Fosil Paraceratherium Linxiaense telah ditemukan di Barat Laut China. Peneliti berhasil menemukannya berupa tengkorak hewan dengan usia 25,5 juta tahun. Tengkorak tersebut telah diidentifikasi sebagai badak purba raksasa. Bahkan menjadi salah satu mamalia terbesar yang pernah hidup di bumi ini.
Fosil tersebut ternyata terawetkan dengan baik. Para ilmuwan kemudian menganalisis secara mendalam dan memberikan nama tersebut yang menjadi spesies keenam dari genius badak yang tak bertanduk yang mereka temukan di Eurasia.
Informasi Fosil Paraceratherium Linxiaense Termasuk Keluarga Rhinocerotoidea
Paraceratherium adalah subfamili dari keluarga Rhinocerotoidea dan termasuk dalam badak modern. Hal tersebut dari penelitian tengkorak yang tak lengkap.
Dari fosil yang tak lengkap tersebut membuat para peneliti sulit menjabarkan. Namun perkiraan berat dari badak raksasa tersebut mulai dari 11 hingga 20 ton.
Melansir Science Alert, para ilmuwan kesulitan untuk menyimpulkan ukuran pasti binatang tersebut. Namun semasa hidup, badak tersebut memiliki tinggi 4,8 meter dan memiliki ukuran setinggi jerapah.
Baca Juga: Fosil Aneh di Peru, Rongga Mata di Tengkorak Memanjang
Selain itu para ilmuwan menyimpulkan kalau Paraceratherium Linxiaense menjadi badak terbesar dalam genus tersebut.
Hal tersebut kemudian berbanding dengan fosil badak raksasa lainnya yang juga ditemukan, spesies tersebut memiliki batang hidung yang pendek dengan leher yang sangat panjang.
Sedangkan rongga hidung fosil Paraceratherium Linxiaense lebih mendalam. Bahkan bentuk tubuhnya tidak memiliki cula atau lebih mirip dengan tapir.
Jejak Fosil Paraceratherium
Pada sekitar 25 juta tahun yang lalu, badak tersebut memang memiliki tinggi lebih dari 16 kaki. Hewan tersebut menjelajahi bumi.
Sepanjang sejarah, mamalia ini merupakan mamalia darat terbesar yang pernah hidup. Namun sejarah evolusi serta penyebarannya di Asia membuat para ilmuwan kesulitan dan bingung.
Menurut para ilmuwan, hewan tersebut bergerak melalui China, Mongolia, ke Kazakhstan hingga Pakistan. Sedangkan tim peneliti oleh pemimpin Ding Tao dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology dan menerbitkan temuan tahun 2015 di Studi baru minggu ini, yakni di jurnal Communications Biology.
Penemuan tersebut terdiri dari tulang rahang, fosil tengkorak, serta gigi yang telah mengalami proses pengawetan. Selain itu terdapat bagian tubuh tempat kepala terhubung ke tulang belakang. Fosil tersebut terdapat 3 tulang belakang.
Dari sisa fosil Paraceratherium Linxiaense telah memberikan detail yang cukup untuk membangun model 3D digital. Hal tersebut berguna untuk membandingkannya dengan badak raksasa lainnya yang juga telah menjadi temuan.
Baca Juga: Fosil Pleurochayah Appalachius, Bukti Migrasi Reptil 100 Juta Tahun Lalu
Maka selanjutnya akan mengarahkan kepada mereka untuk lebih mengklasifikasikan spesies baru tersebut. Hal yang menonjol sebagai perbedaan adalah dengan lehernya yang panjang dan fleksibel.
Fosil yang langka tersebut memang terdapat di Provinsi Gansu, China. Selain itu di perbatasan Timur Laut Dataran Tinggi Tibet dan berasal dari Oligosen akhir. Hal tersebut di era yang berlangsung sekitar 34 juta tahun hingga 23 juta tahun yang lalu.
Ternyata badak tersebut bahkan lebih besar dari badak modern. Tingginya mencapai 16 kaki di bahu serta berat 40.000 ton tanpa tanduk.
Dalam penelitian yang terbit di Jurnal Communications Biology, para ilmuwan menganalisis fosil yang mereka temukan di desa Wang Jia Chuan yakni pada tahun 2015. Dan menunjukkan bahwa spesies fosil Paraceratherium Linxiaense tersebut berbeda dari lainnya.
Hasil Perkiraan Penelitian
Para peneliti menuliskan bahwa terdapat kemungkinan wilayah Tibet bisa menampung sejumlah daerah dengan level ketinggian cenderung lebih rendah.
Hal tersebut kemungkinan kurang dari 2000 meter selama Oligosen serta subspesies dari badak raksasa bisa menyebar bebas. Hal ini di hampir sepanjang pantai timur dari lautan Tethys. Kemungkinan juga pada beberapa dataran rendah di wilayah tersebut.
Peneliti menemukan pada awal Oligosen menyebar ke barat hingga Kazakhstan dengan keturunan yang semakin berkembang ke Asia Selatan.
Kemudian kembali ke utara untuk melintasi wilayah Tibet untuk menghasilkan Paraceratherium Lianxianense. Hingga akhirnya ke bagian Timur di Cekungan Linxia.
Dengan kondisi tropis akhir di Oligosen tersebut mendorong badak raksasa akan kembali ke Utara hingga ke Asia Tengah.
Hal tersebut berarti wilayah Tibet belum setinggi dataran tinggi. Fosil Paraceratherium Linxiaense menjadi salah satu bukti bahwa ada kehidupan hewan badak yang terbesar yang hidup masa lalu yang masih harus ilmuwan teliti. (R10/HR Online)
Editor: Jujang