Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Ketua PMII Cabang Kota Banjar, Jawa Barat, Awal Muzakki Alkautsar menyoroti persoalan tingginya kasus konfirmasi aktif positif Covid-19 yang tren penambahannya terus meningkat di Kota Banjar.
Menurutnya, berdasarkan data laporan final dari Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat untuk Kota Banjar mendapat angka 36,59% dalam kasus konfirmasi aktif.
Baca Juga: Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 di Kota Banjar Terendah se-Jabar
Dari data tersebut Banjar termasuk daerah dengan kasus aktif tertinggi dan mendapat peringkat kedua setelah Kabupaten Garut sebagai daerah dengan kasus aktif tertinggi.
“Saya menyesalkan Banjar mendapat angka 36,59 persen dan masuk kategori kasus konfirmasi aktif tertinggi. Artinya pemerintah gagal dalam menangani dan mengendalikan penyebaran virus Corona,” ujar Awal kepada wartawan, Jumat (9/7/2021).
Selain tingginya kasus konfirmasi aktif, ia juga menyesalkan rendahnya tingkat kesembuhan pasien Covid-19. Kota Banjar memang masuk kategori daerah terendah dalam tingkat kesembuhan pasien Covid-19 dibandingkan daerah lainnya di Jawa Barat.
Belum lagi minimnya tenaga kesehatan yang menangani pasien. Sehingga perawatan terhadap pasien, baik di tempat isolasi rumah sakit ataupun yang melakukan isolasi mandiri tidak maksimal.
“Sementara tingkat kesembuhannya mengkhawatirkan. Banjar termasuk kategori terendah di Jawa Barat, di angka 61,46%. Ini menujukkan kelalaian pemerintah kota,” katanya.
Baca Juga: 670 Warga Kota Banjar Isolasi Mandiri di Rumah, Kapan Isolasi Terpusat?
Lebih lanjut Ketua PMII Kota Banjar ini mempertanyakan peran pemerintah selama ini yang dianggapnya gagal dan kurang tegas dalam mengambil kebijakan sehingga kasus Covid-19 ini terus meningkat bukannya melandai.
Oleh karena itu, lanjut Awal, ia mendorong kepada Pemkot Banjar agar membuat tempat isolasi terpusat untuk penanganan pasien Covid-19. Selain itu juga, Pemkot Banjar perlu merekrut tenaga kesehatan agar penanganan pasien yang menjalani isolasi mandiri bisa berjalan maksimal.
“Dari pengamatan saya penanganan pemerintah daerah Kota Banjar selama ini hanya bersifat kuratif. Seharusnya persoalan penanganan ini juga harus memprioritaskan tindakan preventif dan edukatif. Terutama memperhatikan penanganan dan kesembuhan pasien,” katanya. (Muhlisin/R7/HR-Online)
Editor: Ndu