Metana di bulan Saturnus, Enceladus berpotensi untuk menjadi tanda kehidupan. Sebenarnya, para astronom telah lama terkesima dengan adanya lapisan es yang menyelimuti Enceladus tersebut. Jaraknya dari Bumi berkisar 1,2 miliar km, membeku di suhu -130 derajat Celcius dan tertutup oleh lempengan es yang tebal.
Melansir scitechdaily.com, gumpalan air berukuran sangat besar yang sejak lama meletus dari Enceladus. Menjadikan para ilmuwan tertarik untuk melakukan penelitian mengenai lautan yang luas dan terjepit antara cangkang esnya dan inti berbatu bulan. Pada akhirnya, pesawat ruang angkasa Cassini terbang melalui gumpalan lalu mengambil sampel susunan kimianya.
Dari sana terdeteksi adanya konsentrasi molekul tertentu yang berkaitan dengan ventilasi hidrotermal pada dasar lautan Bumi. Khususnya metana, dihidrogen serta karbon dioksida, bahkan penemuan metana pada gumpalan tersebut cukup mencengangkan. Pasalnya untuk bisa menemukan mikroba atau metanogen pada dasar laut bulan Saturnus, Enceladus tidaklah mudah.
Baca Juga: Alien di Bulan Saturnus Ramai Diperbincangkan, Mungkinkah Ada?
Metana di Bulan Saturnus Terdeteksi, Mungkinkah Menjadi Tanda Kehidupan?
Para astronom mengaku tidak mengetahui adanya proses yang bisa memompa metana yang keluar di bulan Saturnus, Enceladus. Bahkan bisa saja karena prosesnya berasal dari biologis, mengingat belum adanya penemuan mengenai proses tersebut. Hal itu menimbulkan sebuah pertanyaan bagi astronom.
Mana mungkin mikroba mirip Bumi menghasilkan metana setelah memakan dihidrogen, dan menjelaskan jumlah metana yang terdeteksi Cassini? Padahal untuk bisa menemukan mikroba seperti itu membutuhkan misi menyelam yang sangat menantang. Bahkan untuk penelitian lebih dalam mengenai adanya metana di bulan Saturnus, Enceladus, astronom bisa tidak terlihat selama beberapa dekade.
Meskipun penelitian belum sepenuhnya membuahkan hasil pasti, bukan berarti mereka akan berhenti begitu saja. Para astronom masih memiliki peralatan lain untuk mencari tahu mengenai munculnya metana di bulan Saturnus, Enceladus. Bahkan mereka beralih menggunakan metode matematika dengan variabel mengenai proses menghasilkan metana di Bumi.
Mengenai Bulan Enceladus di Saturnus
Salah satu bulan di Saturnus, Enceladus memiliki letak yang jauh dari matahari serta memiliki lapisan es yang sangat tebal. Bahkan yang berputar di bawah es tersebut merupakan lautan global yang luas, memiliki arus serta adanya bahan untuk mendukung kehidupan. Namun, orang pasti akan berpikir dengan jaraknya yang terlalu jauh dari matahari, Enceladus terlalu dingin untuk mendukung kehidupan.
Pemikiran tersebut sebenarnya salah, pasalnya gaya pasang surut suatu planet bisa berperan dalam memanaskan interior bulan. Bahkan bukan hanya menjaga agar lautan global tidak membeku, namun juga bisa mengartikan adanya lubang hidrotermal. Hal ini seperti ventilasi di dasar laut, yang mana panasnya interior bisa meresap ke lautan di sekitarnya.
Di planet Bumi, ventilasi ini merupakan ekosistem yang cukup menarik. Adanya kehidupan yang tumbuh dengan subur berlangsung di jaring makanan berdasarkan reaksi kimia. Hal ini terkenal dengan kemosintesis, bukan fotosintesis yang dalam pertumbuhan suatu kehidupan memerlukan matahari. Sehingga, ketika ada hidrotermal termasuk metana di bulan Saturnus, Enceladus, maka mereka bisa mendukung adanya kehidupan.
Baca Juga: Garis Harimau di Bulan Saturnus, Misteri Aneh yang Kini Terpecahkan
Langkah Penelitian oleh Para Ilmuwan
Senyawa yang berkaitan dengan ventilasi hidrotermal dalam gumpalan di bulan Saturnus, Enceladus termasuk dihidrogen, karbon dioksida, dan metana. Para peneliti memasukkan proses geokimia dan biologis yang mereka ketahui dalam metode mereka. Tujuannya untuk melihat kemungkinan mereka bisa memproduksi relatif senyawa yang melimpah ini.
Langkah pertama yaitu dengan melihat kelimpahan dihidrogen, lalu menentukan mengenai kemungkinan mendapatkannya dari aktivitas hidrotermal. Selanjutnya dengan menentukan mengenai cukup atau tidaknya memberi makan populasi metanogen hidrogenotropik. Jika di Bumi, semacam mikroorganisme bersel tunggal (archaea) yang bisa menghasilkan metana dari karbon dioksida dan memetabolisme molekul hidrogen.
Para ilmuwan tidak hanya bisa mengevaluasi mengenai adanya tanda kehidupan dari munculnya metana di bulan Saturnus ini. Namun mereka juga bisa membuat prediksi mengenai pengamatan, bahwa metanogenesis sungguh-sungguh terjadi di dasar laut bulan Saturnus, Enceladus. Pada akhirnya, mereka menemukan bahwa metana yang melimpah di bulan Saturnus memungkinkan adanya mikroba di bawah sana.
Mereka tidak menegaskan bahwa di lautan Enceladus ada kehidupan. Akan tetapi mereka hanya ingin mengetahui sebesar apa kemungkinan ventilasi hidrotermal Enceladus. Sehingga bisa memungkinkan adanya kehidupan mikroorganisme yang mirip dengan Bumi, akibat melimpahnya metana di bulan Saturnus ini. (R10/HR Online)