Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Akibat pandemi, sejumlah pemuda di Dusun Sindangasih, Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar beralih profesi menjadi pengrajin jemuran rekondisi atau bekas menjadi barang bernilai tinggi.
Sebanyak 10 orang yang berada di RT 4 RW 5 itu sejak 4 bulan lalu mulai memantapkan diri bergelut di usaha ini.
Wawan Irawan, salah satu pemuda, mengaku awal mulanya ia hanya kerja serabutan alias tak tentu. Apalagi karena covid-19 membuat kondisi perekonomian menjadi cukup sulit.
Namun setelah ia melihat salah satu warga yang bernama Ahmad Basir menekuni usaha rekondisi jemuran bekas, sehingga ia pun mulai belajar dan memasarkannya.
“Alhamdulillah setelah saya sudah bisa sekarang sudah bisa mandiri, lumayan buat mencukupi kebutuhan keluarga,” katanya, Rabu (9/6/2021).
Ia memilih pekerjaan ini karena hasilnya juga cukup menguntungkan, apalagi tidak harus jauh-jauh ke luar kota.
Wawan setiap harinya berkeliling ke wilayah Langensari, Lakbok dan daerah lain untuk mencari jemuran bekas atau menjual hasil rekondisi jemuran yang sudah ia perbaiki.
baca juga: Belasan Hektar Sawah di Cibentang Banjar Kesulitan Air
Peluang Usaha Pengrajin Jemuran Rekondisi
Ahmad Basir (41), salah satu penggagas usaha rekondisi jemuran ini mengaku sudah 12 tahun menggeluti kegiatan ini, 6 tahun di Depok dan sisanya di rumah.
Selama berjalan sendirian di wilayahnya, akibat pandemi membuat para pemuda sekitar melirik usaha tersebut sejak 4 bulan terakhir, apalagi karena prosesnya yang cukup mudah dan hasilnya juga menggiurkan.
“Bagi saya pandemi tidak berpengaruh terhadap bisnis ini, sama saja. Soalnya, peluangnya sangat besar dan di priangan timur paling ada kalau tidak salah hanya di Tasikmalaya dan Banjar,” tuturnya.
Ia menjelaskan jika usaha ini adalah menjual jemuran alumunium kepada konsumen setelah ia perbaiki. Sedangkan bahan utamanya adalah jemuran bekas yang ia beli dari warga.
Dari jemuran yang sebelumnya rusak, ia sulap lagi dengan tampilan baru dan lebih kuat. Bahkan, ia berani memberikan garansi selama 1 tahun kepada pembelinya.
“Jadi inti dari usaha ini adalah kejujuran. Artinya, karena barang yang kita olah dari limbah alumunium jemuran, sehingga dalam pemasarannya harus kita sampaikan ini barang rekondisi, bukan baru. Jadi, ketika kita jujur konsumen pun akan menerima apa adanya,” kata Basir.
Basir menyebut selain kejujuran, ia sangat terbuka bagi siapa saja, khususnya warga sekitar yang mau belajar menjadi pengrajin jemuran rekondisi hingga bisa, bahkan sampai pemasarannya.
Terbukti sejumlah pemuda di wilayahnya itu saat ini sudah bisa mandiri, mulai dari mencari bahan baku, cara memperbaiki hingga penjualan ke pasar.
baca juga: Bisnis Cacing Sutra di Kota Banjar Menggiurkan
Modal Kecil
Untuk memulai usaha ini, kata Basir, tidak perlu modal besar dan alat-alat yang dibutuhkan pun sangat mudah dijangkau, seperti bor, gergaji besi, obeng dan lainnya.
Sedangkan secara nominal, modal hanya butuh sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta untuk memulainya hingga benar-benar berjalan.
Polanya, lanjut Basir, ia mencontohkan membeli jemuran bekas dari warga dengan harga lumayan tinggi. Kemudian ia perbaiki lagi agar ketahanannya lebih kuat dan tampilan layaknya baru.
“Nah setelah itu kita jual dengan harga di bawah toko. Maaf ya bukan kita merendahkan toko. Misal di toko harga Rp 300 ribu, bisa kita jual Rp 250 ribu. Jika di toko Rp 500 ribu, bisa kita tawarkan Rp 350 ribu,” ungkapnya.
Jika membeli barang rekondisi itu, sambung pengrajin jemuran rekondisi 41 tahun ini, harganya sangat bersahabat, apalagi bila konsumen ingin tukar barang bekas dengan barang yang sudah ia perbaiki, sehingga menjadi lebih murah.
Antusias Konsumen
Selama bertahun-tahun jualan jemuran rekondisi, Basir mengaku banyak respon dari konsumennya, ada yang senang karena harganya murah namun kualitasnya juga bagus.
Bagi yang kecewa lantaran sumber bahan utamanya rekondisi. Meski begitu, ia berani memberikan garansi selama 1 tahun bila ada kerusakan.
“Kalau melengkung atau tidak kuat bisa kita perbaiki secara gratis. Tapi kalau patah ya jelas itu tidak bisa. Alhamdulillah setiap hari laku terus, misal kita ada 10 dalam sehari bisa habis. Jadi kembali lagi ke ketersediaan barang,” ujarnya.
Sejauh ini, kata Dia, lirikan pemerintah belum begitu besar untuk membantu mengembangkan usaha ini. Bahkan, sebelumnya sudah pernah mengajukan bantuan untuk menambah modal namun belum ada realisasi.
Karena itu, ia harap pemerintah bisa membantu para pengrajin jemuran rekondisi agar bisa lebih maju lagi dan memberikan peluang usaha bagi para pemuda yang kebingungan mencari kerja.
Bahkan, ia menyebut kegiatan usaha bisa dilakukan oleh penyandang disabilitas, sehingga potensinya masih sangat besar.
“Sekarang kan perusahaan banyak menerima dari kalangan perempuan, sehingga laki-laki banyak yang menganggur. Makanya kalau pemerintah mau membantu kita, Insya Alloh ini bisa menjadi salah satu jalan keluarnya,” pungkas Basir.
Kepala Desa Kujangsari, Ahmad Mujahid, mengapresiasi kreativitas warganya yang mampu menyulap barang bekas menjadi bernilai ekonomi, bahkan bisa merekrut pemuda yang menganggur.
Karena itu, pihaknya akan selalu memantau perkembangan ke depannya dan berencana membantu agar usaha ini bisa lebih berkembang.
“Memang beberapa waktu lalu ada yang mengajukan ke kami, tapi kita lihat dulu perkembangannya. Insya Alloh desa tidak menutup mata, artinya warga yang memiliki kreativitas kita perhatikan, seperti para pengrajin jemuran rekondisi ini,” singkatnya. (Muhafid/Koran HR)