Peran pengusaha kretek dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia sangat menarik untuk dipelajari. Kudus adalah salah satu kota yang bisa kita jelajahi dalam mempelajari sejarah pergerakan Islam di Indonesia.
Kota ini merupakan kota yang warisan nenek moyang suci terdahulu, yaitu Walisongo. Bahkan beberapa di antara kita mengenal Kudus sebagai Kota Wali.
Perjalanan sejarah pergerakan Islam di Indonesia ternyata terus mengalir hingga abad ke 20 di Kudus.
Karena perkembangan zaman yang relatif modern, maka terciptalah wadah perkumpulan bernama organisasi di setiap daerah, tak terkecuali di Kudus.
Sebagaimana julukkannya kota Wali, di Kudus kini tumbuh berbagai organisasi sosial keagamaan.
Adapun menurut catatan sejarah pergerakan Islam di Indonesia, Kudus telah menjadi saksi lahir dan berkembangnya organisasi sosial keagamaan, seperti Nahdatul Ulama (NU), Syarikat Islam (SI), dan Muhammadiyah. Namun ada beberapa hal yang menarik dari perkembangan organisasi tersebut.
Menurut buku Kretek Indonesia dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya menyebutkan, jika ternyata peran pengusaha kretek di Kudus pernah menjadi penyokong utama dalam hal pendanaan organisasi-organisasi sosial berbasis keagamaan seperti NU, SI, dan Muhammadiyah pada tahun 1900-an.
Namun di beberapa penjelasan lainnya, tidak saja dalam hal pendanaan, para pengusaha kretek di Kudus menyokong organisasi sosial kegamaan menggunakan beragam cara.
Pada kesempatan kali ini akan membahas beberapa cara para pengusaha kretek membantu perkembangan organisasi Islam di Kudus pada tahun 1900-an.
baca juga: Sejarah Sistem Pertahanan Batavia, Ada Jembatan Kayu dengan Meriam
Beberapa Peran Pengusaha Kretek
Berikut adalah beberapa bentuk dukungan para pengusaha rokok terhadap perkembangan organisasi Islam yang ada di Kudus.
Tokoh Pergerakan Islam di Kudus adalah Pengusaha Kretek
Menurut S. Margana, Dkk dalam buku berjudul “Kretek Indonesia dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya” (2014: 161) menyebutkan hampir sebagian tokoh pergerakan Islam di Kudus merupakan pengusaha kretek.
Sementara Lance Castles dalam bukunya berjudul “Tingkah Laku, Agama, Politik dan Ekonomi di Jawa: Industri Rokok Kudus” (1982: 102) mengungkapkan, orang-orang Kudus menganggap kotanya sebagai wilayah Islam dengan para pendirinya yang suci.
Prestis ini kemudian diwariskan para tokoh agama yang ada di Kudus waktu itu dan kebetulan pengusaha kretek.
Adapun peran tokoh pergerakan Islam di Kudus dalam hal perkembangan organisasi sosial berbasis keagamaan berbentuk sokongan ilmu pengetahuan, dan beberapa pendanaan dari penjualan rokok kretek.
baca juga: Karakter Unik Raja Jawa tahun 1800-an, Senang Bagi-bagi Jabatan
Para Pengusaha Kretek merupakan Tokoh yang Cerdas
Sebagaimana telah pembahasan di bagian awal, para pengusaha kretek yang kemudian merangkap jadi tokoh agama di Kudus adalah orang-orang dari golongan yang cerdas.
Sumbangsih pemikirannya banyak menemani perkembangan organisasi sosial berbasis keagamaan yang baru muncul abad kedua puluh di Kudus.
Sebut saja H.M Abdul Kadir, ia merupakan seorang tokoh Muhammadiyah yang terkenal membantu lahir dan berkembangnya organisasi Muhammadiyah ranting Kudus.
Selain cerdas berorganisasi, H.M Abdul Kadir juga pandai dalam hal dakwahnya yang menyejukkan hati para jemaah.
Selain pandai berdakwah, tentunya beliau juga mahir berniaga. Sebab, menurut sejarah yang dikemukakan oleh Lance Castles, awalnya H. M Abdul Kadir merupakan orang yang serba kesulitan.
Namun setelah ia mengenal kretek dan memahami cara penjualannya, kemudian keadaan ekonomi beliau berubah cukup drastis.
baca juga: Sejarah Batavia Tahun 1800-an, Pernah dijuluki Kota Terbesar dan Terkaya
Menjadikan Industri Kretek sebagai Penopang Ekonomi Daerah
Pada masa kolonial tembakau sangat diperhatikan, dari mulai penanamannya, produksinya hingga pemasarannya.
Pemerintah kolonial sudah melihat peluang untung yang bisa didapatkan dari penjualan produk berbahan baku tembakau seperti kretek.
Menjadikan industrik kretek sebagai penopang ekonomi daerah di Kudus juga secara tidak langsung telah memberikan dampak yang positif bagi perkembangan organisasi Islam.
Meskipun tidak membantu secara langsung, industri kretek yang dijadikan sebagai alat penopang ekonomi di Kudus sudah berperan dalam menyejahterakan penduduk termasuk umat Islam.
Nitisemito, Pengusaha Kretek Mendukung Gerakan Sosial Islam di Kudus
Nitisemito merupakan pengusaha kretek yang paling terkenal di Kudus. Pamornya yang demikian tinggi berasal dari kepandaiannya dalam berbisnis kretek. Nitisemito merupakan pelopor perdagangan kretek di Indonesia dengan menggunakan teori marketing (pemasaran).
Rokok kretek yang terkenal milik Nitisemito bermerk Tiga Bal. Produk kretek beliau sudah menyebar ke berbagai wilayah di Hindia Belanda sebagai kretek yang memiliki kualitas baik. Atas usaha dan jerih payahnya itu maka penjualan kretek Nitisemito kian terkenal.
Dari peristiwa inilah kemudian pengusaha kretek bernama Nitisemito memiliki semangat yang kuat untuk berperan aktif mendukung gerakan sosial Islam di Kudus. Beliau memberikan beberapa pendanaan guna kebutuhan organisasi di setiap saatnya.
Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Berbisnis
Dari adanya tokoh agama yang merupakan pengusaha kretek juga telah berperan dalam mengajarkan ilmu pengetahuan berbisnis pada perkembangan organisasi sosial keagamaan di daerah Kudus dan sekitarnya.
Strategi bisnis yang diajarkan disela-sela waktu saat dakwah atau diskusi dengan anggota organisasi merupakan media yang paling terlihat. Karena terbiasa diskusi tentang bisnis maka beberapa penerus anggota organisasi Islam di Kudus melanjutkan tradisi menjadi pengusaha kretek yang sukses.
Pengusaha Kretek dan Organisasi Sosial Keagamaan di Kudus
Ternyata keterkaitan pengusaha kretek dengan organisasi sosial keagamaan sangatlah erat. Beberapa tokoh Islam yang menjadi pengurus organisasi sosial berbasis agama ternyata merupakan sosok dari pengusaha kretek.
Adanya kretek di Kudus juga banyak berperan dalam hal pendanaan dan pengajaran bagi organisasi Islam.
Para pengusaha kretek tak ragu menyumbangkan sebagian besar hartanya untuk membantu mengembangkan cita-cita organisasi Islam yang ada di Kudus. Mereka juga tidak pelit berbagi ilmu dan pengetahuan berbisnis pada anggota organisasi.
Inilah catatan sejarah peran pengusaha kretek yang perlu dikenang, terutama pada generasi umat Islam yang ada di Indonesia. Jangan memandang sesuatu hal dalam satu sisi saja, sebab belum tentu sisi lainnya tidak bermanfaat bagi Anda. (Erik/R6/HR-Online)