Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),– Ada kisah menarik berkaitan dengan Gunung Parang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Gunung tersebut berada di Dusun/Desa Jayasari, Kecamatan Langkaplancar.
Bukan hanya pemandangan yang indah dari atas gunung, ternyata Gunung Parang menyimpan kisah dua orang ksatria pengawal Raja Galuh Medangkamulyan.
Didin, salah seorang budayawan di Kabupaten Pangandaran menceritakan legenda Gunung Parang. Konon di Gunung Parang terdapat makam dua orang ksatria kepercayaan Raja Galuh Medangkamulyan bernama Ajisaka.
“Dua orang pengawal tersebut adalah Sembada dan Dora. Keduanya sama-sama memegang teguh amanat Raja Galuh Medangkamulyan,” ujar Didin, Minggu (21/3/2021).
Baca Juga: Nostalgia Kereta Api Banjar-Cijulang, Ini Kata Warga Pangandaran
Kisah berawal saat Ajisaka mengutus Sembada untuk membuka suatu perkampungan. Saat itu Ajisaka belum diangkat menjadi Raja Galuh Medangkamulyan.
Ajisaka menitipkan sebuah pusaka kepada Sembada. Ia memberi pesan kepada Sembada agar tidak menyerahkan pusakanya tersebut kepada siapapun kecuali dirinya.
Tidak ada yang tahu jika Ajisaka menitipkan pusaka tersebut kepada Sembada. Termasuk Dora yang juga jadi pengawal kepercayaan Ajisaka.
Ajisaka lantas bertempur dengan Prabu Dewata Cengkar. Lewat pertempuran tersebut Ajisaka berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang akhirnya meninggal di Pantai Karapyak.
Saat itulah Ajisaka menjadi Raja Galuh Medangkamulyan menggantikan Prabu Dewata Cengkar. Ajisaka kemudian memanggil Dora.
Raja Galuh Medangkamulyan tersebut memerintahkan Dora untuk mengambil pusaka yang dititipkan kepada Sembada.
Dora kemudian mencari Sembada yang diamanatkan untuk membuka perkampungan sekaligus menyimpan pusaka titipan Ajisaka.
Pertarungan Dora dan Sembada di Gunung Parang Pangandaran
Saat Dora bertemu Sembada, ia menyampaikan amanat Ajisaka untuk membawa pusaka tersebut. Namun Sembada menolak memberikan pusaka kepada Dora.
Sembada memegang teguh amanat Ajisaka agar tidak memberikan pusaka tersebut kepada siapapun. Sementara Dora juga tidak akan pulang sebelum membawa pusaka dan memberikannya kepada Ajisaka.
Sembada dan Dora akhirnya bertarung sengit. Keduanya sama-sama kuat, sehingga keduanya tewas bersama-sama.
Pertarungan antara Sembada dan Dora ini berlangsung di Gunung Parang Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran.
“Keduanya pun dimakamkan di Gunung Parang. Posisi makam Sembada dan Dora saling berlawanan kaki dan kepala. Dalam istilah Sunda disebut patunjang-tunjang,” kata Didin. (Ceng2/R7/HR-Online)
Editor: Ndu