Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Seorang pemuda asal Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, kabupaten Pangandaran, Jabar, sukses membudidayakan entok hias.
Adalah Darmanto (25) yang mulai menggeluti bubidaya entok sejak adanya pandemi Covid-19.
Darmanto mengakui jika saat ini unggas jenis entok hias cukup ngetrend di kalangan para peternak.
Ia mengatakan, entok hias yang ia budidayakan adalah jenis jumbo ori yang diadopsi dari Kota Blitar, lalu ia kembangkan di rumahnya di Maruyungsari, Pangandaran.
“Awalnya saya coba-coba saja cari referensi di media sosial dan sharing sama teman peternak asal Blitar,” ungka Darmanto Kamis (3/6/2021).
Setelah itu, ia mulai mencoba membeli indukan dari Blitar satu paket yakni jantan satu ekor dan betina tiga ekor dengan harga Rp 2 juta.
“Harganya memang lebih mahal ketimbang entok lokal biasa di Pangandaran, tapi saya puas karena memang kualitasnya bagus, perkembanganya secara bobot besarnya itu 2 kali lipat dari entog biasa,” jelas Darmanto.
Entok hias dari Blitar ini lanjutnya, merupakan jenis baru hasil rekayasa genetik yang menghasilkan keturunan trah super yaitu entok jumbo ori kualitas super yang body fisiknya serta pertumbuhanya cepat besar.
Untuk menjual hasil budidaya entok hiasnya, Darmanto memanfaatkan berbagai media sosial seperti Instagram, Grup WhatsApp maupun grup Facebook.
Selain dari Pangandaran, para pembeli entok hias miliknya berasal dari berbagai daerah mulai dari Ciamis, Banjar, Cilacap, Bandung, Tegal hingga Banten.
Darmanto menuturkan, satu indukan entok hias biasanya bertelur sampai 20 butir.
Ia menyebut, satu ekor entok hias yang baru menetas biasanya ia jual Rp 60 ribu.
“Kalau sudah usia satu bulan, saya jual harga Rp 100 ribu,” jelas Darmanto.
Peternak Entok Hias Lainnya di Pangandaran
Di tempat terpisah peternak entok lainnya Andri (27) mengaku sudah menekuni ternak entok hias jenis rambon.
Entok jenis ini mempunyai bulu warna-warni berbeda dengan entok biasa, karena memiliki bulu yang nyentrik dan indah, tidak hanya didominasi warna putih dan hitam.
“Saya yakin para peternak yang lainnya pun masih banyak jenis dan brand warna yang lain, karena kita selaku penghobi entok hias terus melakukan eksperimen untuk menghasilkan warna yang terbaik,” katanya di Pangandaran.
Saat ini peternak entok sudah mengalami pergeseran paradigma, dari yang tadinya entok hanya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang sudah bergeser ke panggung fashion untuk kebutuhan hias layaknya burung atau hewan yang lainnya.
Sementara itu terkait harga, warna bulu dan bentuk tubuh sangat mempengaruhi harga jual.
“Jadi semakin besar dan indah warna dan motif bulunya maka semakin tinggi juga harga jualnya,” ungkap Andri.
Untuk entok jenis rambon warna motif silver bervariasi putih usia dewasa ia jual Rp 300 ribu.
“Kalau yang agak mahal dan sekarang jadi trend itu jenis bondol kaji dan entok jenis jali itu mahal sampai 1-3 juta,” paparnya.
Adapun untuk pakannya, entok hias sama saja dengan entok lokal Pangandaran yakni cukup nasi aking, dedak, gilingan jagung.
“Bisa juga kita beri pakan tambahan berupa hijauan menggunakan azolla ataupun cacahan gedebog pisang biar lebih hemat,” pungkasnya. (Madlani/R8/HR Online)
Editor: Jujang