Fosil anak singa Sparta yang memberikan kejutan pada dunia. Pada tahun 2017 dalam perjalanan mencari gading, akhirnya menemukan sesuatu yang mengejutkan. Dia menemukan sesuatu yang menarik pada di lembah Sungai Semuel Yakh.
Kemudian menghubungi para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan Pusat Paleo Genetika di Swedia. Sebuah tim dikerahkan ke lokasi penemuan fosil tersebut.
Penemuan Fosil Anak Singa Sparta
Mengutip sciencealert.com, penemuan mumi anak singa gua pada wilayah Rusia. Pada penemuan tersebut dianggap sebagai spesimen mumi singa gua. Saat itu dalam kondisi terbaik yang pernah ada di dunia.
Seperti halnya dengan menemukan harta karun berharga. Pada dua ekor jasad singa itu masih dalam kondisi utuh dan juga membeku. Bahkan, kedua singa tersebut masih memiliki bulu tebal. Bulu tersebut masih dapat melapisi seluruh tubuhnya.
Singa gua yang sepertinya sempat hidup berdampingan dengan manusia purba. Penemuan singa yang pertama kali kemudian memberinya nama Boris. Hal tersebut karena penemuanya sendiri bernama Boris Brezhnev. Ia merupakan seorang kolektor gading yang memiliki izin.
Penemuan mumi anak singa jantan pada lembah Sungai Samuel Hakh pada 2017. Saat itu Boris Brezhnev sedang dalam perjalanannya untuk mencari gading. Sedangkan jasad anak singa yang kedua memiliki jenis kelamin betina. Penemuannya setahun setelah penemuan anak singa pertama.
Pada penemuan anak singa kedua dengan memberinya nama Sparta. Anak singa tersebut juga ditemukan pada bantaran sungai yang sama. Bahkan hanya berjarak 15 meter dari tempat penemuan anak singa gua pertama.
Sparta kemungkinan adalah jasad hewan zaman es paling awet yang pernah ditemukan. Kondisi bulu Sparta yang sedikit berantakan. Namun bagian cambangnya masih terjaga. Sedangkan jasad Boris yang mengalami sedikit kerusakan. Namun kondisinya masih dapat dikatakan cukup baik.
Baca Juga: Fosil Otak Euproops Danae Ditemukan, Berusia 310 Juta Tahun
Penelitian Anak Singa Gua yang Punah
Dengan kondisi tubuhnya yang masih utuh dan terawetkan dengan baik. Fosil anak singa Sparta tersebut dapat mengungkapkan kepada para peneliti. Tentunya mengenai kehidupan spesies singa yang sudah punah.
Adanya tim penelitian Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia juga Pusat Paleo Genetika di Swedia. Kemudian meneliti dari dua ekor singa purba dengan julukan Sparta dan Boris. Hingga hasil penelitiannya dipublikasikan melalui jurnal Quaternary.
Para peneliti mengungkapkan mengenai singa gua yang punah atau Panthera Spelaea. Singa tersebut merupakan spesies terpisah dari singa modern atau Panthera Leo. Analisis genetik pun menunjukan dua keluarga berbeda satu sama lainnya kurang lebih 1,9 juta tahun lalu.
Kemudian, para peneliti yang sebelumnya melakukan penggambaran pada seni gua. Selanjutnya, membandingkannya dengan singa Afrika. Namun, penemuan terbaru menjadikan pandangan yang belum pernah terungkap.
Temuan fosil anak singa Sparta masuk dalam sebuah laporan penelitian. Bahkan penelitian tersebut sudah terbit pada 4 Agustus 2021. Menurut para peneliti, spesies singa gua Panthera Spelaea ini sepertinya hidup di Bumi sejak 600.000 tahun lalu. Pada akhirnya sampai menyatakan sudah punah sejak 13.000 tahun yang lalu.
Baca Juga: Fosil Paus Purba Ditemukan, Berkaki Empat dengan Kuku
Penghitungan Penanggalan Karbon
Para peneliti pun melakukan penghitungan tentang penanggalan karbon. Hal tersebut dilakukan pada jaringan tubuh pada kedua mumi singa tersebut. Awal mulanya, tim peneliti sempat memperkirakan apabila kedua singa tersebut bersaudara.
Akan tetapi, hasil dari penanggalan karbon menyatakan hal yang sebaliknya. Untuk fosil Boris sepertinya berumur 43.000 tahun, sedangkan fosil Sparta memiliki usia 27.000 tahun. dengan demikian, perbedaan usia pada kedua anak singa tersebut cukup jauh. Karena, mengingat jika lokasi penemuannya sendiri yang cukup berdekatan.
Namun pada penelitian selanjutnya menemukan hasil yang tidak jauh berbeda. Kedua anak singa gua itu ternyata berusia 1-2 bulan saat kematiannya. Menariknya, dari fosil anak singa Sparta tidak terdapat tanda bekas serangan hewan lain.
Hasil pemindaian hanya menunjukkan kondisi pada bagian tengkorak yang retak. Selain itu tulang rusuk patah dan tubuh berubah menjadi bentuknya yang tidak biasa. Meskipun sedikit kusut, bagian bulunya tidak sepenuhnya rusak.
Bagian gigi, kulit, jaringan lunak dan organ lainnya masih terpelihara. Mengingat kondisi pada anak singa gua tersebut. Kemungkinan besar keduanya mati karena tertimbun tanah longsor.
Singa gua zaman es 20 persen lebih besar dibandingkan singa modern. Sehingga dapat beradaptasi pada lingkungan yang dingin. Singa gua juga merupakan predator teratas di ekosistem stepa hewan raksasa zaman es.
Penemuan fosil anak singa Sparta dalam kondisi yang cukup baik. Sehingga memberikan wawasan mengenai singa gua yang pernah hidup. (R10/HR Online)