Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Kiai Abdul Hamid dan Kiai Hasan Sujana merupakan tokoh penting dalam penyebaran agama islam di wilayah Jawa Barat.
Abduloh (90), warga Desa Jayasari, Kecamatan Langkaplancar, mengatakan, kedua tokoh itu sangat berperan dalam perkembangan agama Islam khususnya di Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran.
“Sebelum kedua orang tokoh itu intens menyebarkan agama Islam, banyak masyarakat di sini yang masih menyembah batu dan pohon-pohon besar,” katanya kepada HR Online, Sabtu (27/3/2021).
Baca Juga : Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah yang Gugur Saat Membela Islam
Akan tetapi, setelah kedua tokoh penting ini terus-menerus menyebarkan agama Islam, akhirnya banyak masyarakat yang meninggalkan kebiasaannya itu.
Lebih lanjut Abduloh menuturkan, tempat ritual sebagian warga Langkaplancar pada zaman dulu sebelum kedua tokoh ini datang, berada di blok Karantenan, Dusun Mekarsari, Desa Jayasari.
“Tempat itu bahkan sebagai blok panyembahan,” imbuhnya.
Bahkan, sambungnya, tempat tersebut konon terdapat pohon-pohon besar, dan dianggap memiliki kekuatan magic. Namun saat ini lokasi itu sudah berubah menjadi lahan pesawahan.
Dua Tokoh Penting Hancurkan Pohon Ritual di Pangandaran
Sedangkan hancurnya lokasi panyembahan tersebut, menurut informasi yang ia terima, secara sengaja oleh Kiai Abdul Hamid. Tujuannya, supaya masyarakat setempat tidak menggunakannya lagi sebagai tempat ritual.
“Kiai Abdul Hamid bermunajat kepada Allah SWT, dan meminta didatangkan angin untuk menghancurkan dan menumbangkan pohon-pohon besar itu,” tuturnya.
Baca Juga : Kisah Saad bin Abi Waqqash, Pria Ketiga yang Masuk Islam
Akhirnya, pohon-pohon besar itu pun porak-poranda setelah angin kencang menerjang. Hingga, tak satupun pohon yang berdiri.
“Namun anehnya, angin itu hanya berputar di sekitar situ saja. Karena pohon-pohon yang berada di tempat lainnya yang tak jauh dari situ masih berdiri kokoh,” paparnya.
Lanjut Abduloh, menurut penuturan orang tua dulu, sekitar lokasi panyembahan dulunya merupakan sisa kerajaan Mandala pada abad ke 15.
Bahkan menurut informasi, wilayah itu juga ditemukan benda-benda purbakala, dan diduga merupakan sisa-sisa kerajaan masa lalu.
Menurutnya, untuk mengetahui mengenai adanya sisa-sisa benda purbakala itu, harus ada penelitian oleh para ahli.
“Alhamdulillah berkat perjuangan kedua tokoh penting itu, sampai saat ini Langkaplancar menjadi kecamatan yang agamis dan religius,” pungkasnya. (Enceng/R5/HR-Online)
Editor : Adi Karyanto