Hari raya nyepi tahun 2021 jatuh pada hari minggu 14 Maret 2021. Umat Hindu sangat menunggu kehadiran Hari raya ini.
Datangnya hari raya merupakan sebuah anugerah yang harus umat syukuri. Karena banyak kebaikan-kebaikan yang terjadi pada hari raya tersebut.
Tidak hanya pada perayaan nyepi, hari raya bagi agama Islam, Kristen, Budha dan beberapa agama lainnya juga demikian.
Ritual Penyambutan Hari Raya Nyepi
Sebelum perayan nyepi biasanya terdapat beberapa ritual untuk menyambut hari suci tersebut.
Upacara Melasti atau Upacara Penyucian
Sebelum tiba puncak perayaan nyepi, kurang lebih dua hari menjelang hari raya nyepi biasanya umat Hindu melakukan ritual upacara melasti.
Melasti adalah ritual yang dengan melakukan sembahyang entah itu di lautan ataupun di danau untuk menyucikan diri.
Selain menyucikan diri, barang-barang yang terdapat di dalam pura juga ikut dalam proses penyucian.
Jadi tidak hanya manusia saja yang suci melainkan barang-barang yang terdapat dalam tempat beribadah pun harus suci.
Sementara untuk umat Hindu di Pulau Bali khususnya, upacara melasti mereka lakukan dengan patung-patung khas Bali.
Atau yang biasa kita kenal dengan nama arca dan barong yang menjadi simbol pemujaan kepada para leluhur. Upacara ini berlangsung di pingir lautan.
Setelah upacara selesai, semua umat akan berjalan keliling tempat tinggal yang mereka tempati.
Tujuannya, agar tempat tinggal menjadi suci dari segala hal buruk maupun sesuatu yang tidak baik.
Umat hindu percaya bahwa air laut maupun danau merupakan air yang suci. Sehingga upacara penyucian berlangsung di pinggir lautan.
Tujuan dari upacara melasti adalah menyucikan kembali kehidupan, agar saat Hari Raya Nyepi tiba, keadaan umat hindu dalam keadaan suci.
Ritual Tawur Agung dan Pengrupukan atau Mecacu
Setelah upacara Melasti, ritual selanjutnya adalah Tawur. Tawur yang ini bukan tawur dengan arti tawuran atau bertengkar.
Tawur agung adalah upacara penyambutan hari raya dengan cara melakukan pawai atau festival keliling dengan menggunakan orang-orangan atau boneka raksasa yang terbuat dari bambu.
Orang Bali biasa menyebutnya dengan nama ogoh-ogoh.
Bentuk dari orang-orangan ini cukup besar, sehingga tidak bisa dengan membawanya sendiri. Harus beberapa orang yang membawanya.
Bentuk dari boneka raksasa ini sangat menyeramkan, hal ini melambangkan sikap buruk manusia.
Dalam upacara tawur agung, umat hindu biasanya menyediakan sesaji berupa beberapa makanan.
Ritual Pengrupukan atau Mecacu melengkapi ritual ini. Pengrupukan atau Mecacu yakni menebar sesaji ke sekeliling tempat tinggal.
Kemudian, pada ritul ini umat memukul kentongan guna mengusir sikap buruk yang tergambar dalam boneka raksasa.
Di akhir acara, boneka raksasa yang menyeramkan ini harus umat bakar, agar sikap buruk yang ada dalam diri umat hindu juga terbakar.
Acara ini berlangsung sehari menjelang hari raya nyepi.
Keadaan Hari Raya Nyepi
Tiba pada puncak hari raya nyepi, maka tidak boleh ada ada kegiatan apapun. Dan tidak boleh ada cahaya penerangan apapun, baik itu lampu atau lilin.
Juga, tidak ada yang boleh membuat kegaduhan, tidak boleh kemana-kemana. Begitu juga dengan pikiran, tidak boleh memikirkan apapun.
Cukup dengan merunung. Juga menahan hawa nafsunya.
Saat hari raya nyepi, semua umat Hindu harus berdiam diri, baik itu di rumah bersama keluarga maupun di tempat peribadahan (pura).
Khususnya di Pulau Bali yang mayoritas penduduk beragama Hindu, wisatawan pun tidak ada yang boleh melakukan kegiatan saat hari raya nyepi.
Nyepi artinya sepi atau sunyi atau biasa umat Hindu kenal dengan nama catur brata.
Tujuan dari hari nyepi adalah untuk merenungkan tentang kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang berhubungan dengan sang Hyang Widhi.
Tidak lain agar lebih berhati-hati dalam bertindak maupun berucap, lebih mawas diri atau introspeksi diri dan tidak menyakiti orang lain.
Dan juga agar mendapatkan ketenangan, baik hati maupun pikiran.
Jadi ketika hari raya nyepi telah usai,maka keadaan hati dan pikiran akan menjadi lebih damai.
Sikap buruk terhapus dan kembali pada diri sendiri yang suci.
Upacara Ngembak Geni
Setelah upacara nyepi selesai, sehari setelah hari raya nyepi biasanya berlangsung acara ngembak geni.
Ngembak geni yaitu melakukan kunjungan, baik pada keluarga maupun ke tetangga.
Acara ini biasa umat lain sebut dengan silaturahmi, sama dengan hari raya idul fitri.
Acara ngembak geni ini tujuannya untuk saling memaafkan dan menjalin hubungan baik. Agar tidak ada perselisihan lagi.
Agar hidup rukun baik antar keluarga maupun dengan tetangga. Acara ngembak geni ini merupakan acara terakhir dalam perayaan hari nyepi.
Merayakan hari raya saat pandemi, harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Meskipun ada tradisi silaturahmi tetap harus berjaga jarak.
Usahakan untuk tidak membentuk kerumunan. Silaturahmi dengan cara bergantian, tidak serentak seperti pada saat sebelum pandemi. (Deni/R4/HR-Online)