Wasekjen DPP Partai Demokrat, Jovan Latuconsina menyebut, upaya kudeta atau pengambilalihan paksa partai Demokrat tak hanya menjadi persoalan internal partai.
Menurutnya, upaya kudeta terhadap kepemimpinan AHY ini bukan isapan jempol belaka.
Pasalnya, upaya kudeta tersebut melibatkan salah satu orang terdekat penguasa, yakni Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
Hal ini kata Jovan, perlu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat sipil, karena ada upaya penyalahgunaan jabatan publik, yang dilakukan oleh KSP Moeldoko.
“Ini masalah integritas, karena berkaitan dengan jabatan publik yang disalahgunakan,” ujar Jovan, Selasa (2/2/2021).
Pihaknya mengaku memiliki berita acara perkara berdasakan laporan lebih dari 8 orang kader Partai Demokrat yang ikut pertemuan.
“Mereka mengaku bertemu dengan sejumlah mantan kader, ternyata disitu juga hadir KSP Moeldoko,” jelas Jovan.
Terkait dengan adanya keterlibatan oknum kader internal partai, lanjut Jovan, itu akan diproses secara konstitusi (AD/ART) partai.
“Biarlah itu urusan internal partai, karena sudah ada aturannya,” katanya.
Namun, terkait dengan adanya keterlibatan tokoh publik yang dikenal dekat dengan Presiden, Jovan menyebut ini yang harus diklarifikasi oleh Presiden.
“Menurut pengakuan kader kami yang ikut pertemuan, KSP Moeldoko sudah mendapat restu dari Presiden,” jelasnya.
Karena takut itu hanya pencatutan nama, makanya Ketua PD AHY mengirimkan surat kepada Presiden.
“Surat itu dikirimkan untuk mendapatkan klarifikasi,” ucapnya.
Baca Juga: Partai Demokrat Gelontorkan Anggaran 200 Miliar untuk Bantu Penanganan Covid-19
Buntut Kemarahan Ketua DPC Partai Demokrat di Daerah
Jovan menegaskan, langkah-langkah tersebut dilakukan pihaknya lantaran seluruh Ketua DPC dan DPD Partai Demokrat di daerah marah.
“Mereka tak terima jika kepemimpinan yang sah, hasil aklamasi Kongres V Maret 2020 lalu diobrak-abrik pihak eksternal yang berada di lingkar kekuasaan,” ungkap Jovan.
Menurutnya, upaya mengambil jalan pintas ini bukanlah sifat seorang ksatria.
Pasalnya, Partai Demokrat punya AD/ART sebagai landasan konstitusi untuk dipedomani.
“Jika KSP Moeldoko sungguh-sungguh mencintai Demokrat, seperti yang ia ungkapkan dalam konferensi pers Senin (malam, silahkan mendaftar sebagai kader Demokrat. Tapi tak bisa ujug-ujug jadi Ketum,” tegasnya.
Ia pun mengaku bangga dengan Ketum AHY. Ketika semua kader memintanya untuk membongkar nama KSP Moeldoko ke publik, beliau memilih tak menyebutkan namanya.
“AHY bilang apapun kesalahannya, KSP Moeldoko adalah seniornya di almamater,” pungkasnya.
AHY dan Moeldoko sama-sama merupakan lulusan terbaik Akademi Militer, dan sama-sama meraih Bintang Adhi Makayasa. (R8/HR Online)