Varian delta plus yang kini ramai diperbincangkan menjadi bukti jika virus Corona di dunia belum berakhir. Setelah muncul varian alpha, Beta, Delta dan yang terbaru ialah Delta plus yang semakin mengkhawatirkan.
Semakin banyaknya varian virus corona yang bermunculan membuat WHO menyematkan nama baru. Adapun penamaanya menggunakan alfabet Yunani. Pnada bulan lalu, WHO secara resmi menetapan label baru untuk penamaan variasi virus corona.
Namun alih-ailh menggunakan kawasan pertama kali varian terdeteksi, pemberian nama dengan alfabet Yunani lebih tepat. Untuk varian Alfa yakni virus Corona yang pertama kali terdeteksi di kawasan Inggris. Sedangkan untuk varian Afrika Selatan atau B.1.351 dengan nama Beta.
Sementara itu varian Delta untuk virus yang pertama kali Teridentifikasi di India. Lalu seperti apa varian delta plus?
Asal Mula Varian Delta Plus
Untuk varian Delta plus sendiri merupakan mutasi dari virus yang sudah ada sebelumnya yakni Delta asal India. Asal mulanya yakni seorang ilmuwan di CSIE IGIB atau Institute of Genomics and Integrative Biology yang berbasis di kawasan Delhi.
Ilmuwan tersebut bernama Vinod Scaria mengatakan jika salah satu varian virus yang muncul ialah B.1.617.2.1. Atau juga bernama AY.1 dengan pertanda akusisi mutasi K417N. Ia menjelaskan jika terbentuknya Delta Plus merupakan mutasi pada protein dari lonjakan varian. SARS-COV-2.
Menurut sang ilmuwan tersebut, varian ini merupakan protein lonjakan yang serupa. Sehingga memungkinkan virus tersebut masuk kemudian menginfeksi sel tubuh manusia. Tetapi ia menambahkan jika frekuensi varian bernama K417N tak hanya ada di India untuk sekarang ini.
Urutan keturunannya sendiri kebanyakan dari kawasan Amerika, Eropa serta Asia. Saat India melaporkan tentang tamuan varian Corona ini, kepala teknis WHO langsung mengambil tindakan. Kepala Teknis penanganan Covid-19 berakta jika pihaknya masih melakukan sejumlah riset.
Adapun riset tersebut mereka lakukan bersama epidemiolog beserta dokter di seluruh dunia. Gunanya untuk meneliti dampak dari keberadaan varian delta plus terbaru ini.
Mengenal Mutasi Delta Plus
Meskipun masih WHO lakukan penelitian, ada baiknya anda mengetahui tentang varian delta plus terbaru. Laporan delta plus sendiri berasal dari Pimpinan Kelompok Pemberdayaan Infrastruktur dan Rencana Penanganan Covid asal India.
Pimpinan tersebut ialah Dr Vinod K. Paul yang mengatakan jika muncul Delta plus sebagai mutase dari varian Delta. Lewat akun media sosial resmi Twitter PIB India juga tertulis jika varian terbaru sebagai hasil mutasi dari Delta ini belum menjadi sebuah kekhawatiran.
Akan tetapi Dr Vinod K. Paul menyampaikan jika varian satu ini tetap harus masyarakat perhatikan. Pasalnya ia memiliki kemampuan untuk membatalkan penggunaan anitobodi jenis monoclonal. Mengutip dari sumber terpercaya, WHO pada bulan lalu sudah menandari B.1.617.2 sebagai varian Delta. Varian tersebut kini membentuk Delta Plus atau dengan penamaan AY.1. Seorang ilmuwan yakni Bani Jolly mengatakan jika jumlah kecil urutan Delta yakni B.1.617.2 dengan mutasi lonjakan K417N mereka temukan di GISAID.
Bahkan belum lama ini, urutan atau keturunan tersebut sudah Teridentifikasi dalam genom yang ada di 10 negara. Ia melanjutkan jika urutan baru tersebut sudah mereka tetapkan sebagai garis keturunan dari AY.1 atau subgaris keturunan Delta.
Lantaran terdapat kekhawatiran mengenai K417N sebagai salah satu mutasi yang ada di varian Beta yakni B.1.351. Public Health England dalam laporan terbarunya mengatakan jika varian Delta Plus Teridentifikasi dalam 6 genom asal India mulai 7 Juni 2021 lalu.
Fakta Mutasi Terbaru Varian Delta
Agar dapat lebih mewaspadai varian Delta plus, terdapat fakta tentang virus ini yang wajib anda ketahui. Fakta pertama ialah kemunculan varian ini pertama kali di India pada sekitar bulan Oktober tahun 2020 lalu.
Bahkan varian satu ini tersebut sampai 40-50 persen cepat menular daripada Alfa yang pertama kali muncul di Inggris. Fakta berikutnya ialah terjadinya mutasi jenis Protein Spike. Delta Plus merupakan mutasi dari virus corona strain B.1.617.2 yang begitu agresif.
Strain inilah yang menjadi faktor pendorong gelombang edua terjadinya infeksi Covid-19 di kawasan India. Karakteristik varian tersebut merupakan mutasi K417N yang ada dalam protein spike SARS-CoV 2 sebagai virus penyabab infeksi corona.
Rupanya protein spike lah sebagai pembantu virus tersebut masuk dan menginfeksi sel tubuh manusia. Fakta selanjutnya yaitu varian satu ini kemungkinan kebal terhadap sejumlah pengobatan. Memang sampai saat ini belum terdapat bukti tentang seberapa parah infeksi yang Delta Plus sebabkan.
Akan tetapi karena terdapat mutasi dari K417N, varian baru tersebut cenderung lebih kebal dari vaksin serta terapi obat. Selain itu, faktanya Delta Plus sudah ada sejak bulan Maret tahun lalu. Hal ini tersampaikan oleh Dr. VK Paul yakni anggota NITI Aayog atau badan resmi transformasi negara India.
Dr. Vk Paul menyatakan jika Delta Plus sudah ada sejak bulan Maret lalu. Akan tetapi sat itu varian mutasi Delta ini belum begitu mengkhawatirkan. Kemudian rupanya varian beru virus Corona ini sudah menyebar di beberapa negara.
Menurut PHE, sejauh ini sudah terdapat 63 genom B.1.617.2 hasil mutasi dari K417N yang berhasil mereka identifikasi. Sedangkan 6 di antaranya berasal dari negara India. Sementara itu terdapat 36 kasus Delta Plus sudah negara Inggris konfirmasi.
Angka itu telah menyumbang kurang lebuh 6 persen kasus yang terjadi di AS. Dua kasus yang terjadi di Inggris mereka temukan lebih dari dua minggu pasca pemberian vaksinasi dosis kedua. Negara yang melaporkan varian Delta Plus cukup banyak.
Belum Teridentifikasi Di Indonesia
Sudah menyebar di beberapa negara bagaimana kasus varian delta plus di Indonesia? Kemunculan varian baru dari virus corona ini menang begitu meresahkan publik. Tetapi juru bicara vaksinasi Covid-19 Kemenkes yakni Siti Nadia Tarmizi menyatakan tentang varian terbaru virus corona ini.
Saat ini, varian yang sudah Teridentifikasi di Indonesia ialah B1617. Sedangkan Delta Plus yang merupakan hasil mutasi protein pada K417N belum mereka temukan. Nadia menyebut untuk mendeteksi varian virus baru, perlu pemeriksaan sampel dengan WGS atau Whole Genome Sequencing.
Namun sifatnya adalah monitor dan bentuknya surveilans. Sehingga bukan termasuk pemeriksaan rutin. Untuk mengatasi hadirnya mutasi varian baru, Nadia mengimbau jika masyarakat agar patuh terhadap prokes atau protokol kesehatan.
Selain itu, pemerintah juga berfokus pada deteksi dini kasus corona lewat 3T. Adapun 3T ialah testing, treatment serta tracing. Kemudian pemerintah juga mempercepat program vaksinasi. Nadia menambahkan jika sampai saat ini sejumlah vaksin tergolong efektif guna mengatasi varian virus baru.
Vaksin tersebut antara lain Sinovac, Sinopharm maupun Astrazeneca. Terlebih sampai saat ini masih belum terdapat obat khusus guna menyembuhkan penderita Covid-19. Semoga saja, virus Corona termasuk varian delta plus segera hilang dan masyarakat dalam kondisi sehat.