Gangguan depresi mayor adalah suatu hal yang sering terdengar dan banyak terjadi pada sebagian orang. Gangguan ini akan menimbulkan rasa sedih yang berkepanjangan.
Biasanya dapat reda melalui terapi seperti pemberian obat-obatan maupun melakukan psikoterapi. Hal ini bertujuan supaya depresi semakin menurun
Kenali Gangguan Depresi Mayor
Gangguan depresi mayor atau dalam istilah lain adalah depresi klinis merupakan perasaan sedih yang berkelanjutan. Bahkan tidak bisa reda jika hanya dengan menyantap makanan maupun sekedar jalan-jalan saja.
Pasalnya, depresi seperti ini akan mempengaruhi perasaan seseorang, tingkah laku, dan pola pikir yang berdampak buruk bagi kesehatannya. Biasanya penderita ini harus menjalani terapi dalam jangka panjang.
Meskipun tidak mudah, ada banyak pasien yang sudah merasa lebih baik setelah menjalani beberapa terapi maupun mengkonsumsi obat-obatan.
Baca Juga : Manfaat Terapi Yoga untuk Kesehatan Mental saat Pandemi Covid-19
Gangguan seperti ini biasanya akan menyebabkan seseorang kehilangan semangat dalam segala aktivitasnya. Hal ini sangat berbahaya karena bisa menimbulkan masalah fisik maupun emosional.
Penyebab Depresi Mayor
Memang belum tahu secara pasti apa penyebab dari gangguan depresi mayor yang sering timbul. Meskipun demikian, ada beberapa ilmuwan yang menyimpulkan kombinasi antara zat kimia dan gen dalam otak bisa mengakibatkan depresi tersebut.
Kendati demikian, ada sejumlah hal yang mungkin sering terjadi dan memicu depresi mayor seperti penyalahgunaan dalam minuman keras dan narkoba atau mungkin memiliki jenis penyakit tertentu.
Orang yang menderita depresi mayor, nampaknya akan memiliki perubahan fisik pada otaknya. Dari perubahan ini memang belum pasti, namun pada akhirnya bisa membantu untuk menentukan penyebabnya tersebut.
Gejala Depresi Mayor
Merasakan rasa sedih adalah salah satu hal yang wajar dan akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun berbeda pada penderita gangguan depresi mayor yang justru mengalami rasa sedih yang berbeda.
Tak hanya itu saja, namun penderita juga tidak akan tertarik lagi untuk menjalin hubungan bersama orang lain. Bahkan tidak ingin melakukan kegiatan apapun dalam kesehariannya.
Baca Juga : Kesehatan Mental Terganggu Akibat Kebiasaan Bangun Tidur Langsung Buka HP
Sering merasa lelah dan tidak memiliki rasa semangat setiap harinya. Selain itu, merasa tidak berguna hidupnya lagi. Parahnya lagi, ia selalu berkeinginan untuk melakukan bunuh diri.
Orang yang terkena depresi biasanya juga akan mengunci dirinya dan menghindari pergaulan bersama orang lain. Lalu tidak mampu untuk berkonsentrasi serta memberi keputusan secara pasti.
Cara Perawatan dan Pengobatan
Gangguan depresi mayor adalah salah satu jenis gangguan pada mental yang dapat teratasi dengan cara yang benar. Pasalnya, ada sekitar 90% penderita yang mengalami depresi pada akhirnya merespon pengobatan tersebut dengan baik.
Sebelum melakukan perawatan, biasanya akan melakukan evaluasi terlebih dahulu secara menyeluruh. Termasuk pada konsultasi serta pemeriksaan secara fisik.
Pemberian Obat-obatan
Biasanya jenis obat yang sering dokter berikan kepada penderita gangguan depresi mayor adalah antidepresan. Obat ini bisa membantu dalam meningkatkan cara otak dalam menggunakan bahan kimia tertentu, bahkan bisa mengendalikan suasana hati.
Biasanya antidepresan memerlukan waktu 2 sampai 4 minggu supaya bekerja secara optimal. Sehingga sangat penting dalam pemberian obat ini kepada penderita depresi mayor.
Baca Juga : Peneliti; Kecanduan Foto Selfie adalah Bentuk Baru Gangguan Kesehatan Mental
Melakukan Psikoterapi
Selanjutnya dalam merawat dan mengatasi gangguan depresi mayor biasanya akan melakukan psikoterapi. Ada beberapa jenis psikoterapi yang bisa meredakan depresi pada seseorang.
Misalnya pendekatan khusus. Dalam pengobatan ini termasuk terapi interpersonal (IPT), terapi kognitif-perilaku (CBT), serta terapi untuk pemecahan masalah.
Terapi Stimulasi Otak
Terapi ini bukanlah salah satu metode utama untuk pengobatan depresi mayor. Namun hal ini jika dalam pengobatan yang lain tidak bisa membuahkan hasil. Jadi, jalan satu-satunya adalah dengan terapi stimulasi otak.
Biasanya ini akan melakukan terapi ECT (Electroconvulsive) yang bisa menjadi pilihan terbaiknya. Pasalnya, ECT ini mampu memberikan rasa lega kepada orang yang mengalami depresi berat sekalipun.
Lalu yang belum pernah mendapat perasaan lebih baik saat perawatan lain. Sehingga jenis terapi ini bisa menjadi salah satu pengobatan yang sangat efektif untuk depresi.
Setelah melakukan prosedur rawat inap yang sangat ketat, ECT akan dilakukan berdasarkan rawat jalannya. Perawatan tersebut terdiri dari serangkaian sesi.
Efek Samping
Memang dalam terapi ECT bisa menyebabkan beberapa efek samping, seperti kehilangan memori, kebingungan, dan disorientasi. Efek samping ini biasanya bersifat dalam jangka pendek. Namun kadang memori juga bisa bertahan lama, terutama saat masa perawatan.
Sebelum memulai melakukan metode terapi ECT, dokter akan memberikan anestesi tingkat serta pelemas otot. Setelah beberapa menit usai perawatan, pasien gangguan depresi mayor akan kembali sadar. (R11/HR-Online)
Editor : Eva Latifah