Badai lubang hitam kolosal di alam semesta disebut dengan lubang hitam supermasif. Hal tersebut meniupkan angin yang kuat ke ruang intergalaksi. Bahkan kita dapat melihat cahaya badai dari 13,1 miliar tahun silam.
Hal tersebut adalah ketika alam semesta kurang dari 10 persen yang dihitung dari usianya sekarang. ini merupakan badai yang tergolong paling jauh yang teridentifikasi. Selain itu penemuan tersebut menjadi petunjuk. Tentu untuk membantu para Astronom dalam mengungkap sejarah pembentukan Galaksi.
Baca Juga: Badai Luar Angkasa Terdeteksi untuk Pertama Kali di Kutub Utara
Waktu Kemunculan Badai Lubang Hitam Kolosal
Takuma Izumi yang merupakan Astronom dari Observatorium Astronomi Nasional Jepang berkata: “Pertanyaannya adalah kapan waktu angin galaksi tersebut muncul di alam semesta?”
Hal ini merupakan pertanyaan yang sangat penting. Selain itu berkaitan dengan masalah penting dalam ilmu astronomi. Banyak pertanyaan yang kemudian timbul dari hal ini.
Bagaimana galaksi serta super mass berkorespondensi? Apakah lubang hitam tumbuh bersama? Hal tersebut menjadi tanda tanya besar.
Faktanya Lubang hitam supermasif memang tidak dapat terpisahkan dari Galaksi. Sedangkan berbagai benda raksasa tersebut jutaan hingga milyaran kali dari massa matahari telah membentuk suatu jantung perkasa pada sistem galaksi.
Hal tersebut merupakan inti gravitasi yang mana segala sesuatu di galaksi tersebut berputar. Sebuah Badai lubang hitam kolosal menelan sejumlah besar materi yang ada disana.
Ketika materi tersebut mulai ada pergerakan dengan kecepatan tinggi karena efek gravitasi lubang hitam, maka materi tersebut memancarkan energi yang kuat. Hal tersebut yang dapat mendorong materi di sekitarnya keluar.
Mereka memiliki peran besar dalam pembentukan galaksi. Bahkan salah satu cara demi melakukan hal tersebut ialah melalui mekanisme atau umpan balik.
Angin yang luar biasa tersebut yang muncul dari lubang hitam supermasif adalah dari luar angkasa. Dari kejadian ini berakibat menerbangkan material yang menghasilkan bintang pada beberapa area. Bahkan memaksanya runtuh menjadi bintang baru pada area lainnya.
Nah dari keberadaan badai lubang hitam kolosal ini yang akhirnya membatasi massa bintang galaksi di alam semesta. Istimewanya, massa dari lubang hitam tersebut biasanya secara kasar berbanding sama dengan tonjolan pada pusat galaksi dan mengelilinginya tersebut.
Para Astronom sendiri tidak yakin. Kenapa hal tersebut bisa terjadi. Sebuah galaksi mempunyai massa 10 kali lipat cenderung lebih besar dari hole tersebut.
Namun proporsionalitas secara nyata menunjukkan bahwa lubang ini serta galaksi mereka berevolusi secara bersama-sama. Daripada terbentuk secara terpisah dan akhirnya berkumpul selanjutnya.
Baca Juga: Bahaya Badai Suar Matahari Saat Mencapai Bumi, Ini Ancamannya
Penyelidikan dan Penelitian Umpan Balik
Dengan adanya hal tersebut, diperlukan penyelidikan serta penelitian bagaimana umpan balik awal dapat teramati dalam alam semesta. Untuk itu Izumi dan rekannya menggunakan teleskop radio Atacama large Milimeter atau Submillimeter Array (ALMA) di Chili.
Penyelidikan Badai lubang hitam kolosal tersebut bertujuan mencari pergerakan aliran gas di sekitar galaksi dengan lubang hitam di alam semesta.
Dan akhirnya mereka menemukan galaksi bernama J1234+0100 hanya beberapa ratus juta tahun yang akhirnya dentuman besar.
Analisa dari emisi radio debu telah menunjukkan arus keluar yang sangat besar yakni 500 km/detik. Hal tersebut dengan laju arus keluar 447 kali massa matahari pertahunnya. Percaya atau tidak hal ini cukup kuat untuk sekedar menghapus kelahiran bintang.
Hal itulah yang menjadikan angin lubang hitam lebih awal yang teridentifikasi hingga kini. Sekaligus memperpanjang rekor hingga 100 juta tahun. Selain itu sebagai hal yang menunjukkan umpan balik terjadi relatif lebih awal dalam sejarah.
Namun perlu Anda ketahui, bahwa badai lubang hitam kolosal bukanlah satu-satunya hal yang muncul sejak awal. Bahkan dari penelitian serta pengukuran pasti menunjukkan bahwa lubang hitam tersebut memiliki massa hingga 330 juta kali matahari.
Dari data ALMA, berarti peneliti mampu mengukur massa tonjolan J1234+0100 tersebut. Faktanya hal tersebut memiliki 30 miliar kali massa matahari sehingga membuat massa lubang hitam dengan perkiraan 10 persen. Hal ini sebanding dengan tonjolan.
Tentu saja hal tersebut menunjukkan koevolusi lubang hitam dan galaksi induknya telah terjadi beberapa ratus tahun usai Big Bang.
Izumi mengatakan bahwa pengamatan tersebut mendukung simulasi komputer presisi tinggi yang meramalkan hubungan evolusioner ada sekitar 13 miliar tahun silam.
Bahkan mereka berencana untuk mengamati sejumlah besar objek di masa depan setelah mengamati Badai lubang hitam kolosal. Harapannya dapat mengklasifikasi koevolusi asli merupakan gambaran yang tepat dari alam semesta umum waktu itu. (R10/HR Online)
Editor: Jujang