Pendapatan Alibaba terbaru rupanya meleset dari perkiraan pertama kalinya dalam kurun waktu 2 tahun lebih.
Pencapaian tersebut menegaskan adanya dampak dari tindakan keras pemerintah Beijing kepada sektor internet selama berbulan-bulan lamanya.
Adapun Alibaba atau Alibaba Group Holding Limited merupakan konglomerat multinasional asal Tiongkok dengan spesialisasi bidang ritel, teknologi, kecerdasan buatan, e-commerce serta internet.
Perusahaan Alibaba berdiri pada tahun 1999 silam yang menyediakan bisnis ke konsumen, bisnis ke bisnis juga konsumen ke konsumen.
Layanan tersebut melalui mesin pencari belanja, pembayaran elektronik juga cloud computing.
Sejak awal pendiriannya pendapatan Alibaba kerap mengalami kenaikan ataupun penurunan.
Penyebab Pendapatan Alibaba Kali Ini Meleset dari Perkiraan
Jumlah pendapatan Alibaba naik pada kuartal kedua tahun 2021 sebesar 205,7 miliar yuan atau setara dengan US$ 31,8 miliar.
Kenaikan tersebut dibandingkan dengan angka pendapatan analisis rata-rata yang mencapai 209,4 miliar yuan.
Laba bersih Alibaba mencapai 45,1 miliar yuan, merupakan rebound dari kerugian yang terjadi pada kuartal sebelumnya menyusul keberadaan penalty antimonopoly.
Perusahaan mengumumkan jika mereka meningkatkan program pembelian kembali saham sebanyak 50 persen menjadi sebesar US$ 15 miliar.
Pertumbuhan terjadi cukup melambat pada sebagian besar divisi utama Alibaba mulai dari cloud sampai e-commerce.
Hal tersebut menggarisbawahi kekhawatiran jika daftar peraturan baru dari pemerintah yang kian banyak menjadi penghambat ekspansi serta meningkatkan beban perusahaan.
Sementara itu Daniel Zhang selaku Chief Executive Officer menyatakan dukungannya terkait kebijakan pemerintah yang berlaku selama tahun 2021.
Dimana kebijakan tersebut penuh gejolak, dari pembatasan yang ketat terhadap pengumpulan data sampai subsidi berlebihan.
Secara khusus, ia juga menyuarakan dukungan untuk kampanye enam yang mulai dari minggu lalu.
Pihak yang memulai kampanye itu adalah pengawas industry internet yang mana secara tegas menyerukan pemblokiran terhadap layanan sebagai pesaing.
Alibaba serta pesaing utamanya yakni Tencent Holdings Ltd. Sudah lama mengecualikan layanan satu sama lain yang berasal dari platform perusahaan tersebut.
Di sisi lain pendapatan Alibaba yang kini meleset, perusahaan tengah mempertimbangkan untuk memperbolehkan pelanggan memakai WeChat Pay dalam Tmall juga Taobao.
Laba Anak Usaha Alibaba yang Ikut Anjlok
Bukan hanya pendapatan Alibaba yang meleset, rupanya anak perusahaan Alibaba juga mencatatkan penurunan laba.
Penurunan laba anak perusahaan Alibaba sebesar 37% dalam kuartal yang berakhir pada bulan Maret daripada kuartal sebelumnya.
Hal ini terjadi kala kawasan Tiongkok mengeluarkan beberapa aturan baru mengenai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi.
Berdasarkan laporan keuangan anak perusahaan Alibaba yakni Ant Group, mereka mencatatkan pendapatan sebesar US $ 2,1 miliar atau setara dengan Rp. 30 triliun.
Jumlah laba tersebut tercatat pada kuartal pertama tahun 2021.
Alibaba sendiri memiliki satu pertiga saham yang ada dalam perusahaan Ant Group, sehingga penurunan laba sebesar 37% sejak tiga bulan sebelumnya.
Analisis menilai jika penurunan laba dari Ant Group terjadi karena adanya tantangan juga tindakan keras dari pemerintah Tiongkok.
Pemerintah setempat meminta Ant Group untuk merombak bisnis dan menjadikannya hanya fokus untuk layanan di bidang pembayaran.
Itu karena kawasan Beijing khawatir terhadap pertumbuhan perusahaan Ant Grup yang begitu cepat.
Terlebih pertumbuhan cepat terjadi pada sektor investasi, pinjam-meminjam serta asuransi.
Regulator Tiongkok juga mengeluarkan sejumlah proposal yang tergolong mengekang dominasi perusahaan Ant Grup dalam bidang pembayaran daring.
Pihaknya juga memaksa Ant Group mengurangi ekspansi terhadap layanan pinjaman konsumen juga manajemen terkait kekayaan.
Analisis memperkirakan jika valuasi perusahaan Alibaba menurun dari US $ 320 miliar menjadi US $ 115 miliar sampai US $ 29 miliar.
Sementara valiasi Ant Group mereka perkirakan anjlok ke level US $ 29 miliar, salah satu faktor pendorongnya adalah kegagalan mencatatkan IPO tahun lalu.
Raksasa fintech atau teknologi finansial ini menyumbang hampir sebesar US $696 juta atau setara dengan triliun bagi pendapatan Alibaba.
Kemungkinan Kolaborasi Alibaba di Tengah Melesetnya Pendapatan
Selain pendapatan Alibaba yang meleset, rupanya peluang kolaborasi antar korporasi perusahaan raksasa tersebut juga nama lainnya mengalami peningkatan.
Kolaborasi ini utamanya terjadi bersamaan dengan tren transformasi di bidang digital atau digitalisasi yang terjadi di sejumlah elemen bisnis.
Bukan itu saja, kolaborasi juga menjadi kunci untuk melahirkan sejumlah inovasi baru yang menguntungkan satu sama lain.
Bagi korporasi, kolaborasi bersama perusahaan startup bisa menjadi peluang juga membuka potensi berupa ruang bisnis baru untuk perusahaan.
Tak hanya itu, lewat kolaborasi juga bisa menghemat biaya jika bisa mengintegrasikan produk guna memenuhi kebutuhan eksternal maupun internal.
Sebut saja Alibaba Group, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. PT Bukalapak.com, PT bank Neo Commerce Tbk. serta Grab.
Sejumlah perusahaan tersebut mempunyai bekal yang kuat guna berkongsi pada bisnis mereka.
Bagaimana tidak, korporasi itu mempunyai jembatan perusahaan terafiliasi dalam kepemilikan saham masing-masing.
Terdapat pula potensi campur tangan perusahaan Alibaba dalam kongsi tersebut.
Terlebih entitas usaha Alibaba yaitu Ant Group lewat API menggenggam kepemilikan saham Bukalapak sebesar 13,05%.
Adapun Ant Group sebagai anak usaha Alibaba menjadi investor utama pada ronde pendanaan denagan nilai US $ 1,1 miliar pada bulan Agustus tahun 2017 lalu.
Potensi campur tangan perusahaan Alibaba akan menguat jika perusahaan jadi menginjeksikan dananya dalam Grab.
Pada bulan September 2020 lalu, beredar kabar jika Alibaba siap mengucurkan dana sampai US$ 3 miliar kepada Grab.
Semua upaya kolaborasi ini tentu berpotensi besar meningkatkan pendapatan Alibaba serta perusahaan lainnya.
Sumber Pendapatan Perusahaan Alibaba Group
Sebagai salah satu perusahaan raksasa dunia, masih sedikit orang mengetahui dari mana sumber pendapatan Alibaba berasal.
Meskipun saat ini pendapatannya tengah meleset dari perkiraan, Alibaba sempat menjadi perusahaan dengan penghasilan sangat tinggi.
Mayoritas atau sekitar 99 persen pendapatan Alibaba berasal dari tiga bidang usaha perusahaan antara lain e-commerce, cloud juga media serta hiburan.
Sumber pendapatan perusahaan yang terbesar tentunya berasal dari e-commerce sekitar 88 persen.
Kisaran pendapatan tersebut meliputi Taobao juga T Mall.
Taobao merupakan platform dagang yang Alibaba ciptakan antar consumer.
Sementara TMall adalah layanan perdagangan yang berlaku antara perusahaan terhadap konsumen.
Pendapatan e-commerce Alibaba sempat mengalami peningkatan sampai 40 persen pada tahun 2019 lalu daripada tahun sebelumnya.
Jumlah pengguna layanan ini sekitar 699 juta pengguna yang aktif setiap bulannya dan mengakses melalui ponsel pintar dengan pertumbuhan tiap waktunya.
Sumber penghasilan perusahaan kedua adalah komputasi awan atau cloud computing yang serupa dengan amazon.
Kuartal terakhir 2019 lalu, usaha di bidang ini menghasilkan pendapatan sampai USD 962 juta yang terlihat kecil dari total pendapatan saat itu.
Namun peningkatan usaha dalam bidang tersebut tergolong begitu luar biasa bahkan sampai 84 persen sepanjang tahun 2018 lalu dan terus meningkat.
Pada tahun yang sama, bidang usaha ini menyumbang sebesar 6 persen dari total pendapatan Alibaba.