Cuaca malam di Venus membuat pencitraan sulit untuk mengamatinya. Pasalnya tidak ada sinar matahari untuk mengetahuinya dengan jelas.
Namun, para astronom telah menemukan cara dengan memakai sensor inframerah di pesawat pengorbit Venus Akatsuki. Sehingga dapat mengungkap detail pertama cuaca malam hari dari planet terdekat.
Studi cuaca Venus tersebut memungkinkan para peneliti untuk mempelajari lebih lanjut mengenai mekanisme yang mendasari cuaca Bumi. Karena Bumi dan Venus mempunyai kesamaan yang banyak.
Baca Juga: Aktivitas Geologis di Venus Mirip dengan Bumi, Ini Info Temuan Ilmuwan
Cuaca Malam di Venus Terdeteksi Pencitraan Inframerah
Hingga saat ini, dalam studi baru para peneliti hanya mengetahui sedikit info tentang kondisi Venus ketika malam hari. Para tim menemukan cara baru dengan menggunakan sensor inframerah. Terletak pada pengorbit iklim venus Jepang, yakni Akatsuki.
Melansir space.com, pada tahun 2015 sebuah probe tiba di orbit sekitar planet Venus. Kemudian pada akhirnya mengungkap cuaca malam di Venus. Sensor menemukan jika terdapat beberapa pola sirkulasi angin yang aneh dan awan malam hari.
Venus sebenarnya berada di zona layak huni, sama halnya seperti Bumi. Permukaannya padat serta mempunyai atmosfer, bahkan terdapat cuaca.
Namun, untuk memahami cucak Venus, para peneliti harus mempelajari gerakan awan menggunakan cahaya inframerah. Venus mempunyai rotasi paling lambat daripada planet lain di Tata Surya kita, meskipun atmosfernya berotasi dengan cepat. Sehingga terjadinya malam dan siang di planet ini berlangsung cukup lama.
Sampai detik ini, hanya cuaca siang hari Venus yang mudah diamati. Karena cuaca malam hari sulit untuk melihatnya meskipun menggunakan inframerah. Terdapat studi dengan pengamatan inframerah dari sisi malam hari. Akan tetapi belum mampu menunjukkan cuaca malam di Venus secara jelas.
Untuk itu, para peneliti beralih menggunakan wahana penjelajah Jepang pertama, Akatsuki. Supaya dapat memantau Venus malam hari, probe mempunyai rancangan khusus sehingga tidak memerlukan sinar Matahari.
Terlepas dari desain yang sedemikian rupa, namun pencitra belum dapat menangkap cuaca malam di Venus dengan terperinci. Akan tetapi para peneliti secara tidak langsung dapat mengamati cuaca yang sulit memahaminya dengan metode analitik baru.
Takeshi Imamura, seorang profesor di Sekolah Pascasarjana Ilmu Perbatasan di Universitas Tokyo mengatakan jika terdapat pola awan kecil yang langsung meredup. Kemudian tidak dapat membedakannya dari kebisingan latar.
Para peneliti perlu menekan kebisingan untuk bisa melihat detailnya. Berbeda dengan planet-planet lain, Venus memiliki seluruh sistem cuaca yang berputar begitu cepat. Jadi, para peneliti harus mengimbangi gerakan tersebut untuk menyoroti formasinya.
Baca Juga: Suara Misterius di Venus Terdeteksi oleh Parker Solar Probe NASA
Sistem Cuaca Venus
Venus mempunyai sistem cuaca yang berputar cepat. Untuk mengatasinya gerakan ini atau lebih dikenal sebagai super rotasi, para peneliti mengembangkan teknik baru.
Super rotasi merupakan salah satu dari banyak fenomena meteorologi yang signifikan. Dari seluruh sistem cuaca yang terdapat di sekitar khatulistiwa Venus, mempunyai sirkulasi yang ganas di bagian timur hingga barat.
Imamura bersama tim akan melakukan eksplorasi mekanisme yang menopang rotasi super seperti ini. Mereka mempercayai jika karakteristik cuaca malam di Venus akan membantu memberi penjelasan.
Pada akhirnya para tim dapat melakukan pengamatan angin utara-selatan pada malam hari. Sirkulasi meridional ini berlari ke arah yang berlawanan dari teman-teman mereka di siang hari. Tanpa adanya konsekuensi yang signifikan, tidak akan terjadi perubahan yang dramatis seperti ini.
Baca juga: Hujan di Planet Venus Mengandung Logam dan Paling Asam di Tata Surya
Adanya pengamatan ini diharapkan dapat membantu tim membangun model sistem cuaca Venus yang lebih akurat. Sehingga dapat mengungkap cuaca Venus dan kemungkinan cuaca di Bumi juga.
Misi Penjelajah Venus
Badan antariksa Amerika Serikat, NASA juga mengumumkan dua misi barunya bernama DaVichi dan Varietas yang akan menjelajah Venus. Kemudian Badan Antariksa milik Eropa pun mengumumkan atas misi Venus bernama Envision.
Misi tersebut akan mereka kombinasikan dengan kemampuan pengamatan Akatsuki bersama Imamura dan timnya. Para peneliti memakai metode baru ini dan berharap dapat mengungkap detail baru cuaca di planet lain, seperti Bumi atau Mars. Misi dari NASA dan Badan Antariksa Eropa akan meluncur akhir dekade ini dan awal 2030 an.
Pengamatan ini diharapkan bisa menyelesaikan sejumlah pertanyaan lama tentang cuaca Venus yang belum mendapat jawaban. Sehingga cuaca malam di Venus dapat terungkap, bahkan mengenai sejarah geologisnya. (R10/HR Online)