pengikutnya untuk menghimpun kekuatan yang sempurna dalam menghadapi Belanda.

Sehingga, tidak hanya ilmu agama saja yang mereka ajarkan, melainkan pelajaran bagaimana cara mengangkat senjata untuk melawan penjajah.

Ternyata dari sejarah perang Aceh ini, strategi seperti ini membuat Belanda sulit menebak gerakan-gerakan ulama. Apalagi mereka tidak terlalu memperhatikan peran tokoh agama dalam hal peperangan.

Pengaruh T.g.k Chik di Tiro

T.g.k Chik di Tiro merupakan salah satu nama besar Ulama yang berpengaruh terhadap peristiwa ini.

Selain masuk pada kategori Ulama yang menyebarkan ideologi ‘Perang Sabil’, Chik di Tiro juga mencatatkan sejarah sebagai Ulama Aceh yang berani terjun langsung dan memimpin perang melawan Belanda.

Namun hal paling menarik dari Chik di Tiro, adalah sikap cerdas dan bijaksananya yang jarang dimiliki oleh siapa pun saat itu.

Ia mampu menginsafkan orang hanya dengan lisan dan tulisan untuk menjadi pengikut perangnya.

Sementara melalui lisan, ia dengan cerdasya menyerukan bahwa perang ini merupakan serangan yang suci dan berasal dari nafas Islam.

Sementara secara tersurat, Chik di Tiro menyampaikan negosiasi dengan Belanda, atau kerja sama yang saling menguntungkan.

Ia menyurati Belanda dengan sebuah persediaan bekerja sama dengan Belanda, dengan catatan orang Belanda yang mau ikut campur dalam pemerintahan Aceh, ia harus terlebih dahulu masuk dan memeluk agama Islam.

Keberanian T.g.k. Chik Kuta Karang

Berbeda dengan T.g.k. Chik di Tiro yang masih memberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan Belanda, Chik Kuta Karang justru sebaliknya.

Masih dalam sejarah perang Aceh, Ia merupakan seorang lama yang tidak pernah mengenal kompromi pada kafir.

Baca juga: Sejarah Nama Indonesia, Ternyata Ahli Etnologi Jerman Pencetusnya

Umpamanya hanya mengandalkan pemakaian mata pedang dalam menghadapi Belanda.

Chik Kuta Karang terkenal sebagai ulama pejuang Aceh yang gagah dan berani. Bahkan, banyak orang termotivasi oleh perannya selama menjabat sebagai pemimpin perang di Aceh.

Alhasil, para pengikut Chik Kuta Karang sangat banyak untuk melawan penjajah Belanda dari tanah Aceh.

Demikian beberapa peran ulama dalam sejarah perang Aceh yang bisa kita ambil pelajarannya. Dengan membaca sejarahnya, kita bisa belajar pengertian dari sebuah perang yang sesungguhnya. Sebab dalam konsep pasukan Islam Aceh, tidak akan menyerang terlebih dahulu, sebelum musuh itu bergerak dan terlebih dahulu melepaskan senjata. (Erik/R6/HR-Online)

Keindahan Leuwi Pamipiran dan Curug Panganten di Ciamis

Keindahan Leuwi Pamipiran dan Curug Panganten di Ciamis, Rekomendasi untuk Libur Lebaran

harapanrakyat.com,- Di Ciamis, Jawa Barat, tepatnya di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya, terdapat wisata alam yang masih terjaga keindahannya, yaitu Leuwi Pamipiran dan Curug Panganten...
Wisatawan Mulai Serbu Pantai Pangandaran

Wisatawan Mulai Serbu Pantai Pangandaran, Antrean Kendaraan Mengular di Pintu Masuk Obwis

harapanrakyat.com,- Memasuki H+1 Lebaran 2025, para wisatawan dari berbagai daerah mulai menyerbu pantai dan objek wisata (obwis) lainnya di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Seperti...
Cara Membuat Live Photo di Android, Mirip GIF

Cara Membuat Live Photo di Android, Mirip GIF

Banyak pecinta gadget yang merasa penasaran dengan Live Photo di Android. Rasa penasaran tersebut berkaitan dengan definisi hingga cara penggunaannya. Berkaitan dengan hal itu,...
Spesifikasi HP Coolpad CP12 Neo, Bawa Baterai 5000 mAh

Spesifikasi HP Coolpad CP12 Neo, Bawa Baterai 5000 mAh

Coolpad CP12 Neo cukup menuai perhatian di tahun 2025 ini. Hal ini karena ponsel tersebut rilis dengan dukungan spesifikasi mumpuni di kelasnya. Spesifikasi HP...
Mitos Candi Cangkuang, Larangan Datang Hari Rabu dan Menabuh Gong

Mitos Candi Cangkuang, Larangan Datang Hari Rabu dan Menabuh Gong

Candi Cangkuang merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang terletak di tengah danau kecil Kabupaten Garut, Jawa Barat. Uniknya, situs ini bukan sekedar menyimpan keindahan...
Ciri Ciri Trucukan Ropel Panjang, Mata Besar dan Sorot Tajam

Ciri Ciri Trucukan Ropel Panjang, Mata Besar dan Sorot Tajam

Burung Trucukan menjadi salah satu jenis burung berkicau yang banyak orang gemari saat ini. Suaranya yang khas dan merdu membuatnya sering menjadi pilihan peliharaan...