Berita Ciamis (harapanrakyat.com),- Satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik) dinilai efektif untuk menekan angka kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Penyebab penyakit DBD akibat gigitan nyamuk aedes aegypti. Di Kabupaten Ciamis, angka kasus DBD pada tahun 2020 sangat tinggi. Tercatat jumlahnya mencapai 1.471 kasus dengan empat orang meninggal dunia.
“Jika dihitung, tahun 2020 kasus DBD setiap bulannya mencapai 100 kasus warga yang terserang,” ungkap Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, dr. Bayu, didampingi Kasi P2P, Ivan, ketika ditemui HR Online, Jum’at (22/01/2021).
Menurut Bayu, melihat kejadian tahun lalu, maka sesuai himbauan Bupati Ciamis terkait penanganan DBD pada bulan November tahun 2020, pihaknya langsung mengembangkan program Satu Rumah Satu Jumantik yang bisa efektif cegah DBD.
Pihaknya pun terus melakukan sosialisasi ke setiap Puskesmas dan juga pemerintah kecamatan. Kemudian nantinya bisa informasikan kembali kepada pemerintahan desa. Dengan begitu, maka semua masyarakat bisa melakukan program jumantik ini.
Karena, lanjut Bayu, untuk bisa menekan angka kasus DBD, semua warga masyarakat harus bersama-sama dengan pemerintah dalam melakukan pembasmian sarang nyamuk.
Pembasmiannya setiap satu minggu sekali, terutama di rumah warga dan lingkungannya. Sebab, jika hanya mengandalkan fogging atau penyemprotan tidak efektif memberantas nyamuk.
Baca Juga : Cegah Penyakit DBD, Bupati Ciamis Imbau Warga Lakukan PSN
Efek Fogging Hanya Mengusir Nyamuk
Fogging efeknya hanya mengusir nyamuk, sementara jentik nyamuknya masih hidup. Padahal, yang paling utama adalah bersama-sama memberantas jentik nyamuk.
“Pemberantasan jentik nyamuk harus seminggu sekali, lantaran siklus penyebaran nyamuk terjadi sekitar tujuh hari. Sehingga, sangat tepat jika terus melakukan pembersihan lingkungan, seperti halnya kegiatan jumsih,” katanya.
Bayu menyebutkan, pada bulan Januari ini, kasus DBD yang sudah tercatat sangat menurun, yaitu ada sekitar 7 kasus warga yang terkena DBD. Rinciannya, Kawali 1 orang, Ciamis 1 orang, Sindangkasih 1 orang, Imbanagara 1 orang, Cihaurbeuti 2 orang, dan Baregbeg 1 orang.
“Ini merupakan daerah endemik DBD. Kami berharap seluruh masyarakat Ciamis bahu-membahu melakukan penanganan pemberantasan DBD dalam wilayahnya masing-masing, yaitu melalui program Jumantik satu rumah satu jumantik,” kata dr. Bayu.
Sebab, dengan meningkatkan kesadaran terkait kebersihan lingkungan, maka angka penyebaran wabah penyakit DBD bisa menurun.
“Sekarang angka DBD mengalami penurunan karena program satu rumah satu jumantik dapat berjalan lancar, dan masyarakat pun sudah sangat peduli terhadap kebersihan. (Es/R3/HR-Online)
Editor : Eva Latifah