Badai luar angkasa yang sangat kuat untuk pertama kalinya terdeteksi oleh para ahli astronomi. Kejadian tersebut merupakan sebuah fenomena langka yang terjadi pada lapisan atmosfer Bumi.
Badai tersebut terbentuk dari badai plasma dengan lebar sekitar 600 mil atau 1.000 kilometer dengan kekuatan yang besar. Fenomena ini tengah berlangsung sepanjang hampir delapan jam pada tahun 2014. Kemudian, berputar sekitar ratusan mil yang ada pada bagian atas Kutub Utara magnet planet ini.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah akan ada efek yang mengganggu Bumi?
Baca Juga: Misi Apollo 11 ke Bulan Bisa Saja Mengakhiri Kehidupan Bumi
Fenomena Badai Luar Angkasa
Untuk pertama kalinya, terdapat fenomena badai plasma yang sangat kuat terdeteksi tahun 2014 oleh para peneliti luar angkasa.
Fenomena tersebut telah tertangkap oleh rekaman satelit dengan pusaran plasma yang sangat besar. Ia mengalir ke bagian atas magnet Bumi berjam-jam sebelum akhirnya menyebar.
Walaupun belum pernah terlihat sebelumnya, pendeteksian itu mengungkapkan jika terdapat badai dalam antariksa, seperti yang telah mereka kenali layaknya fenomena planet biasanya.
Kemudian, fenomena badai luar angkasa ini telah diketahui dari studi yang rilis 22 Februari lalu dalam Jurnal Nature Communications.
Badai yang terjadi itu terbentuk dari garis medan magnet yang kacau dan berantakan. Kemudian juga dari angin matahari yang terbang dengan sangat cepat.
Tentu saja ini tak akan mampu tertangkap oleh mata telanjang. Ketinggian badai tersebut tercatat sekitar 110 kilometer sampai 860 kilometer dari lapisan atmosfer.
Lalu, kekuatan badai dengan lebar 600 mil atau sekitar 1.000 kilometer tersebut mempunyai kecepatan laju sekitar 2.100 meter per detik atau sekitar 6.900 kaki per detik.
Akan tetapi, hal yang terjadi pada pusat badai luar angkasa tersebut adalah diam layaknya terjadi pada dataran rendah.
Badai dengan Muatan Elektron
Mengutip Live Science, badai antariksa ini telah menghujani elektron secara langsung menuju atmosfer Bumi bagian atas.
Baca Juga: Asteroid 1999 RM45 Terlacak NASA Melintasi Bumi, Intip Faktanya
Salah satu tim penulis sekaligus ilmuwan luar angkasa University of Reading Inggris, Mike Lockwood mengungkapkan jika sampai sekarang belum bisa mereka pastikan jika badai itu ada.
“Badai tropis dihubungkan dengan energi yang ada dalam jumlah besar serta badai ini harus dihasilkan melalui transfer energi angin matahari yang cepat dan dahsyat. Kemudian juga dari partikel yang bermuatan atmosfer atas Bumi,” ucap Mike Lockwood.
Akan tetapi, terdapat empat satelit yang melalui kutub utara telah mendeteksi bentuk badai luar angkasa yang berbeda dengan bentuk badai terestrial seperti biasanya.
Badai ini terbentuk layaknya corong yang terlihat seakan-akan seperti mata yang ada pada bagian tengah. Kemudian juga dikelilingi oleh lengan berbentuk spiral plasma yang putarannya berlawanan dengan arah jarum jam.
Hipotesis Ilmuwan
Dengan memakai model badai tiga dimensi (3D), para ilmuwan ahli astronomi dan luar angkasa ini mempunyai hipotesis tersendiri. Jika formasi atau bentuk yang badai tersebut hasilkan berasal dari interaksi kompleks antara angin matahari dan masuk ke dalam interaksinya.
Itu merupakan angin yang sangat kencang berupa plasma dengan kecepatan luar biasa yang matahari lepaskan secara berkala dan juga medan magnet pada bagian Kutub Utara Bumi.
Walaupun hal itu adalah badai luar angkasa yang pertama kali mereka amati, ilmuwan berhipotesis jika peristiwa umum terjadi karena sistem cuaca pada sebuah planet manapun. Apalagi planet tersebut mempunyai pelindung magnetik serta plasma pada bagian lapisan atmosfernya.
Baca Juga: Fosil Dinosaurus Ninjatitan Zapatai Raksasa Ditemukan di Argentina
“Plasma serta medan magnet pada bagian atmosfer planet yang ada pada semua alam semesta, menjadi sebuah temuan yang menunjukkan badai tersebut harus menjadi sebuah fenomena yang menyebar secara luas,” ucap Lockwood.
Lantas, haruskan kita takut dengan apa yang terjadi tersebut? Mungkin jawaban yang tepat adalah tidak. Karena, badai atmosfer yang ada di atas tersebut menimbulkan sedikit ancaman untuk Bumi.
Akan tetapi, badai luar angkasa itu bisa saja mempengaruhi efek cuaca antariksa yang telah ada. Misalnya untuk contoh adalah adanya peningkatan hambatan pada wahana satelit atau juga bisa menghalangi sistem komunikasi radio dan GPS. (R10/HR-Online)