Berita Tasikmalaya (harapanrakyat.com),- Nuril, Presiden Mahasiswa STIE Cipasung, mengkritisi program pasangan calon (paslon) Bupati Tasikmalaya, Jawa Barat, yang tidak pro perempuan.
“Sehingga tidak salah jika kesetaraan gender di Kabupaten Tasikmalaya sampai saat masih minim, terlebih di pelosok pedesaan,” ungkapnya kepada HR Online, Sabtu (5/12/2020).
Lebih lanjut Nuril mengatakan, memang untuk pasangan calon Bupati Tasikmalaya yang maju pada Pilkada 2020 ini tidak ada dari kalangan perempuan.
Namun, menjadi seorang pemimpin harus benar-benar memberi kesejahteraan yang adil bagi seluruh masyarakat.
Menurutnya, program yang pro terhadap perempuan bukan hanya untuk paslon perempuan saja yang dijatuhi tanggung jawab tersebut. “Akan tetapi, ini tanggung jawab semua gender,” kata presiden mahasiswa berparas cantik.
Selain itu, jika melihat dari situasi budaya Kabupaten Tasikmalaya yang masih patriarki, dibutuhkan pergerakan yang masif bagi progresivitas dan pengembangan perempuan.
Menurut Nuril, perempuan Kabupaten Tasikmalaya memang sudah berdaya. Namun yang menjadi permasalahan yaitu, selalu tersendat dalam hal pengembangan dan krisis kepercayaan diri.
Oleh karena itu, lanjut Nuril, salah satu jalannya yaitu dengan adanya program dari pemerintah, khususnya paslon Bupati Tasikmalaya.
“Sangat dibutuhkan pemimpin daerah yang memiliki paradigma yang berperspektif adil,” ujarnya.
Visi-Misi Paslon Bupati Tasikmalaya Kurang Pro Perempuan
Namun sayangnya, sambung Nuril, isu patriarki tidak menjadi bagian yang diintegrasikan pada visi, misi dan program dari seluruh calon pasangan bupati.
“Semuanya terlihat umum dan monoton tanpa penjabaran yang spesifik satu pun, mengenai turunannya. Bahkan, sebagian program saya indikasi mencomot dari program yang sudah ada sebelumnya. Jadi tidak ada substansi mengenai pro terhadap perempuan,” jelasnya.
Lebih lanjut Nuril mengatakan, sangat banyak paslon yang idealis, religius. Akan tetapi masyarakat tidak butuh pemimpin yang patriarki. Sebab, pemimpin yang patriarki hanya akan membuat masyarakat semakin melarat dan tidak sejahtera seutuhnya.
“Apabila nanti beberapa hari kedepan sebelum pemilihan terdapat adanya potensi penawaran program perempuan, jangan menjadikannya menjadi alat penyumpal suara saja. Jangan terkesan pragmatis. Harus ada tindak lanjut yang benar-benar memberi pengaruh untuk perempuan secara berkepanjangan,” ujarnya.
Menurutnya, komitmen partai politik akan terbaca secara jelas keseriusannya, jika bisa menembus isu kesetaraan gender di Kabupaten Tasikmalaya.
“Parpol dan paslon yang timpang dan tidak memiliki program pro perempuan, bisa saya katakan tidak cukup serius dan prematur,” pungkasnya. (Apip/R5/HR-Online)
Editor : Adi Karyanto