Astronot muslim di luar angkasa menjadi salah satu bukti kemajuan teknologi masa kini. Sepanjang satu abad belakangan ini, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membuktikan jika perjalanan menuju luar angkasa bisa manusia lakukan.
Telah lebih dari 500 orang yang berhasil mengunjungi ruang antariksa sejak 1961, dan 11 orang dari mereka adalah orang muslim. Lantas, bagaimana para penganut agama Islam tersebut menjalani kehidupannya dan melakukan ibadah?
Perkembangan Astronot Muslim di Luar Angkasa
Terdapat ratusan astronot yang mengunjungi luar angkasa dan melakukan jelajah dalam berbagai misi sejak tahun 1961. Kemudian, diketahui jika dari mereka terdapat orang muslim, sekitar 11 orang. Walaupun muslim tidak terlalu mendominasi sebagai penjelajah.
Karena praktek untuk merekrut para astronot dalam program antariksa secara historis dominan dari Uni Soviet dan juga Amerika Serikat (AS).
Meskipun demikian, saat ini telah terdapat sekitar 2 persen dari keseluruhan astronot adalah muslim. Amerika Serikat, pada mulanya hanya merekrut pria, berkulit putih, dan juga Uni Soviet yang kala itu mempekerjakan etnis Slavia dan Rusia saja.
Akan tetapi, program untuk luar angkasa tersebut terdiversifikasi dalam mencerminkan populasi. Lalu, pada saat negara yang lain mulai berkembang dan ikut dalam program serupa, maka astronot muslim di luar angkasa pun mulai ada.
Baca Juga: Tim Baru Astronot Artemis Luncurkan Astronot Wanita Pertama Ke Bulan
Tantangan Bagi Astronot Muslim
Melansir hds.harvard.edu, saat melakukan perjalanan ke luar angkasa bisa mendapatkan sejumlah tantangan yang cukup menarik, khususnya untuk umat Islam.
Hal tersebut karena sejumlah praktek ibadah yang umat Islam lakukan, berhubungan dengan posisi geografis yang ada di Bumi atau dengan orbit benda langit.
Seperti, terdapat adab atau tata cara berdoa yang menghadap kiblat ke arah Ka’bah. Sementara itu, Ka’bah terdapat di Mekkah. Namun, saat mengorbit Bumi dengan laju 17.400 mil per jam, maka Mekkah mencapai pergerakan yang cukup cepat dari posisi pesawat luar angkasa.
Selain hal itu, umat Islam pun harus mengerjakan shalat wajib 5 kali dalam sehari. Sedangkan, astronot melalui matahari terbenam dan terbit tiap 90 menit ketika mulai mengorbit Bumi.
Matahari terbenam dan terbit lebih cepat tersebut bisa mengakibatkan rasa bingung para astronot muslim di luar angkasa mengenai kapan waktu untuk shalat.
Bahkan juga kapan harus berpuasa selama bulan suci Ramadhan. Karena, puasa tersebut mewajibkan semua umat Islam tidak makan dan minum pada waktu siang hari.
Tak hanya itu saja, tantangan yang umat Musim hadapi adalah mengenai tata cara shalat. Shalat harus melakukan sujud, namun hampir tidak dapat astronot lakukan dari pesawat luar angkasa. Ha ini karena gaya gravitasi berkurang banyak saat berada dalam ruang antariksa tersebut.
Baca Juga: Astronot Pertama Kanada Ikut Serta dalam Misi Artemis II
Astronot Muslim yang ke Luar Angkasa
Melansir Wikipedia, mulai dari Januari 2018 saja terdapat sekitar 37 negara yang sudah melakukan misi luar angkasa dan sebanyak 553 mampu mencapai orbit Bumi.
Kemudian 556 orang dapat mencapai ketinggian ruang (definisi FAI) serta 562 orang berhasil mencapai ketinggian (menurut definisi AS). Yang berkaitan dengan perjalanan ke antariksa atau menuju luar Bumi terdapat beberapa astronot yang juga populer dari kalangan umat muslim.
Astronot muslim di luar angkasa pertama kali adalah Sultan bin Salman Al Saud dari Arab Saudi. Ia memulai perjalanannya bersama dengan misi STS-51-G tanggal 17 Juni 1985.
Dua tahun kemudian, yakni pada 22 Juli 1987, Muhammad Faris dari Suriah ikut meluncur ke luar angkasa bersama dengan misi Mir EP-1.
Lalu, masih pada tahun yang sama, Musa Manarov dengan misi Mir EO-3 menjadi astronot Azerbaijan yang meluncur ke antariksa tanggal 21 Desember. Ia juga berangkat kembali pada 2 Desember 1990.
Demikian pula seorang astronot muslim wanita yang pertama kali berangkat ke antariksa, yaitu Anousheh Ansari. Ia berangkat bersama dengan roket Soyuz Rusia menuju ISS atau stasiun luar angkasa internasional pada tahun 2006.
Astronot muslim di luar angkasa tersebut tampaknya melakukan banyak cara untuk tetap bisa melakukan ibadah meskipun dalam kondisi yang sulit dan hampir tidak mungkin. Mulai dari tayamum hingga mengikat kaki agar bisa melakukan sujud. (R10/HR Online)