Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Sejumlah produsen tahu tempe di Kota Banjar, Jawa Barat, mengeluhkan naik dan mahalnya harga kedelai impor. Pasalnya, saat ini harganya kian melambung tinggi, bahkan mencapai kisaran Rp 9.300 per kilo gram.
Tentunya dengan kenaikan harga bahan baku tahu tempe tersebut, sejumlah produsen pun merasa keberatan. Sebab, imbas naiknya komoditas kedelai tersebut, membuat mereka harus menambah biaya pengeluaran dan ongkos produksi.
Salah seorang pengusaha tahu asal Desa Balokang, Kota Banjar, Aceng Kurnia (25), mengatakan, sebelumnya pada awal bulan Desember 2020 harga kedelai impor masih normal. Yaitu, dalam kisaran angka Rp 7200-7300 per kilogramnya.
Kemudian, harga kembali merangkak naik pada akhir bulan Desember menjadi Rp 9.000 ribu per kilogramnya. Bahkan, sekarang ini mencapai harga Rp 9300 per kilogram.
Padahal, katanya, pada saat kondisi normal harga paling tinggi untuk bahan baku tahu tempe tersebut, biasanya antara Rp 7200-7500 per kilogram.
“Harga kedelainya naik terus. Terakhir saya beli dua hari yang lalu, harganya sudah 9300 per kilo gram,” kata Aceng kepada HR Online, Senin (4/1/2021).
Lebih lanjut ia menambahkan, dengan adanya kenaikan bahan baku tahu tempe tersebut, ia pun merasa keberatan. Karena, semakin menambah beban biaya operasional dan ongkos produksi.
Apalagi, jumlah kebutuhan kedelai yang ia butuhkan dalam sekali produksi cukup banyak. Sekitar 85 kuintal dalam sekali produksi atau 2 ton lebih dalam setiap bulannya.
“Jelas kami merasa berat. Kalau begini terus, bisa-bisa produsen tahu tempe pada merugi. Belum lagi untuk biaya operasional yang lain,” ujar Aceng.
DKUKMP Kota Banjar Akan Cek Penyebab Harga Kedelai yang Naik
Sementara itu, salah seorang pedagang tempe di pasar Banjar, Yati, mengaku mengurangi sedikit volume isi tahu dan tempe yang ia jual, dalam bentuk bungkus plastik.
Menurutnya, solusi tersebut merupakan cara untuk menghindari kerugian. Selain itu, menjaga agar para konsumen tidak kabur, jika harga jual ikut dinaikan.
“Kalau harganya naik kasihan yang beli. Mending isinya agak berkurang, biar sama-sama ngga rugi. Semoga saja harga kedelai bisa turun lagi,” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Dinas KUKMP Kota Banjar, Mamat Rahmat, mengatakan, pihaknya tentu akan mengecek penyebab yang menjadi faktor naiknya harga kedelai.
Karena, menurutnya, biasanya naiknya harga sejumlah komoditas kebutuhan pokok bisa jadi karena pasokan barang yang memang langka. Atau bisa juga hasil tani yang terimbas cuaca buruk, ataupun karena memang ada faktor yang lainnya.
“Nanti akan kita cek untuk memastikan naiknya harga komoditas itu,” katanya (Muhlisin/R5/HR-Online)
Editor : Adi Karyanto