Aplikasi pemilah sampah berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan saat ini telah hadir. Kabar baik ini dari Malang Raya.
Ya, baru-baru ini terdapat Arek Malang berasal dari Pujon, Kabupaten Malang telah menjuarai ajang Dumpling Incubator Competition (2021). Arek Malang tersebut bernama Alan Wahyu hafiludin, yang berhasil merancang aplikasi pengolahan sampah dengan basis Android yang bernama Wasto.
Pada ajang tersebut, pria berusia 32 tahun ini mampu menyingkirkan 256 peserta lain dari seluruh Indonesia. Ajang ini merupakan program kompetisi pembuatan ide bisnis serta pengembangan usaha.
Alan berhasil menjadi juara satu serta berhak mendapat hadiah, pendampingan dari inkubator bisnis, maka dana bergulir serta pemberian untuk modal usaha. Semakin penasaran dengan aplikasi Wasto ciptaan Arek Malang ini, mari kita simak ulasannya.
Mengenal Aplikasi Pemilah Sampah Bernama Wasto
Dengan pencapaian yang diperoleh Alan Wahyu Hafiludin tentu mampu membawa harum Malang Raya. Aplikasi Wasto sendiri merupakan salah satu aplikasi yang bermanfaat untuk memilah sampah dengan mengusung basis kecerdasan buatan atau AI.
Dengan menggunakan aplikasi ini, pengguna dapat memilah sampah berdasarkan dengan jenis masing-masing. Sebagai informasi untuk Anda, ajang Dumpling Incubator Competition (2021) merupakan salah satu program kompetisi pembuatan ide bisnis dan juga pengembangan usaha.
Dalam penerapan aplikasi ini, sebagai contoh apabila terdapat kategori sampah plastik seperti cup kopi kekinian atau botol plastik, maka hal ini dapat dideteksi oleh pengguna.
Maka dapat dikatakan peran aplikasi pemilah sampah ini sebagai tempat sampah. Hal ini berdasarkan penjelasan dari Founder Aplikasi Wasto, Alan pada Selasa 15 Juni 2021 kemarin.
Manfaat dan Penerapan Aplikasi Pemilah Sampah Wasto
Menurut Alan, volume sampah plastik yang besar serta tidak terpilah dengan baik tentu sangat berbahaya bagi lingkungan. Aplikasi Wasto dapat menjadi ide alternatif dari sistem pemilah sampah pada suatu wilayah.
Dalam hal ini, aplikasi Wasto akan jemput bola untuk mengumpulkan sampah yang telah dikumpulkan oleh para pengguna melalui aplikasi ini. Selanjutnya, pengguna akan memperoleh reward yang berupa poin di setiap pemilahan serta pemungutan sampah yang mereka lakukan.
Apabila poin telah mencapai titik tertentu, maka para pengguna dapat menukarkan poin tersebut dengan merchandise atau hadiah. Hadiah atau merchant tersebut mereka peroleh dari sejumlah merchant kerjasama.
Untuk lebih lanjut, dari sampah yang telah berhasil terkumpul dari para pengguna, kemudian Alan bertugas untuk mengelola sampah dengan proses daur ulang.
Selanjutnya sampah daur ulang tersebut diubah menjadi barang bernilai ekonomis lagi. Sebagai contoh dapat menjadi pot atau vas bunga yang dapat kita ekspor ke luar negeri.
Harapan dan Arti Kata “Wasto”, Aplikasi Pemilah Sampah
Hingga saat ini Alan masih terus mengembangkan ide bisnis untuk jadi nyata. Harapan Alan, dengan hadirnya aplikasi ini dapat ikut membantu dalam sistem olah sampah kota Malang Raya, meskipun dalam lingkup kecil di kalangan remaja.
Harapan ini termanifestasi dalam penanaman aplikasi Wasto tersebut. Alan menjelaskan, Wasto memiliki 2 makan. Pertama kata Wasto dalam bahasa Inggris memiliki arti membuang. Sedangkan jia menurut makna dari bahasa sansekerta, Wasto berasal dari kata Wastu yang artinya berharga.
Maka arti dari aplikasi ini secara keseluruhan, maka Wasto berarti bahwa dari barang yang semula tidak berguna dapat menjadi barang berharga. Hal inilah asal muasal penamaan dari aplikasi pemilah sampah Wasto.
Kisah Sukses di Balik Aplikasi Wasto
Kehadiran aplikasi pemilah sampah bernama Wasto memiliki kisah inspiratif di baliknya. Dikisahkan Alan Wahyu Hafiludin, aplikasi Wasto lahir pada saat roda nasibnya berbalik 180 derajat.
Saat itu, Alan merupakan salah satu dari banyak korban PHK sejak terjadinya pandemi Covid-19 yang merebak sejak 2020 lalu. Meskipun demikian, Alan tidak menyerah dan berdiam diri begitu saja.
Alan justru melihat adanya potensi bisnis sekaligus turut menjaga lingkungan. Pada awalnya, ia melihat banyak tumpukan sampah karena orang jarang keluar rumah akibat pandemi Covid-19. Maka akhirnya Alan pun kepikiran untuk menciptakan aplikasi ini.
Hal menarik dari Alan yang memiliki latar belakang yang tidak kita duga. Pria dengan anak satu ini terpaksa mengalami drop out dari UIN Maulana Malik Ibrahim dengan Jurusan Informatika pada tahun 2014 karena masalah ekonomi. Dengan hadirnya aplikasi pemilah sampah ciptaan Alan ini, kita dapat belajar bahwa sesulit apapun kondisi kita, maka kita tetap dapat membuktikan diri bisa sukses untuk kemudian hari.