Sejarah Jenderal Sudirman sangat penting untuk kita ketahui bersama. Sebab ternyata tokoh perjuangan kemerdekaan ini sejak remaja punya tim kesebelasan sepak bola di Cilacap.
Tak banyak orang tahu, selain punya jiwa nasionalis yang kuat, ternyata sang Jenderal bintang lima ini sejak cilik paling suka berolahraga.
Tidak hanya kisahnya dengan sepak bola, tetapi terdapat pula beberapa cerita dan fakta menarik tentang pemuda asal Purbalingga ini.
Baca Juga: Sejarah Cipto Mangunkusumo, Intelektual Kritis yang Revolusioner
Berdasarkan seminar sejarah Muhammadiyah pada tanggal 23 Agustus 2021 oleh Dr. Sardiman, Jenderal Sudirman merupakan tokoh penting dalam kemerdekaan bangsa dan negara.
Berikut adalah Temuan Menarik dari Sejarah Jenderal Sudirman Menurut Peneliti UNY
Artikel ini merupakan review dari seminar sejarah Muhammadiyah dengan judul “Bedah Karya Sejarah Muhammadiyah” dengan keynote speaker Dr. Sardiman, pada 23 Agustus lalu.
Dr. Sardiman merupakan seorang dosen sekaligus peneliti sejarah Jenderal Sudirman dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Memiliki Tiga Kultur dalam Hidupnya
Sudirman kecil memiliki riwayat yang sangat menarik untuk diulas. Tidak seperti anak kecil biasanya yang tinggal bersama orang tua dengan sistem pendidikan satu kultur, anak asal Purbalingga Jawa Tengah ini justru memiliki riwayat dengan tiga kultur pendidikan dalam hidupnya.
Ibunya bernama Siyem dan ayahnya Karsim, mereka adalah orang tua yang taat beribadah. Selain tinggal bersama kedua orang tuanya, ternyata Sudirman kecil juga memiliki ayah angkat yang berasal dari kalangan ningrat bernama Raden Tjokrosoenarjo.
Dimas (sebutan sang Jenderal tatkala remaja) mengakui sebagai orang miskin. Ibu dan ayahnya berasal dari orang yang tak punya, bahkan untuk membeli beras saja tak jarang mereka kesulitan.
Sementara sang ayah angkat yang merupakan kerabat dekat dari garis keturunan ayah, merupakan tokoh ningrat yang terkenal kaya di lingkungannya.
Semenjak diangkat jadi anak oleh kerabat ningratnya itu, Sudirman remaja memiliki pengalaman pendidikan dengan tiga kultur dalam hidupnya, yaitu: Kultur Wong Cilik, Kultur Santri, dan Kultur Priyayi.
Baca Juga: Sejarah Presiden Soekarno, Masa Kecilnya Pernah Sakit-sakitan
Terdidik dalam tiga sub kultur, ternyata bisa membuat pria yang lahir pada tanggal 24 Januari 1916 menyelesaikan sekolahnya di lembaga pendidikan formal Belanda, dan bergaul dengan orang Eropa.
Sudah Memiliki Rasa Nasionalisme yang Tinggi Sejak Kecil
Temuan langka yang sangat menarik untuk diungkap lainnya yaitu, ternyata didikan yang diwariskan orang tuanya membentuk rasa nasionalisme yang tinggi untuk Sudirman remaja.
Sejarah Jenderal Sudirman mencatat bahwa selain dari warisan, rupanya membaca buku yang rutin Ia lakukan pada masa sekolah juga penyebab kedua tumbuhnya rasa tersebut.
Menurut Dr. Sardiman, buku yang saat itu membentuk karakter nasionalisme beliau kuat adalah salah satu buku bergambar yang menunjukan ketimpangan sosial.
Dalam buku itu ada lukisan yang menunjukan satu adegan seperti gambar seorang pengemis dengan tulisan orang pribumi, dan orang yang rapi duduk di Cafe tertulis orang Belanda.
Buku inilah yang menginspirasi panglima besar pertama di Indonesia untuk membentuk karakter nasionalis yang kuat.
Dibalik kebiasaannya membaca buku yang kuat, ternyata peran lembaga pendidikan seperti sekolah juga sangat penting membentuk karakter beliau. Ia bisa bergaul dan memahami cara pandang masyarakat Eropa mengenai kelemahan pribumi dan mengatasinya.
Guru Bagi Teman Sekolah
Rutinitas di sekolah yang saat itu ditekuni oleh sang Jenderal, ternyata pernah memiliki kesan tersendiri menurut teman-temannya.
Hal ini tergambar jelas dalam sejarah Jenderal Sudirman yang pada saat itu pernah terkesan sebagai guru bagi teman-teman yang ada di sekolahnya.
Ia terkenal sebagai lelaki cerdas yang tak mudah putus asa. Untuk mengerjakan satu permasalahan yang sulit Sudirman bisa dengan mudah menyelesaikannya.
Baca Juga: Sejarah Sarekat Abangan, Perkumpulan Ahli Mistik Jawa yang Berpolitik
Maka dari itu banyak teman sekolah lebih suka belajar dengannya. Tak jarang juga terdapat gadis-gadis sebaya yang sering menaksir kecerdasan beliau dalam berbagai kesempatan.
Pernah Mendirikan Kesebelasan Sepak Bola
Barangkali sejarah Jenderal Sudirman yang satu ini tidak pernah terduga sebelumnya. Seorang pemuda pemilik badan atletis itu ternyata sudah mendirikan tim kesebelasan sepak bola sejak remaja.
Sebagaimana popularitas pergaulan anak muda saat ini yang menamakan tim sepak bolanya dengan istilah-istilah unik, saat itu beliau juga menamakan klub sepak bolanya itu dengan istilah “Banteng Muda”.
Sejak remaja hampir sebagian waktunya Ia habiskan di Cilacap, sehingga klub Banteng Muda ini juga diketahui berdiri di sana sekitar tahun 1930.
Sementara menurut beberapa saksi sejarah yang ditemukan oleh Dr. Sardiman, pria penyuka kretek ini juga pernah jadi back (penyerang belakang) dalam kesebelasannya itu.
Mengusulkan Hizbul Wathan Memakai Celana Panjang
Masih menurut Dr. Sardiman, rupanya pemain sepak bola dari Cilacap ini juga pernah mengusulkan gerakan kepanduan Muhammadiyah bernama Hizbul Wathan (HW) agar memakai celana panjang.
Hal ini karena alasan penyederhanaan kostum. Terlebih ketika waktu salat datang, para anggota HW tidak perlu memakai sarung untuk salat, karena sudah diganti dengan celana panjang.
Usulan Sudirman yang pada saat itu aktif di organisasi kepanduan Muhammadiyah akhirnya menjadi kesepakatan bersama. Bahkan hingga saat ini peristiwa itu terus terkenang.
Baca juga: Kumpulan Artikel Sejarah Indonesia
Demikian ulasan menarik dari kutipan unik sejarah Jenderal Sudirman, berdasarkan hasil penelitian Dr. Sardiman selaku peneliti sejarah senior dari Yogyakarta. (Erik/R7/HR-Online)