Fosil Vampyroteuthis infernalis (cumi-cumi vampir) belum lama ini ditemukan setelah melalui sebuah analisa baru. Fosil ini telah lama menghilang dan hewan tersebut sudah mengintai berbagai sudut gelap samudera sepanjang 30 juta tahun yang lalu.
Dari penemuan tersebut telah mengungkap jika cumi-cumi vampir sekarang masih hidup. Lalu juga tetap bisa bertahan dalam air walaupun miskin kandungan oksigen.
Penemuan Fosil Vampyroteuthis Infernalis
Mengutip Live Science, seorang ahli paleontologi Universitas Charles, Praha, Martin Kostak mengungkapkan jika cumi-cumi tersebut kemungkinan telah mengalami evolusi. Melakukan adaptasi dengan air yang rendah akan oksigen sepanjang masa Jurassic Park.
Hal tersebut dapat terungkap melalui analisa baru mengenai hewan purba tersebut sebagai salah satu evolusi binatang laut, salah satunya adalah cumi-cumi vampir.
Baca juga: Fosil Ikan di Mars Ditemukan dan Memunculkan Konspirasi
Ia juga mengungkapkan apabila nenek moyang dari cumi-cumi vampir tersebut pada masa modern saat ini telah hidup dalam lautan selama 23-34 juta tahun yang lalu.
Fosil Vampyroteuthis infernalis temuan ini mengungkapkan jika hewan purba tersebut bisa berkembang dalam lautan dengan kondisi air yang minim kandungan oksigen.
Tentu hal tersebut berbeda dengan spesies cumi-cumi yang lain. Pada umumnya, memerlukan habitat yang lebih dangkal untuk mereka hidup sepanjang benua.
Akan tetapi, sejumlah nenek moyang fosil ini bertahan hidup, sehingga para peneliti pun tak yakin mengenai kapan sefalopoda tersebut berevolusi dengan kemampuannya.
“Kehidupan dalam kadar oksigen yang rendah dan stabil tersebut membawa keberuntungan yang evolusioner, yakni tekanan predasi rendah serta lebih sedikit untuk adanya persaingan,” tulis Martin Kostak.
Baca Juga: Fosil Nenek Moyang Bintang Laut dari Maroko Berusia 480 Juta Tahun
Fosil yang Lama Hilang dan Ditemukan Kembali
Martin Kostak bersama dengan rekannya telah menemukan fosil Vampyroteuthis infernalis yang lama menghilang dalam koleksi Museum Sejarah Alam Hongaria tahun 2019 ketika mencari fosil dari nenek moyang sotong.
Fosil tersebut awal mulanya mereka temukan tahun 1942 oleh Miklos Kretzoi, ahli paleontologi Hungaria. Ia mengidentifikasikan sebagai Vampyroteuthis infernalis yang asalnya sekitar 30 juta tahun silam.
Kemudian, penemuannya tersebut ia beri nama Necroteuthis hungarica. Lalu, para peneliti, walaupun saat itu tengah berpendapat jika yang mereka temukan tersebut adalah nenek moyang sotong.
Kemudian, pada tahun 1956, terdapat revolusi Hongaria, terjadi pembakaran museum, kala itu fosil ilmuwan perkirakan hancur. Lalu, ditemukan lagi merupakan sebuah kejutan yang membahagiakan.
“Itu adalah momen yang hebat,” ucap Kostak saat menemukan fosil Vampyroteuthis infernalis itu lagi.
“Untuk melihat sesuatu yang sebelumnya telah disarankan untuk pasti hilang.”
Penelitian dengan Pemindaian Mikroskop Elektron
Kostak bersama rekan-rekan mempelajari dari temuan fosil tersebut dengan pemindaian mikroskop elektron serta analisis geokimia.
Lalu, mereka secara pertama kali menemukan jika identifikasi awal yang mengakui Kretzi benar. Tak lain, mengenai fosil tersebut berasal dari cumi-cumi, bukan merupakan nenek moyang sotong.
Cangkang internal dari hewan tersebut (gladius) membentuk tulang punggung tubuhnya dengan panjang 6 inci atau 15 cm. Hal tersebut memberikan sebuah petunjuk pasti jika cumi-cumi tumbuh sampai ukuran 13,7 inci atau 34 cm dengan menyertakan ukuran panjang lengan.
Ukuran fosil itu hanya sedikit menjadi lebih besar daripada Vampyroteuthis infernalis yang modern, berukuran sekitar 11 inchi, atau 28 cm dari total panjang tubuhnya.
Baca Juga: Penemuan Fosil Dinosaurus di Argentina Berusia Ratusan Tahun
Habitat Vampyroteuthis Infernalis
Sedimen yang mengitari fosil Vampyroteuthis infernalis tak menunjukkan jejak mikrofosil yang seringkali terdeteksi dalam bagian terbawah lautan.
Hal itu menunjukkan jika Vampyroteuthis infernalis tersebut tak hidup dalam perairan dangkal seperti cumi-cumi modern saat ini.
Para peneliti pun melakukan analisanya terhadap tingkat variasi karbon dalam sedimen serta menemukan jika sedimen kemungkinan besar berasal dari area yang rendah kandungan oksigen (anoksik).
Kondisi seperti itu merupakan sebuah karakteristik dari dasar lautan yang sangat dalam. Dengan adanya lapisan batuan tempat fosil tersimpan yang saat ini para peneliti pun bisa menunjukkan jika cumi-cumi kemungkinan tak mampu untuk bertahan hidup pada area lingkungan laut yang lebih dangkal.
Karena, dalam lautan dangkal terdapat plankton tertentu yang berkembang dalam kondisi lingkungan air rendah garam dan nutrisi tinggi.
Kondisi semacam itu tak mampu cumi-cumi vampir modern hidup. Penemuan fosil Vampyroteuthis infernalis tersebut pun mengungkap adanya perbedaan antara spesies yang hidup dalam kurun waktu yang berbeda. (R10/HR Online)