Pohon taru menyan merupakan salah satu tumbuhan yang terkenal bahkan sampai ke mancanegara. Pohon ini dapat membuat sebuah pemakaman menjadi ‘wangi’.
Tumbuhan yang sudah hidup selama berabad-abad ini berada di Desa Trunyan, Kintamani, Pulau Bali yang terkenal memiliki sebuah tradisi unik.
Di Desa Trunyan jenazah dari orang yang sudah meninggal tidak dikuburkan seperti jenazah pada umumnya di daerah lain.
Baca juga: Gua Lalay Majalengka, Pesona Wisata Alam Sudana di Balik Mitosnya
Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali untuk mendatangi wilayah ini.
Pohon Taru Menyan Menetralkan Bau Mayat
Budaya unik masyarakat trunyan ini bernama tradisi mapasah dan memiliki dua acara memakamkan jenazah.
Berdasarkan penelitian etnografis dari Danandjaja, cara pertama bernama kubur angin di mana mayat disimpan di atas tanah dengan udara terbuka.
Kemudian cara yang kedua, masyarakat tarunya juga mengenal penguburan jenazah yang bernama tradisi Kubur Tanah.
Hal unik lainnya selain cara pemakaman yang berbeda adalah jenazah yang pemakamannya menggunakan tradisi kubur angin tidak mengeluarkan bau.
Ternyata penyebab mayat tidak mengeluarkan bau adalah adanya pohon taru menyan yang ternyata dapat menetralkan bau.
Melalui tradisi kubur angin, mayat akan diletakkan di sekitaran pohon sehingga pohon yang berbau wangi ini menetralkan gas yang keluar dari mayat.
Jika Anda berjalan-jalan di area pemakaman ini, Anda akan melihat bagaimana tengkorak asli manusia.
Bahkan terkadang ada tubuh murni yang masih utuh, penyebabnya adalah proses pembusukan mayat di sekitar pohon taru menyan lebih lambat tidak seperti pada umumnya.
Penyebab Mayat Tidak Bau dan Lambat Membusuk
Tentunya akan menjadi pertanyaan dalam benak kita, kenapa mayat di sana tidak berbau busuk dan pembusukannya juga lambat.
Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian terhadap pohon ini, meskipun belum banyak peneliti yang secara rinci dapat menjelaskannya.
Seperti terdapat dalam sebuah jurnal filsafat Indonesia Vol. 2 tahun 2019 yang menyebutkan tentang eksplanasi yang dapat menetralkan bau mayat.
Berdasarkan penelitian tersebut terdapat kesimpulan bahwa penyebabnya adalah suhu, kondisi udara dan invasif hewan lain di sekitar pohon taru menyan.
Suhu udara yang cukup dingin dapat menghambat pembusukan pada mayat, seperti halnya daging yang ada pada lemari es.
Selain itu, zat kimia yang terkandung dalam batang serta dedaunan pohon ini juga berpengaruh terhadap mayat termasuk dalam menghilangkan bau busuk.
Legenda dan Asal Usul Pemakaman di Trunyan
Tradisi pemakaman ini bermula dari adanya pohon taru menyan, seperti adanya Lokalisasi Hindu menjadi Hindu-trunyan.
Adanya kisah folklore dan mite masyarakat trunyan bermula dari pohon tersebut dan sudah berjalan secara turun temurun.
Terdapat sebuah legenda tentang Ratu Pingit Dalam Dasar menjadi latar belakang kisah Hindu-Trunyan.
Bermula dari kisah seorang dewi yang turun dari langit, Ia bermaksud mencari bau harum yang ternyata berasal dari pohon tersebut.
Kemudian, hadirnya seorang pangeran yang berasal dari jawa (Dalem Solo) di mana dalam legenda tersebut Ia menjadi Dewa tertinggi Hindu-trunyan dan bernama Ratu Sakti Pancering Jagat.
Konon, tradisi pemakaman tersebut berawal dari perintah Ratu Sakti Pancering Jagat saat masih menjadi raja di sana.
Raja tersebut memerintahkan menaruh mayat orang yang sudah meninggal di sekitar pohon taru menyan untuk mengurangi dampak harumnya yang menyebar ke mana-mana.
Baca juga: The Lodge Maribaya, Wisata dengan Berbagai Wahana Ekstrem yang Unik
Berawal dari itulah kemudian tradisi pemakaman unik yang bernama mapasah itu terbentuk dan masih berjalan hingga sekarang.
Mitos Pemakaman Trunyan
Selain berbicara tradisi terdapat juga mitos di sana, salah satunya adalah tentang orang yang mengotori area pekuburan akan mendapat hambatan saat perjalanan pulang.
Oleh karena itu, area tersebut sangat bersih dan terawat dengan baik, kemudian, para pengunjung juga dilarang berbicara bahkan berfikir hal kotor dan kasar untuk keselamatan.
Semua itu membuat pekuburan di sana terlihat dan terasa mistis sekaligus indah, karena di sekelilingnya terdapat pepohonan yang lebat dan terawat.
Selain itu, sebelum berkunjung ke sana, Wisatawan akan melewati sebuah danau bernama Danau Batur dan harus menyebranginya terlebih dahulu.
Pemandangannya Indah sekaligus mistis akan terasa dengan adanya kabut-kabut tipis yang seringkali menyelimuti daerah tersebut.
Pohon taru menyan hingga saat ini telah menjadi salah satu Icon budaya di Bali, terlepas dari semua hal yang ada di sana, tetap saja banyak wisatawan yang tertarik untuk berkunjung ke Trunyan. (Muhafid/R6/HR-Online)