Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Warga Kota Banjar, Jawa Barat, mengeluhkan harga kedelai yang terus naik.
Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kota Banjar pun angkat suara.
DKUKMP memastikan stok kedelai untuk menyuplai kebutuhan warga masyarakat saat ini masih dalam kategori aman meski mengalami kenaikan harga.
Kepala Dinas KUKMP Kota Banjar, Edi Herdianto, melalui, Kepala Bidang Perdagangan, Mamat Rahmat, mengatakan, kepastian pasokan tersebut setelah pihak DKUKMP melakukan survei langsung ke lapangan.
Survei lapangan tersebut menyikapi hasil harga kedelai impor yang saat ini harganya terus mengalami kenaikan cukup signifikan dan dikeluhkan sejumlah produsen tahu tempe di Banjar.
“Berdasarkan hasil survey di lapangan saat ini stok pasokan kacang kedelai masih aman sebetulnya. Cuma yang jadi masalah harganya sedang naik,” kata Mamat kepada wartawan, Senin (31/5/2021).
Baca Juga: Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tahu di Kota Banjar Terancam Bangkrut
Lanjut Mamat, soal permasalahan naiknya harga kedelai impor tersebut menurutnya hal itu merupakan permasalahan nasional.
“Ini imbas adanya kebutuhan skala global yang memicu terjadinya kenaikan harga kedelai impor,” katanya.
Menyikapi permasalahan harga kedelai tersebut, saat ini DKUKMP Kota Banjar sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah yang lain.
“Tujuannya untuk bersama-sama mencari solusi agar harga kedelai impor tersebut bisa kembali stabil.
Biasanya, sambung Mamat jika terjadi kelangkaan barang ataupun terjadi lonjakan kenaikan harga ada proteksi dari pihak pemerintah sebagai solusi agar kenaikan harga di pasar bisa kembali stabil.
“Yang jadi persoalan memang jika terlalu mahal pedagang kecil itu nggak bisa jualan. Saat ini juga kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mencarikan solusinya,” ujar Mamat.
Pengrajin Tahu Tempe di Banjar Keluhkan Harga Kedelai Naik
Sebelumnya, sejumlah pengrajin tahu tempe yang ada di Kota Banjar mengeluhkan mahalnya harga kedelai impor.
Harga kedelai ini mulai menembus dikisaran harga Rp 11 ribu per kilogram.
Sejumlah pengrajin tahu tempe tersebut merasa keberatan dengan naiknya harga kedelai impor tersebut karena menambah beban biaya produksi dan ongkos operasional.
“Jelas kami merasa berat. Kalau begini terus, bisa-bisa produsen tahu tempe enggak produksi. Belum lagi untuk biaya operasional dan ongkos yang lain seperti minyak goreng juga naik,” kata Aceng pengrajin tahu asal Desa Balokang belum lama ini. (Muhlisin/R8/HR Online)