Sejarah kriminal di Batavia belum banyak diketahui oleh khalayak umum. Namun beberapa peneliti sejarah sosial di Indonesia secara perlahan sudah ada yang bisa mengakses data mengenai fakta-fakta era kolonial di Hindia Belanda.
Sejarah ini sering diteliti oleh para sejarawan sosial, karena fenomena tersebut tersimpan berbagai peristiwa penting dalam historiografi Indonesia.
Tak banyak orang mengenal perjuangan preman bagi berdirinya negara dan apa perannya yang bisa kita ambil hikmahnya kala menentang kolonial.
Sejarah Kriminal yang kemudian menemukan sosok preman di Batavia era kolonial tak akan lupa dengan istilah Jago.
Beberapa data sejarah terdapat di selebaran surat kabar kolonial menyebut bahwa para pribumi menyebut premanisme kala itu dengan istilah Jago.
Istilah Jago terus terangkat keberadaannya seiring dengan catatan-catatan sejarah masa lampau yang masih tersimpan dengan menyisakan kisah menarik di dalamnya.
baca juga: Sabotase Kemerdekaan, Sejarah Sekitar Proklamasi yang Terlupakan
5 Kisah Menarik Sejarah Kriminal di Batavia 1800- an
Artikel ini akan membahas eksistensi preman di Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda. Apa saja penyebab lahirnya premanisme di Batavia, simak penjelasan lebih lanjut di bawah ini.
Terjadi Peristiwa Geger Pecinan (1740)
Meskipun fenomena premanisme baru lahir di abad ke XIX, namun terjadinya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1740 telah menjadi salah satu penyebab dari adanya fenomena premanisme di Batavia pada tahun 1800-an.
Geger Pecinan tahun 1740 adalah suatu peristiwa berdarah yang terjadi antara orang kolonial dengan para penduduk Tionghoa di Jakarta.
Serangan terhadap orang Tionghoa oleh kolonial sebagai bentuk peringatan agar supaya orang-orang Tionghoa yang ada di Batavia tidak melakukan pemberontakan.
Akhirnya 10 ribu orang Tionghoa tewas dan mayat-mayatnya mereka buang ke Kali Angke karena peristiwa tersebut.
Sementara menurut beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa, orang kolonial telah banyak kehilangan ekonomi untuk membiayai perang ini.
Alhasil banyak beberapa hal penting di dalam pemerintahan kolonial yang membuka peluang bagi tumbuhnya aksi premanisme di Batavia.
baca juga: Peran Pengusaha Kretek Bagi Perkembangan Organisasi Islam di Kudus Abad 20
Banyak Orang Kaya Batavia Butuh Perlindungan
Banyaknya di antara orang kaya seperti tuan tanah di Batavia yang membutuhkan perlindungan dari orang-orang yang kemudian mereka sebut Jago.
Hal ini terjadi karena banyak kebijakan pemerintah kolonial yang saat itu menyudutkan para tuan tanah agar menyetor pajak lebih tinggi dari biasanya.
Para para tuan tanah menyewa jago atau preman ini untuk bekerja melindungi para tuan tanah dari intimidasi pemerintah kolonial saat itu.
Hal ini seperti dalam buku Suhartono berjudul “Bandit-Bandit Pedesaan Jawa: Studi Historis 1850-1942” (2010 : 32).
Ada Semangat Robinhood
Semangat layaknya menjadi Robinhood yang kerap terjadi pada tahun 1800-an, secara tidak langsung telah membuka peluang bagi tumbuhnya perilaku premanisme di Batavia.
Sebagaimana dalam bukunya Erick Hosbawn berjudul “Bandits” menyebut jika semangat Robinhood telah mendukung lahirnya perbanditan hampir di seluruh penjuru dunia.
Dari hal ini peneliti sosial seperti Suhartono akhirnya membagi klasifikasi jenis bandit atau preman dengan dua kategori, pertama ordinary Bandits, dan yang kedua social Bandits.
Nah jika bandit-bandit yang ada di Batavia melakukan tindak kejahatan untuk kepentingan sosial, maka preman atau jago itu bisa masuk ke dalam kategori “bandit sosial”.
Sistem Keamanan Kolonial Lemah
Sistem keamanan kolonial yang lemah juga adalah salah satu penyebab terjadinya fenomena premanisme yang ada di Batavia.
Keamanan yang cenderung lemah ini karena kurangnya loyalitas penegak hukum pada saat itu yang tak terkendalikan.
Adanyan sistem keamanan yang buruk ini akhirnya justru membuka peluang bagi adanya tindak kriminalitas di Batavia.
Di beberapa kejadian justru para penegak hukum yang mendapatkan tugas pemerintah kolonial bekerja sama dengan para preman untuk memperoleh kepentingan yang sama.
Pitung Sosok Jagoan Insipirasi
Adanya kisah si Pitung jagoan dari Betawi juga telah membuka celah paling banyak atas lahirnya perbanditan yang terjadi di Batavia.
Berbeda dengan Bandit biasa, beberapa kelompok yang terinspirasi oleh perjuangan si Pitung biasanya akan menjadi Bandit sosial yang memiliki kepentingan untuk menolong masyarakat kecil di pedesaan Batavia.
Tak Terlepas dari Masalah Keadilan
Begitulah kisah sejarah premanisme yang terjadi di Batavia, dengan lahirnya klasifikasi Bandit oleh Suhartono (Ordinary Bandits & Social Bandits) membuka mata kita untuk mengetahui sesungguhnya maksud dari kriminalitas, atau premanisme yang pernah terjadi di Batavia era kolonial Hindia Belanda.
Banyak pendapat bahwa kriminalitas yang terjadi di Batavia itu tidak terlepas dari masalah keadilan.
Karakter pemerintah kolonial yang tamak menjadi salah satu penyebab lahirnya premanisme yang sesungguhnya di Batavia, hanya beberapa referensi kolonial tidak membuka penjelasan lebih lanjut akan hal ini.
Dengan mempelajari sejarah kriminal di Batavia ini melalui perspektif kebangsaanlah yang bisa menelaah lebih jauh peran-peran bangsa Indonesia dari berbagai kalangan dan profesi. (Erik/R6/HR-Online)