Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Sejumlah produsen tahu dan tempe di berbagai daerah kelimpungan. Pasalnya, setelah terkena dampak Covid-19, kali ini mereka produsen tahu dan tempe terkena imbas dari harga kacang kedelai yang meroket.
Akibatnya, sejumlah pengrajin tahu dan tempe mengurangi jumlah produksi dan juga ukurannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ateng, salah seorang produsen tahu asal Desa Mekarjaya Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Ateng mengungkapkan, dengan harga beli kacang kedelai yang mencapai Rp 10.000 per kilogramnya, jelas sangat memberatkan.
Sehingga, agar tetap melakukan tetap melakukan produksi, dan demi membutuhi kebutuhan dalam membuat tahu setiap hari, maka Ateng pun harus mengurangi jumlahnya.
“Dengan harga kedelai yang meroket, tentu agar kami tetap produksi maka mengurangi jumlah produksi dan juga ukurannya. Yaitu, dengan mengurangi jumlah berat kacang kedelai, hingga satu kilo dalam setiap cetakan produksi,” ungkapnya kepada HR Online, Minggu (10/1/2021).
Lebih lanjut Ateng mengatakan, kalau untuk bahan baku kacang kedelai sebagai produsen tahu tidak merasa kekurangan. Namun yang jadi permasalah saat ini adalah harga beli kedelai yang meroket. Karena kalau mahal pasti sangat terasa dampaknya.
“Stok kacang memang ada, tetapi harga beli yang mahal. Jadi, secara otomatis bisa berpengaruh terhadap produksi tahu. Akan tetapi, demi memenuhi kebutuhan pasar dan juga pelanggan, saya tetap produksi tiap hari,” kata Ateng.
Baca Juga: Kedelai Mahal, Pengrajin Tahu Tempe di Ciamis Pangkas Produksi
Sementara jika harga beli kedelai di pasaran terus meroket, maka ia pun tidak lantas menaikan harga jual hasil produksi tahu. Karena, menurutnya, pasti para pembeli akan merasa keberatan.
“Tidak mungkin saya menaikan harga jual tahu. Oleh karena itu, saya mengurangi ketebalan tahu dan juga mengurangi produksi,” ujarnya.
Harapan Produsen Tahu Tempe Ciamis dengan Harga Kedelai Meroket
Dengan kejadian ini, Ateng berharap agar harga beli kedelai di pasaran bisa kembali normal seperti semula. Sehingga, para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah tahu tempe bisa terus menjalankan usahanya.
“Saya berharap harga kacang kedelai kembali turun ke angka Rp 8000 per kilogramnya,” harapnya.
Pasalnya, tidak mudah untuk bisa terus menjalankan usaha produksi tahu jika harga bahan bakunya terus naik. Belum lagi sekarang ini yang masa pandemi Covid-19.
“Kami sebagai pengusaha kecil merasakan dampaknya, apalagi sekarang harga kedelai mahal. Mudah-mudahan pemerintah Ciamis bisa bertindak, supaya harga kedelai tidak meroket atau bisa kembali norma. Dan para pengusaha tahu bisa terus menjalankan usaha dengan baik,” pungkasnya. (Es/R5/HR-Online)