Berita Tasikmalaya, (harapanrakyat.com),– Sejumlah Kelompok Tani di RW 014, Kelurahan Setiawargi, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat mengaku tidak diberdayakan. Hal itu terlihat dari program APBD yang tidak pernah menyentuh kelompok tani tersebut.
Deni Hidayat Tokoh Pemuda Setiawargi mengatakan, terdapat kecemburuan sosial antar warga di wilayah Kelurahan Setiawargi. Hal tersebut lantaran berbagai program yang melibatkan Kelompok Tani selalu bertumpuk di salah satu perusahaan sejak 2019 hingga 2021 ini.
“Menurut info dan faktanya anggaran yang begitu besar bertumpuk pada satu titik. Sementara ada kelompok tani yang sudah membuat proposal untuk memberdayakan masyarakat, tapi kenyataannya beberapa lokasi tidak tersentuh,” katanya, Senin (28/6/2021).
Deni mencontohkan, pembangunan TPT, pengaspalan dan pembangunan kandang dan kolam ikan itu bertumpuk di satu lokasi. “Ini yang menjadi kecemburuan kami sebagai warga,” sambungnya.
Padahal, lanjut Deni, anggaran yang ada bisa disebarkan ke seluruh kelompok yang ada di Kelurahan Setiawargi.
“Seandainya ada anggaran berapapun kami ingin memberdayakan masyarakat supaya masyarakat bisa mandiri, sekaligus membantu penyerapan anggaran tersebut,” katanya.
Program Pembangunan Tidak Merata di Setiap Kelompok Tani Setiawargi Tasikmalaya
Deni meminta Kelurahan, Kecamatan dan Dinas terkait bisa melihat detail pengajuan proposal pembangunan, tidak hanya langsung menyetujui tanpa survey ke lapangan terlebih dahulu.
“Kami keberatan jika penggunaan anggaran yang begitu besar terpusat di satu lokasi. Padahal anggaran tersebut bisa dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Setiawargi secara merata,” jelasnya.
Menurut Deni, saat ini terdapat perusahaan yang dari tahun 2019 sudah mengerjakan beberapa proyek, seperti pembangunan kandang sapi, hingga pengaspalan jalan. Bahkan pembangunan TPT dan kolam ikan pun dilakukan oleh perusahaan tersebut.
“Kalau bisa kan ada konfirmasi dulu dari pihak kelompok dan pihak kelurahan semisalnya sosialisasi, Khususnya kelompok terkait yang mengajukan program tersebut,” ucapnya.
“Itu kan anggarannya sangat besar, sampai berapa M semuanya coba. Kalau masyarakat yang ikut dilibatkan untuk pengerjaannya pasti ada. Cuma tidak semuanya dilibatkan, saya pun tidak tahu siapa yang kerja di perusahaan tersebut,” katanya.
Padahal, kata Deni, Kelompok Tani yang ada di Kelurahan Setiawargi juga memiliki potensi, sehingga bisa diberdayakan untuk melaksanakan berbagai program.
“Kita sangat menyayangkan anggaran tersebut bertumpuk pada satu titik. Padahal kan kalau disebarkan ke seluruh kelompok tani yang ada di Kelurahan Setiawargi, maka akan ada pemerataan di antara kelompok masyarakat,” tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris Kelurahan Setiawargi Ade Karyana mengaku tidak bisa memberikan penjelasan terkait penumpukan pekerjaan program di satu titik.
“Kebetulan pak lurahnya tidak ada di kantor, terkait penumpukan pengerjaan di satu titik dan kelompok Tani tidak dilibatkan, tidak jelas, apakah ini pengerjaan dari kelurahan dari hasil Musrenbang apakah pribadi usulannya. Saya nggak bisa menjawab, takut salah menjawab,” katanya. (Apip/R7/HR-Online)
Editor: Ndu