Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Jus honje produk menjadi minuman khas Pangandaran. Jus ini sudah akrab di lidah masyarakat, bahkan kerap terhidang pada acara resmi maupun kegiatan publik di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Sejarah Minuman Khas Pangandaran
Jus honje pertama kali disebut sebagai minuman khas Pangandaran, saat Pangandaran masih berstatus Daerah Otonomi Baru (DOB). Endjang Naffandy yang kala itu ditunjuk sebagai Pj Bupati Pangandaran menghadiri acara di Kementerian.
Ketika sedang bersantai dan tengah berbincang dengan pejabat lain dari luar daerah, Endjang sempat ditanya apa makanan dan minuman khas Pangandaran.
Baca Juga: Pencipta Jus Honje Laka Merah Tua Pangandaran Raih Original Rekor Indonesia
Salah seorang sahabat Endjang yang bernama Gumilar kebetulan berada di sampingnya saat itu. Gumilar kemudian berbisik, minuman khas Pangandaran adalah jus honje. Sementara makanan khas Pangandaran adalah pindang gunung.
Endjang kemudian menjawab pertanyaan para pejabat tersebut sambil menerangkan rasa khas jus honje dan pindang gunung.
Saat status Pangandaran masih DOB, jus honje dan pindang gunung jadi santapan utama pada acara-acara resmi.
Maka tak heran minat terhadap jus honje dan pindang gunung meningkat. Apalagi banyak pegawai yang bertugas di Pangandaran kala itu berasal dari luar daerah.
Karena di daerah mereka jarang menemukan jus honje dan pindang gunung, para pegawai dari luar Pangandaran ini kerap menikmati makanan dan minuman khas Pangandaran ini.
Dikenal Sampai ke Luar Jawa
Begitu juga dengan jus honje buatan Ooy Rukoyah (50), warga Dusun Bojongmalang, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Produknya cepat dikenal masyarakat. Olahan minuman buatan Ooy tersebut juga sering dibeli konsumen untuk jadi oleh-oleh.
Banyak juga warga Pangandaran yang membelinya untuk dijadikan oleh-oleh bagi tamu dari luar daerah yang berkunjung ke rumahnya.
Seiring dengan itu, Ooy menerima pesanan jus honje bukan hanya dari konsumen lokal, namun juga dari luar Pangandaran.
“Sudah punya langganan tetap dari Banjar, Ciamis, Bandung, Bogor, Bekasi, Depok, sampai yang di luar pulau Jawa, seperti Lampung, Medan, Bengkulu, bahkan ada yang pesan dari Bali juga,” katanya, Kamis (25/2/2021).
Ooy mengaku menjaga kualitas jus honje buatannya agar rasanya tetap khas di lidah. Karena itu, Ooy tetap memakai bahan baku honje laka merah tua.
“Sebenarnya bahan bakunya sederhana, honje laka yang warnanya merah tua dicuci sampai bersih. Lalu dipipil atau dipocel, baru ditumbuk dan direbus. Proses terakhir disaring dan diberi pemanis gula,” jelas Ooy.
Menurut Ooy, 20 botol jus honje ukuran 330 mili diproduksi dari satu kilogram honje laka merah tua.
“Saya menyediakan kemasan eceran, per botol hanya Rp 10 ribu. Ada juga boks dus, satu boks isinya 25 botol ukuran 330 mili. Kalau beli yang satu boks itu harganya Rp 250 ribu,” katanya.
Dalam satu hari jus honje yang diproduksi Ooy mencapai 20 kilogram. Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumen, jus honje yang ia produksi juga sebagai persediaan apabila ada konsumen yang pesan jus honje mendadak.
“Merk jus honje buatan saya itu Hola Juice, kelebihannya bisa tahan sampai 1 bulan kalau disimpan di luar pendingin. kalau disimpannya dalam mesin pendingin atau kulkas bisa tahan sampai 10 bulan,” sambungnya.
Kendala Produksi Jus Honje
Meskipun sudah punya pelanggan dari berbagai daerah, namun usaha Ooy tidak selalu berjalan mulus.
Saat musim kemarau tanaman honje langka, karena tidak bisa tumbuh subur. Akibatnya harga bahan baku untuk membuat jus tersebut naik.
“Biasanya honje laka merah tua 1 kilo Rp 20 ribu, tapi kalau musim kemarau kadang langka harganya bisa sampai Rp 25 ribuan per kilo,” katanya. (Ceng2/R7/HR-Online)
Editor: Ndu