Sinopsis film Meeting Farewell adalah kisah film pendek besutan Ghafara Difa Harashta, yang raih penghargaan Unified Filmmakers Festival 2021. Perhelatan bergengsi tersebut terselenggara di Munich, Jerman.
Meeting Farewell meraih penghargaan tersebut dalam kategori audiens paling banyak dengan durasi tayang 5-20 menit. meskipun bukan pemenang pertama, namun film pendek ini telah membuktikan eksistensinya dari industri hiburan Tanah Air yang mampu diterima oleh khalayak Internasional.
Baca Juga: Sinopsis Film Flag Day Tentang Kehidupan Ganda Seorang Ayah
Sinopsis Film Meeting Farewell Raih Penghargaan
Paling baru, terdengar kabar membanggakan dari pelaku dunia hiburan Tanah Air. Salah satu karya terbaik sutradara Ghafara Difa Harashta menyabet peringkat kedua di ajang Unified Filmmakers tahun ini.
Sementara itu, untuk peringkat pertama jatuh pada The Pitch dari Singapura oleh sutradara Ken Kwek. Lalu, untuk peringkat ketiga adalah The Mission oleh sutradara Marianna Olmez asal Jerman.
Festival yang terselenggara ini merupakan acara penghargaan spesial untuk para insan perfilman, khususnya pembuat film alias sang sutradara. Dalam festival ini, sutradara seluruh dunia bisa menceritakan mengenai kisah pribadi, yang jadi perhatian sekarang ini.
Baca Juga: Sinopsis Film Rebel Moon Tentang Usaha Melawan Kolonial di Galaksi
Lalu, untuk tahun 2021, festival pun terselenggara pertama kali dengan tema tentang pandemi Covid-19. Penyelenggara pun berharap dengan adanya festival ini, dapat menjadi acara setiap tahun untuk tingkat internasional.
Festival Daring
Unified Filmmakers ini merupakan mengikutsertakan para sutradara secara daring sejak bulan Maret lalu. Bahkan, festival tersebut tidak dipungut biaya, alias gratis dalam situs mereka. Terdapat partisipan sebanyak 10-20 karya terbaik yang nantinya akan tayang dalam layar lebar festival Film Munich 2021.
Sekilas Sinopsis Film Meeting Farewell
Film ini tayang dengan durasi 15 menit 26 detik dengan mengangkat kisah Bayu (30 tahun). Bayu adalah salah satu penderita Covid-19. Ia bahkan mengira jika dirinyalah menjadi pasien terakhir dalam tempat karantina. Namun, perkiraan tersebut rupanya keliru, saat terdapat satu lagi pasien Covid-19 yang datang pada hari ketiga.
Ia adalah Lintang (26 tahun), seorang perempuan dan mengisi ruang karantina seberang kamar Bayu. Sementara itu, Bayu selalu memainkan biola demi mengatasi setiap kegelisahan yang sering menghampiri.
Namun, tak pernah Bayu sangka, jika permainan biolanya bisa menjadi faktor pendorong Lintang untuk lebih bersemangat untuk menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai pasien.
Berkolaborasi dengan Penulis MF Rani
Sang sutradara yang lebih akrab dengan panggilan Rashta ini mengatakan jika Ia sangat senang karena karyanya bisa masyarakat luas saksikan bahkan tahun ini akan tayang di festival Munich. Ini tandanya, akan semakin banyak penonton yang menyaksikan karyanya tersebut.
Kemudian, Ia juga mengaku, lewat filmnya tersebut, masih bisa menyatukan banyak orang meskipun dalam situasi pandemi. Lalu, dengan adanya penghargaan yang Ia raih, memunculkan semangat baru. Karena, sebelumnya Ia hanya mengikuti festival lokal seperti Bandung dan Jakarta serta kisahnya tak jauh dari hubungan keluarga, anak dan orang tua.
Sementara, sinopsis film Meeting Farewell memberikan suguhan yang berbeda. Bahkan, dalam pembuatan film ini, Rashta juga menggaet penulis hebat, MF Rani. Menurut Rani, Meeting Farewell sendiri memiliki makna khusus dengan meminimalisir dialog.
Ia mengatakan jika hal tersebut mempunyai tujuan dalam penekanan kalimat-kalimat yang dahulu orang anggap hanya basa basi saja. Akan tetapi, kali ini kalimat-kalimat tersebut menjadi sungguh berarti.
“Kalimat itu seperti, sehat-sehat ya, bagaimana kabarnya, dan masih banyak lagi. dalam situasi sekarang ini, membuat tak sedikit orang yang kaget dengan setiap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Hingga, akhirnya, pertanyaan sederhana, bagaimana kabarmu, kemungkinan bisa menjadi kalimat yang mampu menyelamatkan kesedihan seseorang daripada bersarang dalam hati,” ucap Rani tentang sinopsis film Meeting Farewell tersebut.
Lagu Sadness Becomes Her
Harashta sendiri awalnya menerima naskah skenario dari MF Rani. Membacanya dan beranggapan tentang bagaimana dua orang penderita atau pasien Covid-19 bisa saling menguatkan. Padahal keduanya tak pernah bertemu atau berbicara.
Keduanya hanya bisa berkomunikasi melalui musik. Dengan adanya hal tersebut, harashta pun mulai melakukan pencarian terhadap jenis musik apa yang bisa membangun mood dan komposisi cerita dalam film.
Baik Harashta maupun Rani memilih beberapa karya musik dari musisi Tanah Air. dari beberapa presentasi, akhirnya terpilih Sadness Becomes Her dari Ananda Sukarlan. Menurut keduanya, musik tersebut mampu menyuarakan setiap adegan yang ada dalam sinopsis film Meeting Farewell. (R10/HR-Online)
Editor: Ndu