Sejarah Museum Linggarjati tak lepas dari adanya perundingan yang merupakan bagian dari kemerdekaan Indonesia. Museum tersebut menjadi saksi bisu para pejuang mempertahankan Indonesia dari jalur diplomasi.
Museum yang berada di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dulunya merupakan sebuah gubuk.
Tak hanya itu, tempat ini juga pernah menjadi hotel dan resmi menjadi museum di tahun 1976.
baca juga: Hadir dalam Bentuk Digital, Berkunjung ke Museum Polri Bisa Lewat HP
Sejarah Bangunan Museum Linggarjati
Berawal dari sebuah gubuk milik Ibu Jasitem yang dibangun pada tahun 1918 dan mengalami beberapa fungsi serta berganti kepemilikan.
Salah satunya keluarga Van Ost Dome yang merombak gubuk tersebut hingga tampak seperti saat ini di tahun 1930-1935.
Kemudian pada tahun 1935 sampai 1946, Heiker menyewa rumah dari Van Ost Dome dan menjadikannya hotel dengan nama Rus Toord.
Ketika penjajahan Jepang menduduki wilayah Indonesia, hotel Rus Toord berubah nama menjadi Hotel Hokay Ryokan.
Hingga akhirnya Indonesia merdeka dan penginapan tersebut berganti nama Hotel Merdeka.
Meski begitu, pada saat ini justru orang mengenalnya sebagai museum Linggarjati dengan berbagai interior di dalamnya mirip bangunan hotel.
baca juga: Hagia Sophia, Museum Turki yang Dijadikan Masjid
Memang dalam perjalanan panjang sejarah dari museum Linggarjati tersebut, telah terjadi perundingan yang menjadi bagian penting di Indonesia.
Di sana terjadi pertemuan antara Indonesia dan Belanda yang masing-masing mengirimkan tokoh penting untuk berunding. Sehingga menghasilkan kesepakatan bernama perjanjian Linggarjati.
Pertemuan yang merupakan upaya Indonesia dalam memperjuangkan wilayah Indonesia untuk bebas merdeka dari penjajah ini menjadikan para pejuang semakin gigih berjuang, salah satunya melalui jalur diplomasi.
Dari berbagai upaya itu, pada akhirnya mengantarkan negara Indonesia menuju gerbang kemerdekaan secara de facto dan de jure.
baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata di Pangandaran, Selain Pantai Ada Museum Nyamuk Lho!
Latar Belakang Perundingan Linggarjati
Masih soal sejarah Museum Linggarjati, saat itu yang tepatnya di Tahun 1946 Indonesia tetap harus berjuang bahwa kemerdekaan yang diperoleh adalah hasil perjuangan rakyat Indonesia.
Maka secara jalur hukum, Indonesia meminta kepada pihak Belanda untuk berunding dan menyelesaikan persoalan pengakuan kemerdekaan secara tertulis.
Hingga akhirnya dipilihlah daerah yang asri, nyaman dan tenang dari gangguan, yaitu Linggarjati, Kuningan Jawa Barat.
Dari pihak Indonesia mengirimkan utusannya sebagai wakil, yaitu Sutan Syahrir, Mr. Moh. Roem, A.K Gani dan Tirtoprodjo.
Sementara itu, dari delegasi belanda ada Dr. Van Mook, Dr.F. De Boer, Mr. Schrmerhorn dan Mr. Van Pool. Sedangkan mediator penengahnya yaitu Lord killearn yang berkebangsaan Inggris.
Perundingan yang berlangsung selama dua hari di Linggarjati tanggal 10 hingga 12 November 1946, tercatat dalam sejarah museum Linggarjati.
Dari pertemuan itu, menghasilkan beberapa pokok yang menjadi kesepakatan kedua pihak.
Isi dari perjanjian tersebut, yaitu mengakui secara de facto bahwa Republik Indonesia dengan kekuasaan meliputi Jawa, Madura serta Sumatera.
Selain itu, Belanda harus meninggalkan wilayah yang disebutkan tersebut selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1949.
Tak hanya itu, Belanda dan negara Indonesia melakukan kerjasama dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan merupakan bagian dari Republik Indonesia kemudian membentuk Indonesia Belanda dan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Itulah beberapa penjelasan isi perjanjian Linggarjati yang merupakan bagian dari sejarah museum Linggarjati.
Pesona Museum
Bagi yang berkunjung ke Kuningan Jawa Barat dan ingin mempelajari sejarah Museum Linggarjati maka bisa melakukan kunjungan ke tempat tersebut.
Dengan adanya jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak pengelola museum, yaitu di hari senin hingga jumat mulai pukul 07.00 pagi sampai 15.00 WIB.
Sementara itu pada saat weekend di hari sabtu dan Minggu sebelum adanya pandemi covid-19, Museum dibuka di jam 08.00 pagi hingga 17.00 WIB.
Untuk dapat memasuki museum tidak ada patokan harga khusus, hanya membayar parkir kendaraan dan secara sukarela pengunjung membayarnya.
Serta pengunjung bisa mengisi daftar tamu kemudian berkeliling menikmati diorama-diorama sejarah dari museum linggarjati serta perundingan yang terjadi.
Pengunjung bisa menikmati suasana nyaman dan sejuk lingkungan sekitar museum dan berswa foto bersama keluarga. Tentunya menjadi cerita menarik untuk serta perjalanan memahami bagaimana Indonesia menjadi merdeka.
Museum ini menjadi pengetahuan bagi para pengunjung museum dan tur Guide biasanya menyampaikan secara lengkap.
Jika berkunjung secara rombongan ke Museum Linggarjati sebaiknya tim panitia rombongan menghubungi kontak pengelola museum.
Sehingga pengunjung mampu memahami bagaimana perjalanan panjang perjuangan bangsa Indonesia dan sejarah museum Linggarjati secara lengkap. (Muhafid/R6/HR-Online)