Proses terjadinya hujan berawal dari sirkulasi air yang berada di bumi karena adanya penguapan. Hujan dapat terjadi ketika air sudah terkumpul terlalu banyak di langit dalam bentuk awan.
Dari awan terbentuklah hujan, siklus ini disebut juga sebagai hidrologi, dan dengan ini membuat air memiliki peran besar dalam urusan cuaca di bumi.
Meskipun, hanya sebagain kecil atmosfer yang mengandung air dan berbeda-beda di tiap daerah, bahkan ada wilayah yang atmosfirmnya tidak mengandung air.
Baca juga: Asteroid 2020 WD5 Batuan Raksasa yang Mendekati Bumi, Ini Ukurannya!
Siklus Proses Terjadinya Hujan
Air dapat berubah menjadi tiga bentuk, yaitu padat, cair dan gas. Perubahan bentuk mejadi gas bagian dari proses terbentuknya awan.
Jika kita runutkan prosesnya, awan sebagai sekumpulan air dalam bentuk uap atau gas berasal dari berbagai sumber di bumi.
Bisa berasal dari Laut, danau atau bahkan tumbuhan dari hasil fotosintesis yang mengalami penguapan dan mengubahnya menjadi uap air.
Inilah bagian awal proses terjadinya hujan, yaitu dari proses terbentuknya awan dari uap air yang terkumpul di atmosfer.
Memang kita tidak dapat melihat uap air hanya saja hal itu dapat dibuktikan saat kita melihat embun.
Embun adalah uap air yang kembali menjadi air karena bertemu dengan suhu udara yang lebih hangat dari suhu udara sekitarnya.
Ketika uap air tidak mengalami pengembunan maka akan terus naik ke atmosfer dan menjadi awan dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Awan bisa mencapai titik tertinggi dan kebanyakan berubah menjadi butiran es, atau pada titik terendah dari tanah dan bisa terlihat seperti kumpulan embun.
Proses terjadinya hujan pada awan yang dekat dengan bumi biasanya lebih cepat, karena tekanan angin yang tidak stabil.
Awan terendah yang terlihat seperti embun bisa terjadi karena udara hangat dan lembab dekat bumi mendingin dengan cepat atau karena udara terlalu jenuh dengan uap air.
Proses Terbentuknya Awan
Atmosfer dipenuhi oleh debu atau partikel mikroskopis yang sangat kecil. Partikel tersebut bisa berasal dari debu vulkanik letusan gunung merapi.
Selain itu, partikel tersebut juga bisa berasal dari serbuk sari yang ikut menguap dari tumbuhan atau bahkan polusi yang terjadi di bumi.
Debu itu memiliki peran dalam proses terjadinya hujan, di mana air yang mengalami penguapan memerlukan partikel ini untuk menjadi awan.
Uap air yang juga berbentuk sangat kecil menempel pada partikel ini kemudian terkumpul berjumlah sangat banyak.
Jika suhu di udara cukup dingin, maka akan merubah butiran air tersebut menjadi es di sekitaran partikel debu tersebut.
Sirkulasi angin di bumi sangat kompleks. Hal inilah yang membuat awan tetap mengapung di atas bumi dan bisa saja berpindah hingga jarak yang sangat jauh.
Selain itu, angin pula yang membentuk struktur awan. Oleh karena itu peneliti cuaca dapat menentukan cuaca badai dan melihat proses terjadinya hujan dalam berbagai cuaca.
Proses Awan Menjadi Hujan
Hujan juga disebut presipitasi atau pelepasan air dari awan, air yang mengembun Bersama partikel yang tebang di atmosfer dapat turun karena beberapa hal.
Pertama, ketika tekanan angin di lingkungan awan menurun sehingga membuat awan tidak terapung kembali, maka akan terjadi hujan.
Namun tidak semua air yang berada di awan turun ke bumi saat hujan, karena agar terjadi presipitasi perlu terjadi tabrakan antar partikel sehingga menciptakan tetesan air.
Untuk satu tetes air memerlukan jutaan partikel yang bertabrakan dan mampu menghasilkan gaya jatuh yang melebihi tekanan udara yang membuat awan terbang.
Hal inilah proses terjadinya hujan dan yang menyebabkan tidak semua air di awan turun seluruhnya ke bumi.
Baca juga: Temuan Duobrachium Sparksae Menyerupai Balon Tentakel Dua
Curah Hujan Bervariasi Secara Geografis
Curah hujan turun ke bumi tidak sama di seluruh dunia. Di sebuah negara atau bahkan dalam satu kota bisa saja berbeda.
Terdapat daerah yang memiliki tingkat curah hujan merata dalam satu tahun, ada yang tidak mengalami hujan, bahkan ada yang memiliki tingkat curah hujan tinggi.
Perbedaan curah hujan dapat terjadi karena suhu dan tekanan udara. Selain itu tingkat curah hujan di satu daerah juga berpengaruh terhadap daerah lainnya.
Proses terjadinya hujan saat musim panas misalnya, badai petir yang terjadi di musim panas dapat menyebabkan curah hujan setinggi satu inci di satu pinggiran daerah.
Sementara itu di daerah lainnya curah hujan akan menurun derastis bahkan sampai mengering dengan dalam jarak beberapa mil.
Selain curah hujan, ukuran serta kecepatannya juga bisa berbeda-beda tergantung kondisi cuaca yang ada di satu daerah.
Proses terjadinya hujan dipenaruhi oleh berbagai fakator yang juga menyebabkan cuaca, musim bahkan kondisi geografis berbeda-beda tiap daerahnya. (Muhafid/R6/HR-Online)