Penemuan Supernova AT2016jka muncul berkali-kali di galaksi raksasa MRG-M0138. Para ahli menggunakan lensa gravitasi oleh cluster galaksi latar depan MACS Jo138.0-2155.
Hubble menunjukkan jika gugus galaksi tersebut sangat masif. Hal itu membuat gravitasinya membengkok. Kemudian pembesaran cahaya mengalir tidak hanya dari galaksi latar belakang begitu jauh. Namun juga dari fenomena supernova yang terdapat di galaksi ini.
Fakta Penemuan Supernova AT2016jka, Bercahaya Berganda dan Berlensa Gravitasi
Advanced Camera for Surveys (ACS) Hubble dan Wide Field Camera 3 (WFC3) telah menangkap gambar berwarna. Kemudian melakukan pengamatan dengan menggunakan delapan filter yang berbeda.
Untuk setiap gambar monokromatik terkait dengan hasil warna yang ditetapkan, menggunakan filter individu. Gugus galaksi ini berisikan ribuan galaksi. Dari segala bentuk, ukuran, dan usia.
Mengutip laman sci-news, penemuan supernova AT2016jka mempunyai massa kurang lebih satu juta miliar kali massa Matahari. Kemungkinan, mereka terbentuk selama miliaran tahun saat kelompok galaksi lebih kecil perlahan berkumpul.
Dalam teori relativitas umum, Albert Einstein meramalkan jika benda besar kemungkinan akan merusak struktur ruangnya sendiri. Saat cahaya melalui salah satu objek ini, maka akan terlihat seperti gugus galaksi besar dan jalurnya sedikit berubah.
Efek seperti ini diamati disebut lensa gravitasi dan hanya terlihat dengan teleskop terbaik dunia. Resolusi dan sensitivitas tinggi Hubble memungkinkan untuk mengamati lensa gravitasi yang jauh dan redup.
Bahkan teleskop berbasis darat tidak dapat mendeteksinya, gambarnya akan buram karena atmosfer Bumi. Untuk mencapai tujuan kosmologis, akan memerlukan banyak transien lensa. Menggunakan pengukuran waktu tunda yang tepat.
Penemuan supernova AT2016jka berlensa menarik. Mereka mempunyai perilaku fotometri yang relatif sederhana. Mulai dari bentuk dan warna kurva cahaya, para tim dapat memahaminya dengan baik. Jadi, berbeda dengan variasi stokastik quasar.
Baca Juga: Ledakan Supernova di Galaksi NGC 2525 Lebih Terang dari Matahari
Supernova dengan Penundaan Waktu Dua Dekade yang Dapat Diamati
Saat cahaya dari objek yang jauh lewat dekat dengan gugus depan atau galaksi, lensa gravitasi menyebabkan muncul sebagai banyak gambar di langit. Apabila sumber bervariasi, maka dapat memakainya untuk membatasi laju ekspansi kosmik dan model energi gelap.
Penemuan supernova AT2016jka kemungkinan tipa Ia. Merupakan ledakan sisa bintang bermassa rendah. Untuk kurva cahayanya dapat terpakai dalam mengukur jarak kosmik.
Dalam pengarsipan pencitraan Teleskop Luar Angkasa Hubble, terdapat tiga lensa supernova yang terdeteksi. Kemudian mempunyai penundaan waktu relatif kurang dari 200 hari.
Para ahli memperkirakan gambar keempat akan muncul dekat dengan ini cluster pada tahun 2037. Pada pengamatan gambar keempat ini kemungkinan dapat memberikan ketepatan waktu tunda hingga 7 hari, kurang dari 1% baseline 20 tahun.
Klasifikasi supernova dan perkiraan waktu munculnya kembali, bisa meningkat dengan pemodelan lensa lebih lanjut. Selain itu, analisis komprehensif dari ketidakpastian sistematis.
Baca Juga: Black Dwarf Supernova Menyilaukan Tanda Kehancuran Alam Semesta
Efek Pelensaan Gravitasi, Memungkinkan Supernova Sama Berulang
Terkadang terdapat fenomena supernova dan akan memungkinkan untuk melihatnya secara berulang. Alam semesta memang benar-benar menakjubkan.
Para tim dari University of South Carolina di Amerika Serikat dan University of Copenhagen di Denmark, menerbitkan sebuah studi mengenai penemuan supernova AT2016jka. Pengamatan tersebut menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble.
Para tim menemukan 3 sumber cahaya yang pernah muncul tahun 2016. Kemungkinan merupakan AT2016jka yang sama. Karena efek lensa gravitasi, maka jalur cahaya terbelah dan posisinya berbeda.
Kemudian muncul di tempat yang berbeda. Hal tersebut seperti fatamorgana di padang pasir. Meski galaksi induk terbagi menjadi empat gambar, namun tidak ada klon keempat dari supernova tersebut dari data masa lalu.
Pengamatan ini sangat penting untuk pengembangan model kosmologis. Karena saat ini alam semesta telah berkembang pesat. Mekanismenya tidak dapat diketahui secara jelas oleh para ilmuwan.
Para tim telah menjelaskannya menggunakan model gelap, namun belum tahu bagaimana menyempurnakannya. Sekarang ini lebih banyak data observasional yang dibutuhkan untuk menyatukan model kosmologi.
Penemuan supernova AT2016jka merupakan fenomena penting untuk membantu para ilmuwan memahami evolusi alam semesta. Kemunculan berulang supernova yang sama ini kemungkinan karena distribusi massa dan energi alam semesta tidak merata. Hal tersebut akan mengungkap banyak informasi tentang evolusi alam semesta ini. (R10/HR Online)
Editor: Jujang